Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah : Misteri Keagungan Kasih Tuhan dan Kealpaan Manusia

3 April 2021   08:39 Diperbarui: 4 April 2021   21:16 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya” (Matius 26:15) ...."Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" (Lukas 22:48)

Demikianlah pula tantangan yang sangat sulit antara logika dan iman ini yang membuat Kristus akhirnya memilih murid-murid dari hampir orang yang berlatar belakang rendah atau kaum marjinal, sebut saja Simon Petrus, Yohanes dan Yakobus yaitu murid yang paling diandalkanNya adalah berlatar belakang sebagai nelayan. Dan saat mereka terus menerus menemani Kristus sebagai saksi hidup dalam melakukan begitu banyak tanda mukjizat juga gagal memahami maksud dan arti keberadaan Kristus sampai Dia naik ke atas salib. Pemahaman akan Sang Juruselamat dan nubuatan akan kematiannya juga masih direspon dengan keliru dan salah bahkan sama saja kelihatannya dengan motip masyarakat lain yang bukan murid. Kondisi dalam jajahan (tingkat kemiskinan yang tinggi) tentunya pula keikutsertaan bersama Kristus paling tidak bisa mendapatkan makanan gratis dan juga kehidupan yang lebih layak lagi. Petrus yang menyangkal, bahkan seorang Yudas Iskariot yang merupakan bendahara opersional pelayananNya mengkhianatinya demi 30 keping perak. Tekanan kehidupan saat masa-masa sukar bila dibandingkan dengan melihat dan menerima pengajaran-pengajaran Kristus sebagai Anak Manusia dan Juruselamat tidak memberikan jaminan bagi Yudas untuk berdalih dan kemudian menjualNya dengan ciuman di Taman Getsemani.

“Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia”. (Matius 26:3-4)

Dari kisah perjalanan Kristus di dunia yang sejak awal adalah untuk menggenapi seluruh bagian dari rencana Tuhan yang sungguh sangat berbeda dengan apa yang diharapkan oleh manusia. Kristus menjadi sebuah kontroversi bagi dunia. Dan yang paling menjadi tokoh kealpaan manusia menurut saya adalah para Imam-imam Farisi dan Saduki dan Ahli-ahli taurat. Imam-imam besar sebagai tokoh agama yang pada saat pemerintahan Romawi tetap dipertahankan sebagai jembatan penghubung antara Kekaisaran Romawi dengan masyarakat jajahannya. Oleh karenanya Para Pemimin Agama Israel yang berdifat Teokrasi menjadi sebuah jabatan dan golongan sosial yang hampir sama keberadaannya dengan para penjajah sekalipun. Mereka memiliki otoritas hukum dan perundang-undangan.

Imam-imam Farisi dan para ahli taurat adalah sebagai sebagai kelompok yang menjelaskan hukum secara terperinci, dan arbitrator perselisihan-perselisihan dalam komunitas masyarakat, penegak hukum taurat yang sangat teliti. Kaum Farisi dikatakan sebagai kaum yang suka mencari dan memerhatikan hal-hal yang sangat kecil. Mereka menjadi pengamat pelaksanaan hukum yang sangat teliti, karena mereka memiliki kerangka berpikir bahwa Allah mencintai orang yang taat hukum dan menghukum yang tidak patuh terhadap taurat.

Dari beberapa analisa terhadap tokoh sentral yang melakukan upaya terbesar terhadap penolakan kedatangan Krisus adalah oleh para pemimpin hukum dan agama. Mereka secara terang-terangan menolak dan bertentangan dengan ajararan Kristus, mencoba menjebakNya namun hingga peristiwa penyaliban keinginan mereka terwujud. Kedudukan posisi para pemimpin agama dan ahli taurat adalah simbol kekuasaan dunia, dan sebagai bangsawan, agamawan, politikus pada saat penjajahan Kekaisaran Romawi sekalipun tetap sebagai ningrat terpandang dan memiliki strata sosial yang berbeda dengan masyarakat biasa apalagi harus takluk dengan seorang anak tukang kayu seperti Yesus Kristus.

Bahkan kedudukan pemimpin agama dengan seorang Imam Besar adalah sebagai mewakili keberadaan Tuhan itu sendiri. Sejarah Israel mencatat bahwa hampir seluruh Raja-Raja di Israel terkenal adalah identik dengan jenderal perang yang tangguh seperti Raja Daud. Meski Kristus adalah keturunan Daud secara garis keturunan dunia namun dengan melihat realitanya adalah anak Yusuf si tukang kayu, seorang yang miskin dan lahir di kandang domba seakan-akan menggoyahkan keyakinan mereka bahwa Kristus yang mengklaim sebagai Mesias di dunia atau juruselamat menjadi sebuah halusinasi di tengah penderitaan imperialism Roma! Sangat faktual dan sulit terbantahkan jika anda adalah terlahir sebagai seorang diantara para pemuka agama dan ahli-ahli taurat seperti mereka. Apakah anda percaya dan kemudian bukan dari bagian mereka yang hendak membunuhnya? Terlepas dari ancaman terhadap kehilangan jabatan atau kedudukan sosial dan politik karena adanya Kristus sebagai pemimpin yang baru?

“Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda”. (Lukas 23:8)

Sebagai anak dari Raja Herodes Yang Agung tentulah informasi akan Kristus ini sudah tidak terlalu asing bagi isu politik di pemerintahan Raja Herodes Antipas sebagai salah satu tokoh otoritas Roma yang mengadili Yesus selain Gubernur Pontius Pilatus. Sebagai seorang Raja sekelas Herodes Antipas atas kehadiran Kristus setelah dewasa dengan gelar sebagai Juruselamat Israel adalah sebuah lelucon belaka saja. Sebagai Raja dengan analisa intelijen dan militer tidak didapati bahwa isu Kristus sebagai Raja yang hendak menggulingkan imperialisme Romawi di Israel. Fakta akan pernyataan bahwa oleh Imam dan ahli taurat mendakwa Kristus sebagai tokoh politik beragenda makar terhadap pemerintan Romawi adalah sumir dan tidak beralasan oleh otoritas Pemerintah Roma. Baik oleh Gubernur Pontius Pilatus dan juga Raja Yudea Herodes Antipas.

Raja Herodes justru hanya ingin Kristus membuat mukjizat dan menghiburnya sebagai bagian dari sebuah sirkus untuk menghibur “pasukan nasi bungkus” yang berdemo hendak menyalibkan Kristus dihadapan Herodes dan Pilatus. Sebuah aksi yang dimonitori oleh nafsu kekuasaan poltik oleh para pemuka agama Israel sendiri. Sebuah keunikan terjadi diantara Herodes dan Pilatus dimana sejak saat peristiwa penanganan pengadilan penyaliban Kristus menjadi berteman kembali ditengah kompetisi kekuasaan. Dan mereka dengan kekuasaannya juga berhasil mengambil tindakan “cuci tangan” terhadap seluruh dosa dan tindakan yang semuanya ditimpakan kepada orang Israel sendiri. Kekuasaan dunia yang identik sebagai kekuasaan opurtunis, licik dan demi kepentingan pribadi semata, memanfatkan orang lain demi kekayaan, kedaulatan, keterpandangan, dan titel sosial dunia yang terpandang.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. (Roma 8:28)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun