Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Digitalisasi Perbankan : "Kegagalan Manusia dan atau Keikhlasan Robot?"

15 Maret 2021   13:21 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:41 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Dok. Pribadi

Sebagai seorang paman dari beberapa keponakan yang beranjak dewasa yang diantaranya akan masuk ke jenjang pendidikan tinggi atau Universitas maka saya sering dijadikan narasumber untuk memberikan pandangan dalam memilih jurusan favorit di beberapa PTN di Indonesia. Salah satu jurusan klasik favorit yang sering dipertanyakan adalah jurusan ekonomi yang didalamnya adalah program studi akuntansi, manajemen, atau ekonomi pembangunan. Kurang lebih 20 tahunan hingga sekarang minat siswa sekolah lanjutan atas untuk melanjutkan pendidikan ke jurusan ini ternyata masih tinggi dengan harapan bahwa lulusan-lulusannya mumpuni alias mudah mencari pekerjaan.

 Fakta di lapangan (koreksi kalau salah) ternyata alumni-alumni jurusan ekonomi masih terbilang merajai di lembaga keuangan terkhusus Bank. Paling tidak setiap jurusan yang dicari untuk setiap lowongan di perbankan umumnya adalah mereka yang merupakan lulusan ekonomi. Menurut sebagian orang, Bankir itu adalah pekerjaan hebat nan cuan sehinggga memiliki magnet tersendiri. Dan bagi saya dan teman-teman bankir lainnya boleh menanggapi apakah ini benar adanya atau tidak. Terserah dengan argumentasinya masing-masing ditengah-tengah ancaman akan keberlangsungan pekerjaan ini.


Menarik untuk menjawab dari beberapa pertanyaan dan motivasi dari keponakan saya sebelumnya untuk masuk jurusan ekonomi, maka saya mencoba menelisik kembali antara jati diri jurusan ekonomi dengan harapan untuk bekerja di Bank saat ini atau prediksi kedepan.
Catatan saya waktu belajar atau kuliah dulu, secara sederhana mendefiniskan bahwa kata ekonomi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata “oikos” dan “nomos”. Oikos yang berarti “keluarga/rumah tangga” dan nomos berarti “peraturan, aturan atau hukum” sehingga dapat diartikan secara sederahana ilmu ekonomi itu terkait bagaimana menjalankan aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga untuk dapat mengatur penerimaan dengan pengeluaran guna memenuhi kebutuhan. Sedangkan secara lebih luas ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia untuk menciptakan kemakmuran.

Secara tegas sejak awal dan perkembangannya ilmu ekonomi adalah ilmu sosial, menyangkut tentang manusia dan bagaimana memenuhi kebutuhannya. 

Termasuk didalamnya masalah norma, aturan dan peraturan hukum yang mendasar yang mengatur sehingga bisa dijalankan baik sebagai pribadi dan seorang warga negara. Berdasarkan latar belakang pengertian ilmu ekonomi ini maka tidak heran pada era 80’an mayoritas Bankir itu berasal sarjana-sarjana dari disiplin ilmu ekonomi dan hukum.

Tantangan dan Ancaman Perubahan Bisnis Bank

  • Perkembangan Ilmu ekonomi dari era ke era berikut perubahannya setidaknya telah menggeser pengertian dan terapan dari ilmu ekonomi terkhusus pula ilmu perbankan. Ada beberapa tahapan di dunia yang telah mengubah tatanan demi tatanan sehingga menggeser atau mereposisi peran para ekonom demikian pula Bankir. Dan kesemua tahapan ini adalah adanya penemuan baru khsusunya alat-alat baru yang menyokong produksi. 
  • Dimulai dengan revolusi Industri 1.0 di tahun 1760an dengan mengevolusi produksi dari kekuatan fisik menjadi tenaga mesin, yaitu pasca ditemukannya mesin uap. Kemudian revolusi 2.0 di kisaran 1840-1870 yakni revolusi teknologi berkenaan dengan penemuan listrik sebagai energi utama mendukung produksi, lanjut kemudian dimulai saat paruh pertama abad 20 dengan ditemukannya komputer menandai revolusi 3.0 dan sampai pada hari ini yakni era revolusi 4.0 percepatan dan pengintegrasian antara komputer dengan telekomunikasi memunculkan era baru dengan namanya digitalisasi atau otomasi.

     

    Sumber : Tirto.id
    Sumber : Tirto.id
    Statistik Jumlah Karyawan Bank Di Indonesia (sumber Tirto.id Oleh: Ringkang Gumiwang - 29 Maret 2019 : “Di Balik Jumlah Pegawai Bank yang Makin Susut”)

Dari data diatas hampir kurun waktu empat tahunan kebijakan terhadap perekrutan karyawan atau pekerja di Bank semakin lama semakin tergerus atau melambat. Keberadaan perkembangan teknogi dan telekomunikasi membuat kebijakan Bank terkait menajemen sumber daya manusia oleh beberapa Bank dengan cetak biru dan rencana pengembangan jangka panjang setahap demi tahap melakukan efisiensi dan efektifitas melalui penyusutan atau pengerimpingan karyawan yang dianggap bisa digantikan oleh sistem atau mesin. Beberapa job tittle yang existing menjadi punah dan tereliminasi.Berdasarkan data diatas dan mencoba lebih dalam dengan bukti empiris untuk menguraikan secara lebih komprehensif terhadap job tittle yang semakin punah dipekerjakan oleh dunia perbankan seperti Customer Service Officer, Teller, Credit Analyst, dan Account Officer, Credit Analyst, dan officer lainnya bahkan pekerja pendukung seperti security, operator telepon, clerk

Ancaman nyata dan berdampak terhadap produktivitas manusia yang diragukan karena memberi output yang minimal namun membuat bottom line tergerus secara pragmatis mengancam pertumbuhan dan profit Bank. Ironis dan sadis namun sangat realistis.

Kurun waktu 2015-2018 sudah memberikan sinyal bahwa para Bankir dan pemilik Bank mulai melihat tidak bisa mengandalkan kompetensi manusia berikut kepentingan dan tujuan bekerja yang sumir dibandingkan pencapaian tujuan perusahaan. Semakin matang dan terbantahkan dengan merebaknya wabah atau pandemi  Covid 19 diakhir tahun 2019 di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Saya sudah membahas sebelumnya di edisi artikel  dalam judul “Selamat Ulang Tahun Covid 19”.

Mengapa kompetensi dan produktivitas manusia atau karyawan di Bank mulai diragukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun