Mohon tunggu...
Jayanto
Jayanto Mohon Tunggu... Programmer - passion - family - meditation

passion - family - meditation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anicca, Folosofi Buddhisme yang Dapat Mengubah Cara Anda Melihat Kehidupan

16 Juli 2015   20:19 Diperbarui: 9 Mei 2022   15:00 10775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sebenarnya kita sudah tahu kalau segala sesuatu yang kita miliki akan rusak, hilang. Semuanya akan berpisah dari kita. Segala sesuatu yang kita miliki terus berubah, berubah tiada henti.

Sayangnya kita sering melihat perubahan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, sesuatu yang merugikan. Tanpa sadar, perubahan adalah sesuatu yang tidak kita sukai. Kita tidak suka kalau baju baru warnanya menjadi pudar, sepatu yang baru menjadi kotor, telepon genggam yang baru canggih, akhirnya menjadi lambat, segala sesuatu yang baik menjadi kurang baik, bahkan rusak. Sesuatu kenyataan yang tidak kita sukai.

Adalah suatu kesedihan, kepedihan yang mendalam, ketika orang yang dicintai, seseorang yang disayangi meninggalkan kita, tidak mencintai kita lagi. Ia sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Kita tidak mau menerima bahwa ia berubah. Padahal ketika ia berubah dari tidak mencintai, dari tidak menyayangi menjadi mencintai kita, menyayangi kita, kita menerima perubahan itu. Perubahan yang kita benci dan kita cintai.

Perubahan sering dilihat hanya dari satu sisi, dari yang baik menjadi tidak baik. Perubahan sebenarnya memiliki sisi lainnya, ketika lahir kita tidak bisa berbicara, sekarang mampu bercerita panjang lebar, saat kecil tidak bisa membaca, tidak bisa menulis sekarang bisa membaca dan menulis. Ketika lahir tidak memiliki cukup kekuatan, sekarang sudah bisa berjalan bahkan berlari. Ketika kecil tidak bisa berpikir, sekarang bisa menganalisa sesuatu yang rumit. Semua ini adalah perubahan juga. Perubahan sisi lainnya, dari yang tidak baik menjadi baik.

Sejak bangun pagi hingga saat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi pada diri kita. Ketika bangun, pikiran yang beristirahat berubah mulai bekerja, badan yang terbaring sudah  tegak dan bergerak ke sana kemari. Perut yang kosong sudah diisi, entah hanya sekadar segelas air, atau sarapan pagi. Lebih detail lagi, ratusan, ribuan mungkin jutaan nafas keluar masuk, dan oksigen telah diubah menjadi tenaga.

Ketika nafas masuk diikuti nafas keluar, sudah terjadi perubahan. Semula nafas masuk, berubah menjadi nafas keluar. Jika diamati lebih dalam lagi, nafas yang masuk kecepatannya juga berubah, dari udara yang masuk perlahan, kemudian cepat, melambat kembali dan akhirnya terhenti sejenak, diikuti nafas keluar. Demikian juga ketika nafas keluar, semula perlahan, kemudian cepat perlahan dan berhenti sejenak, dilanjutkan nafas masuk kembali.

Ketika nafas masuk dari lambat menjadi cepat, perubahan terjadi dari perlahan menjadi cepat secara bertahap, cepat menjadi lambat, juga berubah secara bertahap. Setiap saat nafaspun berubah, berubah dan berubah terus menerus.

Tubuh kita juga berubah, darah yang terus menerus mengalir, jantung yang tidak hentinya berdetak, lebih kecil lagi, molekul dalam sel-sel juga terus menerus berubah, atom-atom terus bergerak tidak henti, semuanya berubah. Karena alam semesta merupakan materi yang terdiri dari atom-atom, maka semua materi di alam semesta ini juga berubah.

Pikiran juga terus menerus mengalir tiada henti, berubah dengan hitungan yang tak terhingga jumlahnya. Pikiran dengan lincahnya pindah dari satu objek, ke objek lainnya begitu cepat, bahkan tanpa kita sadari sama sekali. Ketika anda membaca tulisan ini, sesekali pikiran melompat ke telepon gengam anda, dan berpikir ada berita yang belum dibaca. Sejenak kembali ketulisan ini, belum lama, pikiran sudah berlari entah kemana. Pikiran terus menerus berubah tiada hentinya.

Dalam Buddhisme "ketidak-kekalan", "perubahan" disebut sebagai Anicca, segala sesuatu tidaklah kekal, dalam bahasa Inggris disebut sebagai impermanent, muncul, berlangsung, lenyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun