Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hari Kusta Sedunia 2020: Pentingnya Pelibatan Masyarakat untuk Penanggulangan Kusta

16 Januari 2020   16:37 Diperbarui: 16 Januari 2020   16:42 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidang P2P Dinkes Malang

Pers Rilis: Selamat Hari Kusta Sedunia Tahun 2020! Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) selain aktif dalam gerakan inklusi dan advokasi masyarakat difabel, secara khusus fokus pada isu kusta. Kegiatannya tak hanya melakukan pendampingan masyarakat, LINKSOS juga aktif melakukan kampanye melalui media sosial, menulis di media massa, membuat pers rilis serta talk show di radio. Selain itu Lingkar Sosial Indonesia juga berjejaring dengan lintas organisasi peduli kusta, diantaranya dengan Farhan Indonesia tahun 2016, dan bekerjasama dengan until No Leprosy Remains (NLR) untuk pengembangan pokja wirausaha difabel, tahun 2019. NLR merupakan organisasi mitra Kementrian Kesehatan RI untuk eliminasi kusta dan pemberdayaan difabel.

Lingkar Sosial Indonesia juga sebagai anggota Global Partnership for Zero Leprosy sejak Februari 2019, yaitu koalisi kelompok-kelompok dunia untuk mendukung eliminasi kusta. Kemitraan dalam koordinasi World Health Organization (WHO) ini beranggotakan individu maupun organisasi-organisasi internasional diantaranya The Norvatis Foundation, Sasakawa Health Foundation, NLR, International Federation of Anti-Leprosy Associations (ILEP) dan lainnya. Peran Lingkar Sosial Indonesia dalam koalisi ini lebih pada kampanye kusta melalui website. (https://zeroleprosy.org/members/)

Apa itu Kusta?

Kusta merupakan penyakit yang menyerang sel syaraf tepi, sehingga menyebabkan mati rasa pada bagian tertentu. Kusta atau disebut leprosy termasuk jenis penyakit dengan stigma tinggi, orang merasa ketakutan mengalami penularan sebab melihat dampak kusta secara fisik yaitu cacat/ kerusakan tubuh yang nampak mengerikan. Padahal faktanya kusta merupakan penyakit menular yang tidak mudah menular serta dapat disembuhkan tanpa mengalami disabilitas.

Beberapa hal penting yang wajib diketahui tentang kusta:

  • Ciri kusta seperti panu, namun mati rasa. Pada kulit ditandai dengan bercak putih maupun bercak merah dan mati rasa, kadang berupa benjolan-benjolan di lengan, wajah, badan, dan telinga. Pada saraf tepi ditandai dengan mati rasa pada area telapak tangan dan atau telapak kaki yang mengalami kerusakan saraf, kelumpuhan di tangan dan kaki, kering, dan tidak berkeringat. Jika kelainan itu terjadi pada mata ditandai dengan refleks kedip berkurang, dan kelopak mata tidak menutup dengan baik. Masalah yang lebih seriusnya adalah terjadi cacat menetap seperti jari bengkok, memendek atau terputus, kelumpuhan tangan dan kaki, kelopak mata tidak menutup (lagoftalmos), dan kebutaan.
  • Deteksi dini. Bagian tubuh yang sering terdeteksi kusta adalah punggung, sekitar telinga dan paha. Cirinya kulit terdapat bercak seperti panu dan kemerahan, namun tidak terasa gatal. Ketika ciri itu diraba, atau digosok dengan kapas, maupun ditusuk dengan jarum tidak terasa, maka ada indikasi kusta. Langkah yang tepat segeralah periksa di Puskesmas terdekat.
  • Bakteri kusta dan pengobatannya. Bakteri penyebab kusta adalah mycobacteriumleprae, berbentuk basil/ batang. Sedangkan obat kusta namanya MDT atau multi drug terapy, adalah kombinasi obat rekomendasi WHO yang bisa diperoleh secara gratis di Puskesmas. Lama pengobatan 6 bulan untuk tipe PB (pausibasiler) atau kusta kering, dan 12 bulan untuk tipe MB (multibasiler) atau kusta basah. Tujuan dari pengobatan adalah memutus rantai penularan, mencegah cacat atau menangani agar cacat tidak berlanjut, menangani komplikasi, serta memperbaiki kualitas hidup penderita. 
  • Kusta tidak mudah menular. Kusta bisa menular melalui pernafasan, dengan masa inkubasi rerata 2-5 tahun. Kusta ditularkan oleh penderita yang belum mengkonsumsi obat MDT, ditularkan kepada orang lain yang melakukan kontak langsung dengan penderita secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Maka obyek penularan biasanya orang satu rumah atau tetangga dekat. Fakta lainnya, 95 persen orang kebal kusta, sisanya 5 persen adalah 70 persen orang yang tertular atas ketahanan tubuhnya mampu sembuh dengan sendirinya, dan 30 persen berikutnya orang yang tertular harus berobat. Namun kemungkinan kecil penularan ini jika lambat pengobatan akan berdampak kecacatan secara permanen.
  • Indonesia dengan angka kusta peringkat ketiga tertinggi di dunia setelah India dan Brazil. Data Kementrian Kesehatan menyebutkan angka penemuan kasus baru Indonesia: 6,07 per 100.000 penduduk. Total kasus baru sebanyak 15.910. Secara nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta (angka kasus kusta terdaftar atau angka prevalensi <1/10.000 penduduk) pada tahun 2000. Namun masih ada 10 Provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Selanjutnya di tingkat Kabupaten/Kota, pada akhir tahun 2017 masih tedapat 142 Kabupaten/Kota belum mencapai eliminasi kusta yang tersebar di 22 Provinsi. (https://www.depkes.go.id/article/print/19020800001/waspada-kusta-kenali-cirinya.html). Sepuluh provinsi yang belum eliminasi kusta tersebut adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Menengok kegiatan Lingkar Sosial untuk Kusta

Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), sejak berdirinya tahun 2014 pekerjaan pertama yang ditangani adalah advokasi kusta di Mojokerto. Selama setahun Lingkar Sosial melakukan pendampingan masyarakat pada sebuah dusun di Mojokerto yang lekat disebut sebagai kampung kusta. Tepatnya adalah Dusun Sumberglagah, Desa Tanjung Kenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Hingga tahun 2015 Linksos melakukan pendampingan masyarakat di dusun tersebut, riilnya dalam bentuk edukasi Sahabat Kusta ke Sekolah, mengajak anak-anak sekolah dasar di dusun tersebut berkegiatan untuk menanamkan kepercayaan diri, bangkit sebagai anak dusun yang terstigma kusta oleh lingkungannya. Aktivitas tersebut kemudian dilanjutkan oleh komunitas setempat hingga saat ini.

Tahun 2015, Lingkar Sosial Indonesia mulai membangun kelompok kerja (pokja) difabel. Tujuannya selain untuk membuka lapangan kerja bagi warga masyarakat penyandang disabilitas juga sebagai wadah pengembangan ekonomi bagi orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Namun dalam prakteknya, sebab rendahnya isu kusta di Malang, tak satupun OYPMK di Malang yang bergabung dalam pokja. Anggota pokja wirausaha difabel dari unsur OYPMK justru berasal dari luar kota, diantaranya Surabaya, Gresik, Sampang, Blitar dan Jombang. Teknisnya mereka menginap beberapa waktu, rerata 3 hari hingga 1 minggu untuk belajar handycraft di sekretariat Lingkar Sosial Indonesia, atau 3 bulan magang di konveksi jaringan Linksos. Sebagian ada pula yang didaftarkan mengikuti pelatihan di BLK Singosari.

Menjawab tantangan atas minimnya isu kusta dan peran aktif warga OYPMK khususnya di Malang, Lingkar Sosial Indonesia aktif dan terus menerus melakukan kampanye di media sosial, menulis di media, talk show di radio hingga membuat pers rilis. Lingkar Sosial juga bersinergi dengan organisasi-organisasi penggiat kusta. Kegiatan yang pernah dilakukan diantaranya talk show di radio bersama Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata) Kabupaten Blitar. Serta aksi simpatik Hari Kusta Sedunia bersama Dinas Kesehatan Lamongan dan Forum Jatim Inklusi. Aktivitas terbaru, sejak Mei 2019 Lingkar Sosial Indonesia memulai bekerjasama dengan NLR untuk pengembangan pokja wirausaha difabel dengan tujuan mengurangi angka pengangguran difabel dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) di Kabupaten Malang. Dalam kegiatan ini, Linksos menggandeng Puskesmas Lawang untuk sosialisasi kusta.

Angka Kusta di Kabupaten Malang

Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015 (Sumber), menyebutkan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan  masyarakat,  meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000.  Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta  di  Indonesia. Angka prevalensi  secara nasional pada tahun 2003 sebesar 0,8 per 10.000 penduduk, sedangkan penderita kusta yang selesai menjalani pengobatan (RFT) tahun 2004 di Jawa Timur sebesar 80,93%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun