Mohon tunggu...
Yafaowoloo Gea
Yafaowoloo Gea Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencinta Traveling, Pemerhati Wisata & Budaya Nias

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Togi Ndrawa, Gua dengan Peninggalan Arkeologi di Kota Gunungsitoli

17 November 2012   02:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:12 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang Nias tidaklah ada habisnya. Pulau yang indah, dikelilingi dengan hamparan pasir putih dengan ombak yang menggulung seakan membuai mesra setiap orang yang memandangnya. Pulau dengan salam khasnya “Yahowu” yang berarti semoga bertumbuh/ semoga diberkati. Mengingat pulau Nias ini membuat hasrat ingin cepat pulang ke sana untuk menikmati keindahan alam dan bermain dengan air lautnya yang masih perawan.

Bila Anda berkunjung ke Nias, janganlah terkejut bila disapa dengan kata “Yahowu” dan langsung diajak bersalaman. Bila disapa demikian, jawabalah juga dengan “Yahowu” bukan “Yahobu” (yang seringkali salah pengucapannya). Hal ini sudah menjadi tradisi turun-temurun dalam masyarakat Nias sebagai pertanda penghormatan mereka kepada tamu dan setiap orang yang bertemu dengannya. Seringkali, walaupun kita sepuluh kali bertemu orang yang sama dalam satu hari, maka sepuluh kali juga kita akan disapa “Yahowu”. Sejalan dengan Amaedola (peribahasa) dalam masyarakat Nias yang berkata “Mana na zikhö na falukha ba fa’ago bawa, mendrua manö yaita Ono Niha andre” (Sedangkan semut saja bila bertemu akan bersalaman, apalagilah dengan kita orang Nias ini).

[caption id="attachment_209710" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Gua Togindrawa (Sumber: MPN)"][/caption]

Pemilihan judul di atas, tidaklah ada sangkut pautnya dengan SARA. Saya ingin menuliskan tentang sebuah gua yang bernama Tögi Ndrawa secara harafiah berarti “Gua (goa) islam” yang terletak di Desa Lelewönu Niko’otanö Kecamatan Gunungsitoli yang berjarak 3km dari pusat kota Gunungsitoli. Menurut masyarakat sekitar, gua ini disebut Tögi Ndrawa karena dahulu gua ini merupakan tempat persembunyian bagi kaum pendatang/ orang asing atau yang beragama islam (Dawa/ Ndrawa) ketika masa pendudukan Jepang di Nias, sehingga akhirnya dinamakan Tögi Ndrawa. Ada juga versi lain yang menyatakan bahwa gua ini merupakan tempat persembunyian orang Nias pada zaman dahulu ketika datang Dawa (orang asing) ke daerah tersebut.

13531194651379051699
13531194651379051699

Keunikan gua Tögi Ndrawa ini terletak pada deretan gua yang berjumlah 5 buah yang memiliki empat mulut gua yang memanjang dari arah Selatan ke Utara. Mulut gua menghadap ke Timur dan Tenggara dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi atap gua yang berbeda-beda yang terbentuk dari bebatuan stalaktik alami dipadukan dengan jenis bebatuan stalamik, sehingga dinding-dinding goa ini terlihat begitu kuat. Konon, kata masyarakat sekitar, gua ini memiliki lorong yang tembus ke gua Laowömaru di desa Fodo yang berjarak sekitar 12km dari gua Tögi Ndrawa. Kita dapat mencapai gua ini dengan kendaraan bermotor dan ada bagian yang ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus meter melewati jalan setapak yang telah dibangun oleh Museum Pusaka Nias untuk memudahkan akses menuju gua Tögi Ndrawa ini.

Menurut Wiradnyana dalam dalam situs nias online, telah ditemukan data mengenai kehadiran manusia sekitar 12.000 tahun yang lalu dan berlangsung secara terus menerus sampai berkisar tahun 1.150 Masehi. Mereka yang tinggal di gua tersebut memanfaatkan biota marin khususnya yang berada pada kawasan mangrove. Bukti penemuan tersebut adalah adanya temuan berupa alat-alat batu yang berkarakter mesolitik, diantaranya serpih batu, batu pukul dan pipisan. Temuan lain berupa sisa-sisa vertebrata yang terdiri dari ikan (Pisces), ular (Ophodia), buaya (Squamosa), kura-kura (Testudinidae), hewan pemakan daging (Carnivora), Hewan pengerat (Rodentia), kelelawar (Chiroptera), hewan berkuku genap (Artiodactyla) dan Primata cangkang moluska yang terdiri dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda.

[caption id="attachment_209696" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Adat Tipe Nias Utara di Dekat Togi Ndrawa"]

13531193672050467012
13531193672050467012
[/caption]

Selain menelusuri jejak arkeologi di gua Tögi Ndrawa, bila berkunjung ke gua ini kita juga bisa menjumpai sebuah Omo Hada (rumah adat tipe Nias Utara) nan unik yang berdiri kokoh tidak jauh dari gua tersebut. Rumah adat tersebut didirikan atas kerjasama antara Museum Pusaka Nias dan Tirto Utomo Foundation, yang diproyeksikan menjadi lokasi taman wisata budaya di Kota Gunungsitoli. Bila ingin tahu lebih banyak tentang keunikan rumah adat tradisional Nias (Omo Hada), bisa membacanya di Sini. Jadi, bila berkunjung ke Nias, sempatkan waktu untuk berkunjung ke Tögi Ndrawa, ataupun bagi masyarakat Nias yang ingin mencari wisata alternatif selain pemandangan pantai disarankan untuk berkunjung ke gua ini karena dipastikan Anda akan menemukan sensasi yang berbeda yang disajikan dalam gua ini. Saya yakin bahwa sekalipun banyak yang mengaku tinggal di sekitar Gua Tögi Ndrawa, namun tidak semua masyarakat sekitar yang pernah berkunjung ke sana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun