Mohon tunggu...
Jay
Jay Mohon Tunggu... Konsultan - Apa yang beda dan bedanya apa?

Saya adalah orang yang tak sombong karena saya selalu menunduk. Karena kebanyakan orang lebih pendek dari saya. Mahluk kasat mata yang bekerja sebagai konsultan bagi orang-orang gabut, profesional dan cenderung dinilai ahli dalam bersantai. Pernah ditunjuk oleh Presiden dari televisi waktu saya sedang nonton. Ayah dari Ayah saya namanya kakek dan Ibu dari Ibu saya namanya nenek. Terlahir dari rahim seorang ibu yang dulunya adalah anak dari Ibu dan Bapaknya. Pengalaman saya pertama kali lahir ke bumi sangat tidak menyenangkan, karena baru saja menghirup udara, saya sudah dikangkangi ibu saya sendiri. Tapi walaupun begitu, saya tetap cinta kepada ibu saya, karena tidak ada lagi yang mencintai saya pada waktu itu. Tak banyak cerita dari saya karena saya memang tidak banyak bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kalau Ada yang Rumit, Kenapa Harus Simpel?

18 September 2019   17:00 Diperbarui: 18 September 2019   17:35 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Fakta membuktikan, 100% pembaca yang mengakses tulisan ini menggunakan akses internet. Fakta yang Menakjubkan!
Fakta kedua: Kemungkinan anda membuka internet 100% GAGAL bila perangkat anda dalam keadaan mati/off.
Fakta ketiga: Satu dari 1o orang yang minim kuota lupa mengaktifkan Wi-Fi ketika mengakses internet, semoga orang itu bukan anda.

Mungkin orang-orang terdekat kita, atau bahkan kita sendiri pernah merasakannya. Kesulitan hidup saat ini terjadi karena minimnya penguasaan teknologi. Saya, adalah orang yang termasuk dalam kategori orang itu. Tanpa disadari saya bangga pernah menjadi bagian dari generasi ribet karena pemikiran saya dahulu, "Kalau ada yang rumit, kenapa harus simpel?".

"Halah ... Buat apa sih punya m-banking, 'kan mesin ATM banyak?". Iya, ATM memang tersebar luas dimana-mana, tapi, untuk mengakses-nya kita tetap memerlukan kartu ATM sebagai kuncinya.

Hingga suatu hari yang damai, ketika saya dan istri sedang menikmati indahnya pemandangan sore hari didalam supermarket yang letaknya agak jauh dari rumah (kurang lebih jaraknya 5 juta langkah kaki semut rang-rang).

Membawa telpon genggam dan uang seadanya yang cukup untuk membeli satu-dua items, kami dengan santuy bertamasya berkeliling display yang penuh dengan produk-produk ternama, setelah selesai bertransaksi, uang yang tersisa cuma cukup membayar parkir saja. Tapi tak masalah, toh, sebentar lagi pulang ke rumah juga.

Sesampainya di parkiran, semua masih aman terkendali, namun semua itu berubah karena rupanya keadaan tidak sesuai dengan rencana.
Keadaan diluar sangat mendukung kami untuk segera menunda rencana pulang ke rumah. Tumpukan kendaraan semakin banyak, memadati area jalan sampai angin saja susah untuk lewat. Sore itu, jalan yang tadinya lega pun berubah menjadi pawai jalanan dengan iringan kendaraan roda dua dan empat, lengkap dengan instrumen knalpot dan klakson yang bersahutan, dan suasana bertambah gegap gempita saat ondel-ondel menari berputar-putar mencari anaknya.

Saya menyesal karena tidak membawa dompet yang sengaja saya tinggalkan di saku celana kerja, karena memang awalnya tidak ada rencana untuk pergi berlama-lama, dan istri saya juga tidak membawa tas Chantel kebanggaannya. Rasa-rasanya seperti luka tapi tidak berdarah. Kami akhirnya memutuskan untuk menunggu lalu lintas mereda, begitulah kira-kira.

Manusia memang bisa berencana, tapi apa daya ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan? Disaat itu, istri mendekati wajah saya, dan membisikkan kata-kata yang sampai sekarang masih saya ingat betul, dan tidak akan pernah saya lupakan, dengan nada sedikit mesra dan dibalut sedikit emosi dia berbisik, "Sayang ... Aku lapar, adek (bayi) juga" sembari mengelus-elus perutnya yang mirip moncong pesawat Boeing.

Suara bisikan itu bukanlah sekedar suara, karena suara itu bernilai 2/3 dari total jumlah suara negara kecil saya. Sebagai kepala rumah tangga yang menganut asas sistem demokrasi, saya tidak punya pilihan selain mencari cara untuk meredam ketegangan agar tidak terjadi bentrokan yang dapat memecah belah persatuan dan keharmonisan.

"Sayang, sabar ya ...",jawab saya menenangkan.

...

Rupanya sabar bukanlah jawaban yang tepat. Sebagai pemimpin saya gagal dalam mencapai mufakat dengan mengeluarkan jurus "sabar". Rupanya bicara saja tidak dapat memberikan solusi sampai ke akar pokok permasalahan, justru malah memperkeruh suasana dan istri saya berubah menjadi pembawa acara  yang membacakan rekam jejak secara lengkap disertai "prestasi" saya sebagai bintang tamunya.

Suasana internal rumah tangga saya semakin mencekam karena cacing di perut istri makin berontak hebat, berdemo meminta keadilan dan hajatnya dipenuhi oleh kepala ular tangga, eh, rumah tangga, maksud saya. Stres mulai menjadi dan saya mulai bertanya-tanya, kenapa bisa begini?

Ah, untung saja saya membawa telpon genggam! Dengan gerakan secepat kilat saya membuka layar kunci telpon, dan mencoba menelpon presiden tapi sayang sekali saya tidak punya nomornya. Lalu saya mencoba menelpon rumah, meminta tolong adik saya untuk membawa dompet dan segera menyusul saya di supermarket. "Oke, meluncur bang!". 

20 menit yang saya lalui untuk menunggu kedatangan adik saya serasa sewindu, lantaran istri saya tak henti marah-marah karena berada dibawah pengaruh lapar,  dan jabang bayi yang meronta-ronta karena terganggu mendengar tabuhan lambung ibunya. Sepeda adik saya mulai muncul perlahan dari garis cakrawala, membawa angin segar bagi istri yang sudah berguling-guling kelaparan di pelataran parkir menunggu bala bantuan tiba.

Setelah keadaan tenang, aman, dan terkendali, barulah saya dapat berkontemplasi, andai saja saya memiliki kemudahan untuk mengakses dana yang saya simpan di bank untuk bertransaksi secara mudah, tentu hal seperti ini dapat dihindari dan dialami. Setelah kejadian itu, saya memutuskan untuk mencari informasi seputar m-banking, dan akhirnya memasang aplikasi tersebut di perangkat seluler saya. Kenapa? Jawabannya ada disini.

Ya, ternyata kejadian diatas memang salah saya sendiri, karena tidak bisa beradaptasi dengan hidup yang mestinya bisa dibikin simpel. Andai saja saat itu saya menggunakan fitur cardless di BCA mobile, pengalaman seperti ini pastinya bisa dihindari. Sekarang saya tidak perlu takut lagi jika lupa ketinggalan dompet dan tidak membawa uang yang cukup karena semua sudah dibikin simpel.

Setelah memasang BCA Mobile, berbagai kemudahan justru datang kepada saya. Tidak perlu repot-repot pulang ke rumah jika ATM tertinggal, apalagi kalau anda sering menitipkan kartu ATM anda ditangan istri anda. Seperti pengalaman saya sewaktu sedang men-servis kendaraan di salah satu dealer resmi kendaraan tersebut. 

Niatnya saya ingin membayar dengan rasa terima kasih, tapi pihak dealer bersikeras agar saya membayar biaya jasa servis dan penggantian sparepart dengan uang tunai. Karena saya sudah menggunakan BCA mobile, jadi saya tak perlu repot untuk mengambil kartu ATM ditangan istri saya yang sedang memasak di rumah. Saya cukup datang ke ATM dan mengaktifkan kode dari smartphone untuk transaksi, tanpa ribet, gak pake pusing dan semua beres!    

Kini, saya tidak perlu khawatir lagi jika tidak membawa kartu ATM dan dompet, karena dalam smartphone saya sudah terpasang aplikasi BCA Mobile. Semua menjadi mudah tanpa masalah, gak perlu repot lagi untuk bertransaksi karena tanpa kartu-pun tidak jadi halangan untuk pergi ke ATM. Karena BCA Mobile dengan fitur cardless-nya diciptakan untuk memudahkan kita dan pastinya juga orang terdekat kita, si generasi simpel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun