Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keikhlasan Tiga Srikandi

6 April 2021   22:15 Diperbarui: 6 April 2021   22:55 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lina, Ani dan Rika (Dok. JBS)

Lina Si Penjual Manisan Mangga 

Tidak jauh berbeda dengan kakaknya Ani dan Rika, sebagai anak kelima Lina juga kerap memabantu berjualan manisan mangga, kedondong atau buah rukam. Dia yang masih duduk di bangku kelas I SMP di sebuah sekolah swasta yang bisa terbilang sekolah swasta yang tidak bonafid bila dibandingkan dengan sekolah yang pernah diduduki oleh kakak, abang dan adiknya. Mungkin sedikit kurang beruntung di tengah keluarga karena hampir saudara perempuan atau laki-lakinya adalah berasal dari sekolah negeri. 

Saat itu anggapan bila bersekolah lanjutan di sekolah negeri adalah sebuah prestasi. Namun bagi Lina itu adalah bukan masalah yang terpenting adalah bagaimana "titipan" bungkusan manisan yang telah disiapkan dalam tas besarnya bisa menambah pemasukan atau sekedar ongkos pulang angkot dari sekolah kembali ke rumah. Untung-untung juga bisa ada uang lebih untuk membeli buku sekolah.

Perjuangan yang mulanya adalah sebuah iseng belaka saja, dan dia tidak berniat sama sekali berjualan meski dari rumah telah dibekali oleh ayah dan ibunya yang sejak malam sebelumnya telah mempersiapkan bungkusan-bungkusan manisan dalam kantong plastik untuk dijual. Dimasukkan dalam tasnya. Sampai di sekolah Lina bingung mau diapakan manisan itu semua. 

Beruntung bel istirahat sore (sekolah SMP Lina adalah sekolah siang) salah seorang temannya hendak meminjam buku catatan dari tasnya. Betapa terkejut temannya itu karena di tas Lina penuh dengan manisan. Dan spontan berteriak di lapangan bahwa Lina membawa jajanan manisan. 

Seketika itu pula Lina dikerumuni oleh teman-temannya di tengah lapangan untuk membeli manisan. Ajaib semua manisan yang dia bawa dari rumah : Habis! Bingung dan setengah pasrah karena Lina berencana membawa kembali semua manisan itu dan siap untuk dimarahi namun ternyata membawa uang tambahan. Manisan semuanya habis. Semenjak hari itu pula Lina bukan hanya ditunggu buku catatannya tapi juga jajanan manisannya.

Kini kisah 40 tahunan yang lalu itu adalah menjadi kenangan hidup bagi Ani, Rika dan Lina. 

Mereka tidak pernah menyangka sebagai perempuan tumpuan keluarga bisa melalui itu semua. Tidak ada pernah bayangan apa yang terjadi ke depan khususnya nasib akan berubah atau memang itulah takdir mereka. 

Keihlasan mereka tdak melanjutkan ke perguruan tinggi juga bukan bagian dari takdir karena tidak lulus Sipenmaru (SNMPTN). Bukan pula protes kepada ayah dan ibu mereka untuk menuntut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ya realita memang bahwa anak laki-laki tepatnya abang atau adik mereka memang bisa lulus di sekolah negeri juga lanjut ke akademi militer/universitas negeri.

Dok. JBS
Dok. JBS
Waktu terus berganti nasib Ani, Rika dan Lina terjawab dengan pekerjaan lebih baik dibandingkan sejarah panjang sebagai pencuci botol, penjual jagung bakar dan penjual manisan yang penakut. Saat semua jalan tertutup oleh keterbatasan ternyata nasehat orang tua mereka diamini oleh Sang Khalik. 

Tercatat pada akhirnya mereka juga mengenyam gelar sarjana, sesuatu yang dulu mereka ikhlaskan dan tidak bermimpi untuk terjadi. Sebuah realita keihklasan dari seorang kakak beradik yang mengutamakan iman dari pada hanya bersandar pada egonya semata. Tak pernah pamrih namun Tuhan pemberi selalu memberi yang terbaik hari ini, besok dan selamanya. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun