Mohon tunggu...
Sukron  Makmun
Sukron Makmun Mohon Tunggu... Editor - Peneliti, penulis

I'm a go-lucky-man, just free me from all these rules from needing to find an explanation from everything, from doing only what others approve of...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arab Bukan Kiblat Islam yang Damai

31 Desember 2019   11:22 Diperbarui: 2 Januari 2020   04:52 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
courtesy Sukron M/ v: Shiraz

"What the Arabs can Learn from non-Arab Muslims?"

Tulisan ini dibuat sebagai upaya untuk memberikan potret singkat mengenai Islam di Indonesia sejak abad ke-VIII sampai kini. Masalah Arabisme (red: yang penting Arab) telah menjangkiti mayoritas kaum Muslimin di Indonesia. Sehingga batas antara budaya dan agama itu sendiri menjadi semakin kabur.

Sementara, menurut para ahli, Indonesia adalah kawasan Muslim dengan pengaruh Arab yang paling minimal . Faktanya, Islam pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Muslim dari Arab pada abad ke-VIII dan IX tetapi pada saat itu tidak tejadi konversi penduduk lokal ke dalam Islam.

Momentum Islamisasi baru terjadi ketika para guru sufi pengembara datang ke berbagai daerah di Indonesia sejak akhir abad ke-XII. Para sufi tersebut, selain dari Gujarat dan Persia, juga ada yang datang dari Tiongkok.

Inilah yang menyebabkan Islam di Indonesia memiliki corak akomodatif yang unik dan cenderung sinkretik dengan kebudayaan lokal. Meskipun, sinkretisme itu juga pernah mendapat tantangan pembaruan Islam sejak abad ke-XVII. Sehingga, sejarah Islam di negeri ini adalah sejarah tentang perjalanan terus menerus menuju ortodoksi yang dalam segi-segi tertentu kontekstual dengan lingkungan indonesia.

Pasca-revolusi negara-negara Timur Tengah (Arab Springs) yang berlangsung pada bulan-bulan awal 2011, masyarakat internasioanal semakin terbuka mata dan pikirannya, bahwa Timur Tengah (baca: Arab) bukan lagi kiblat Islam yang ideal. Bahkan, sebagian cendekiawan Muslim Indonesia dalam konfrensi Internasional di Doha, Qatar, mengingatkan para pemimpin Arab dengan kalimat, "What the Arabs can Learn from non-Arab Muslims?"

Bagi mereka yang sudah melihat realitas kehidupan Muslim Indonesia yang berbeda dengan yang di Arab dan anak benua India, mereka akan kesengsem untuk mencontoh atau bahkan datang ke Indonesia untuk belajar keislaman, sehingga akhirnya mereka tahu secara gamblang bahwa ternyata Islam itu tidak hanya seperti di Arab atau di Pakistan saja. Ternyata ada warna lain seperti di sini. Islam yang lebih berwarna, akomodatif, serta sinkretik dengan budaya lokal. Inilah yang disebut dengan 'Islam Nusantara'.

Konflik berkepanjangan di Timur Tengah menunjukkan bahwa penduduknya tidak terbiasa dengan perbedaan. Terjadinya peleburan budaya dengan agama tanpa batas yang jelas memberi peluang pada tangan-tangan jahat untuk memanfaatkan agama sebagai alat politik, demikian juga sebaliknya. Dan akhirnya mereka terjerumus pada perang saudara karena konflik sektarianisme itu sendiri, mereka berperang atas nama agama.

Muslim Arab tidak dapat menyelesaikan persoalan internalnya dengan Islam versi mereka. Islam yang notabenenya sebagai agama penebar perdamaian berubah fungsi menjadi seolah-olah agama yang penuh teror.

Kita bisa lihat bahwa hampir semua peperangan yang terjadi di kawasan sana, dipicu oleh ideologi dan isu sektarianisme. Meskipun, bagi orang yang tidak tahu faktanya, akan lebih gampang menuduh negara lain sebagai sponsor atau pihak yang merekayasa kerusuhan.

Mereka yang tidak terbiasa dengan perbedaan, perlu belajar dari bangsa Indonesia. Yang dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika-nya terbukti ampuh menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah-tengah kemajemukan dan masyarakat yang plural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun