Note bagi pembaca: Ada yang punya judul yang catchy untuk artikel ini?
Disclaimer: Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelekkan pihak manapun, adapun konten dari tulisan ini merupakan bagian dari pengalaman saya dan semoga bisa menjadi pembelajaran bagi siapa saja yang ingin membeli atau mencari rumah, khususnya di area Bekasi dan sekitarnya.
Saya akan membuka tulisan ini dengan satu pengalaman pahit saat mencari rumah siap huni yang terjadi disekitaran bulan Maret 2019. Here we go...
Pada saat mencari lokasi perumahan siap huni di area Cibitung, yang akan dibeli secara tunai, Saya menemukan sebuah perumahan yang asri dan automatis membuat Saya seketika jatuh hati. Belum lagi lokasi perumahan ini sangat dekat dengan akses keluar-masuk jalan tol yang nantinya akan dibangun dan beroperasi dalam waktu dekat. Sangat menggiurkan.
Tersihir oleh hasutan pihak marketing, Saya yang pada saat itu masih awam tentang masalah perumahan kontan membayar uang muka sebesar 2.5 juta rupiah kepada developer setelah melihat rumah yang ditunjukkan kepada saya. Marketer tersebut menjanjikan rumah dapat segera ditempati dalam jangka satu bulan kedepan. Satu bulan. Baiklah..
2 minggu kemudian, saya yang pada saat itu tinggal di Tangerang mencoba menghubungi pihak marketing mengenai rumah yang telah di DP sebelumnya di Cibitung. Tapi saya justru mendapatkan kejutan ketika marketing tersebut malah memindahkan lokasi rumah ke sebuah blok yang baru, dengan alasan bahwa blok yang diinginkan belum selesai pengerjaannya. LADALAH!Â
Lalu rumah siapa yang saya kemarin lihat, rumah yang sudah jadi, siap huni dan gagah berdiri??? Ternyata eh ternyata si marketing bilang bahwa rumah tersebut hanyalah RUMAH CONTOH! WOALAH NDABLEG IKI!!
Singkat cerita, saya-pun panik tiada terkira, Truck untuk pindahan sudah dipesan, keluarga, sanak saudara sudah menyebar berita, semua sudah siap sedia, tapi ternyata rumahnya belum ada. Sue.
Karena itu Saya mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan alasan "terhasut" buaian halus marketing lucknut. Tapi pihak developer justru tidak tergerak untuk membantu sama sekali, malah menanyakan kapan waktu pelunasan rumah yang sudah kami DP...
Rumah gundulmu!! Apa yang mau dilunasi? Wong rumahnya cuman gambar, bangunannya saja gak ada, tanahnya baru selesai diurug, janjinya satu bulan siap huni tapi nyatanya satu bulan lagi baru bikin fondasi, sekarang malah minta dilunasi?
Situ orang mukanya dari tembok apa dari batu marmer sih, kok tebel banget...?
Alhasil, uang kami tidak dapat kembali, dan rasa malu turut menyertai. Secara finansial kerugian kami karena kelalaian ini tidak seberapa dibandingkan malu yang saya tanggung sungguh tak ternilai harganya.
Pada saat inilah saya memutuskan untuk membagi pengalaman Saya ketika bertualang mencari rumah subsidi yang manusiawi, mencoba mencari developer yang benar-benar memanusiakan manusia.