Mohon tunggu...
Jayu Titen
Jayu Titen Mohon Tunggu... Lainnya - Ambtenaar, Blogger,

https://masjayu.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Imperalisme Abad Modern

8 April 2015   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Imperalisme yang merupakan produk akhir abad ke-19 menjelma dalam bentuk yang lain, bukan lagi penjajahan fisik untuk menguasai dan mengeruk sumberdaya suatu negara melalui pendudukan teritori, imperalisme di abad modern sekarang menggunakan baju yang indah dan sikap yang lebih sopan dan empati bernama investasi asing. Imperalisme yang berganti baju menjelma investasi asing kemudian mendapat ruang gerak bebas setelah disepakati berlakunya konsep globalisasi. Walaupun berganti baju, tetapi esensinya sama yaitu bagaimana menguasai seluruh aset-aset ekonomi negara lain.

pemikiran imperalisme adalah politik ekspansi yang disulut oleh krisis ekonomi ganjil dimana produksi modal yang berlebihan dan munculnya kelebihan uang.Orang mempunya uang yang berlebihan ditabungan dan sudah tidak mempunyai lahan lagi untuk berinvestasi didalam negeri yang bersifat produktif. Oleh karena itu agar tidak terjadi penumpukan modal didalam negeri maka dilakukan ekspor modal keluar negeri yang dikenal dengan konsep investasi asing (Penanaman Modal Asing). Ketika modal dilepaskan keluar negeri maka secara geopolitik dia tidak akan bisa mengawal modalnya secara langsung karena melewati batas-batas negara (Ruslan Ismail). Oleh karena itu para investor asing sebelum menanamkan modalnya disuatu negara menggunakan strateginya dari cara-cara diplomasi sampai melakukan eknspansi menggunakan mesin perang.

Pertama para investor asing menggunakan strategi diplomasi damai pada negara yang sudah mulai tumbuh sistem demokrasinya, demokrasi kini lebih leluasa bergerak dengan adanya globalisasi ekonomi dengan adanya perdagangan bebas, sehingga alami aturan-aturan yang menghambat masuknya modal asing tercerabut dengan sendirinya.

Kedua menguasai media massa untuk melakukan propaganda terhadap pemimpin yang mencoba menghambat laju masuknya modal asing disuatu negara. Kita bisa saksikan media-media kita saat ini berkolaborasi dengan para pemodal dan penguasa untuk bersama-sama mengkampanyekan agenda-agenda dari para investor asing. Media sudah tidak lagi sebagai penyampai informasi kepada masyarakat tetapi menjadi alat propaganda para pengusaha hitam dan penguasa. Ampuhnya media masa sebagai alat propaganda membuat Napoleon Bonaparte berkata “saya lebih senang berhadapan dengan ribuan tentara musuh daripada harus berhadapan dengan seorang wartawan.

Ketiga meskipun tidak nampak dipermukaan, militer ikut memainkan peranannya dalam mengatur jalannya roda pemerintahan. Atas dasar keselamatan negara mereka dapat memanfaatkan situasi untuk mengumumkan keadaan darurat perang, sehingga memungkinkan setapak demi setapak milter mendapatkan peran yang lebih besar dalam fungsi-fungsi politik, ekonomi dan hukum. Kapitalisme di jalankan oleh kelompok militer sehingga jika para investor asing ingin menanamkan modalnya di Indonesia harus menjalin hubungan baik dengan para petinggi-petinggi militer.

Keempat ketika jalan diplomasi buntu, investor asing bisa berkolaborasi dengan media masa untuk melakukan propaganda menyerang pemimpin yang menghambat aliran dana asing kedalam negeri. Kondisi semakin sempurna ketika kekuatan militer terbelah didalam negeri maka ekspansi kekuatan menggunakan mesin perang bisa dilakukan tanpa ada hambatan yang terjadi, hal ini terjadi seperti di Irak dan Negara-negara timur tengah lainnya.

Sasaran para pemodal asing menginvetasikan modalnya ke negara-negara berkembang yang kondisi politiknya masih belum stabil salah makanan empuk bagi modal asing adalah Indonesia, dengan dalih untuk kesejahteraan rakyat Indonesia terus membuat kanal hutang dari negara-negara donor, setiap pergantian kepemimpinan nasional kanal hutang dibuat semakin lebar dan semakin dalam. Utang luar negeri Indonesia terus bertumpuk. Data terbaru Bank Indonesia yang baru dirilis hari ini mencatat posisi utang luar negeri per kuartal keempat tahun 2014 mencapai US$ 293,7 miliar atau setara Rp 3,759 triliun (dihitung dengan kurs Rp 12.800 per dolar) (sumber tempo).

Logika hutang negara dibangun dari perusahaan, dimana jika sebuah perusahaan memiliki banyak hutang tandanya perusahaan tersebut sehat, hutang menguntungkan bagi perusahaan karena dengan banyaknya hutang semakin kecil membayar pajak. Dengan hutang maka laba fiskal perusahaan semakin kecil sehingga pajak terhutangnya juga semakin kecil. Jika logika hutang perusahaan disamakan dengan hutang negara ini kesalahan yang sangat fatal. Membangun dengan investasi asing tidak akan pernah memakmurkan rakyat, para pemodal dalam menginvestasikan modalnya tidak akan pernah menggunakan perhitungan sosial kemanusiaan tetapi selalu menggunakan perhitungan bisnis dan keuntungan dari modal yang ditanamkan dari negara tujuan investasi. Bahkan Jokowi yang gembar-gembor tidak akan berhutang ke pihak asing justru berhutang dalam jumlah yang sangat besar dalam sejarah, dan memberikan ruang bebas bagi investor asing, perlahan dan pasti Jokowi menggadaikan Indonesia ke asing.

Jika Indonesia masih terus menadahkan tangganya ke lembaga-lembaga asing (Bank Dunia, IMF, WTO) maka tak ubahnya Presiden-presiden Indonesia sebagai “Satpam” bagi pemodal asing, dengan alasan keamanan penguasa akan mengusir rakyatnya sendiri yang mencoba mendekati pagar rumah para pemodal asing.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun