Mohon tunggu...
Jatnika Wibiksana
Jatnika Wibiksana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mati boleh, tua jangan

Ngetril sampe tua

Selanjutnya

Tutup

Money

Emas, Penjaga Stabilitas Sistem Keuangan Paling Tangguh

1 September 2020   00:15 Diperbarui: 1 September 2020   00:08 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emas selalu jadi primadona sepanjang masa. (Foto: kompasnasional.com)

Emas tak ubahnya Monalisa. Selalu jadi primadona. Pamornya tak pernah lekang ditelan masa. Waktu berganti, ekonomi berkembang, resesi berulang, krisis bersulih rupa, perbawa logam berwarna kemuning ini tetap kinclong. Bahkan kini emas benar-benar tengah berada di puncak popularitas. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, harganya naik sangat signifikan. Kalaupun turun, cuma sedikit untuk kemudian naik lagi dan lagi. Data Bloomberg sampai pekan kedua Agustus 2020 menunjukkan, sepanjang tahun ini saja harga emas dunia mengalami kenaikan sebesar 28 persen.

Walaupun Bank Indonesia tidak lagi memasukannya dalam kategori produk keuangan, posisi emas tidak kalah strategis dibanding produk keuangan itu sendiri. Selama bertahun-tahun emas turut menjaga stabilitas sistem keuangan masyarakat sekaligus jadi alat investasi yang tumbuh superior secara alamiah. Bahkan fungsinya sudah mendekati alat tukar kedua setelah uang karena sifatnya yang sangat mudah dicairkan. Manajer Portofilio Skybridge Capital Troy Gayeski sampai-sampai berani menyebut emas sebagai mata uang alternatif paling potensial. "Sulit mencari mata uang alternatif ketika dolar mengalami pelemahan nilai. Tidak euro, tidak juga yuan. Jadi, jelas emas merupakan mata uang alternatif paling potensial yang alami," tutur Gayeski seperti dikutip Bloomberg pada Kamis (20/8/20).

Ucapan Gayeski seturut dengan hasil survei sederhana yang Kami buat pada Jumat (21/8/20). Survei ini digelar bukan untuk mencari pembenaran, melainkan sebatas menggali gambaran kecil bagaimana posisi emas di benak masyarakat. Oleh karena itu pertanyaan serta sampelnya pun sengaja ditentukan tidak terlalu kompleks. Dan tentu saja akurasi hasilnya sangat bisa diperdebatkan.

Dalam survei tersebut, disuguhkan lima pertanyaan untuk seratus responden yang dipilih secara acak dari kontak Whatsapp. Hasil survei menunjukkan, usia dominan responden berada di kisaran 40 tahun lebih. Itu berarti dari segi usia, mayoritas responden bisa dianggap berada dalam tingkat kematangan berpikir.

Untuk jawaban dari pertanyaan ketiga dan keempat rasanya sangat mudah ditebak. Tanpa survei pun sudah bisa diterka seperti apa jawaban responden. Namun yang paling menarik adalah jawaban responden atas pertanyaan kelima. Data per 31 Agustus 2020 pukul 23.30, dari 35 responden yang berkenan menjawab, 13 orang di antaranya memilih emas sebagai alat transaksi alternatif di luar uang. Jumlah ini mengalahkan opsi uang elektronik dan kartu kredit. Ini menggambarkan betapa pernyataan Gayeski di Bloomberg yang mengacu pada tataran global berlaku juga untuk skala yang sangat kecil.

Emas memang punya keistimewaan dibanding media investasi lain seperti properti, saham, asuransi, atau surat berharga lain. Dari segi keuntungan, properti atau saham boleh jadi menjanjikan hasil yang lebih besar. Tapi investasi di bidang properti benar-benar buat kalangan yang kelebihan duit, karena harga rumah yang tidak murah. Dengan uang lima juta rupiah, orang sulit berinvestasi di properti. Tapi dengan jumlah setara, saat ini orang bisa menyimpan uang dalam bentuk emas sekitar lima gram.

Untuk bermain saham atau surat berharga, orang butuh proses belajar yang tidak mudah agar paham seluk-beluknya. Sementara ibu-ibu di kampung yang pola pikirnya sederhana, secara naluriah akan membeli emas jika punya uang lebih dari hasil panen. Lalu secara alamiah pula menjualnya ketika ada keperluan mendesak. Pun perempuan kota, berbondong-bondong membeli emas sebagai perhiasan lambang gengsi sembari berinvestasi.

Ibu-ibu di kampung dan perempuan-peremuan kota secara instingtif memandang saham tidak bisa dijadikan lambang gengsi dan properti tidak bisa dibawa ke mana-mana. Tapi emas dalam bentuk perhiasan bisa menempel di badan, memberi nilai tambah pada penampilan, serta sangat mudah disulih jadi uang tunai kapan saja dan di mana saja. Ade aspek simplicity yang sangat kental di dalamnya. Emas memberikan kemudahan yang tidak diberikan saat menyimpan uang dalam bentuk saham atau properti.

Di samping itu, dibanding produk investasi lain, emas memiliki fleksibilitas tinggi dalam menghadapi situasi. Emas terbukti tangguh menghadapi bermacam gejala zaman. Saat ekonomi berada dalam kondisi baik, emas sudah barang tentu jadi pilihan favorit untuk menyimpan uang. Uniknya, ketika ekonomi tengah didera krisis, emas tetap jadi pengaman finansial paling plastis.

Dalam pengamatan Acuviarta Kartabi, Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan, Bandung, ada fenomena menarik di kalangan masyarakat menyangkut emas. Ketika masyarakat menganggap kondisi ekonomi memburuk dan mulai tidak percaya terhadap uang kartal, masyarakat justru akan memilih emas sebagai alat investasi. "Karena pola pikir masyarakat sudah terbentuk sedimikian rupa, bahwa nilai emas relatif stabil dari waktu ke waktu. Uang kartal sangat lekat dengan inflasi, sementara emas tidak mengenal inflasi. Masyarakat tidak memiliki keraguan terhadap sifat emas, baik dari sisi nominal maupun nilai intrinsiknya," ujar Acuviarta saat dihubungi pada Jumat (28/8/2020).

Yang dimaksud dengan nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Acuviarta memberi contoh simpel pada emas lima gram yang harganya sekarang berkisar di angka lima juta rupiah. Kandungan emas sebesar lima gramlah yang membuat harganya jadi sekitar lima juta rupiah. Berbeda dengan uang dolar Amerika, misalnya. Lembar pecahan 100 dolar Amerika sudah pasti bahan bakunya tidak senilai Rp 1.450.000, jika mengacu kurs saat ini sekitar Rp 14.500 per dolar. Bahan bakunya yang terbuat dari campuran serat katun dan linen bisa jadi hanya sekitar satu atau dua dolar saja.

Dengan karakternya yang sangat kuat, masih menurut Acuviarta, emas amat layak kembali dimasukkan dalam kategori produk keuangan. "Sebelum Bank Indonesia menghapusnya, dulu emas memang sempat masuk dalam produk keuangan. Tapi meski sekarang emas tidak lagi digolongkan pada produk keuangan, eksistensinya sangat strategis dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Pada tataran praksis individu masyarakat, menjual emas bisa serta merta memulihkan stabilitas keuangan dari tidak punya uang tunai menjadi punya. Jika praktik ini dilakukan oleh banyak individu, maka efeknya juga akan makin besar. Bisnis jual beli emas bisa menggerakan roda ekononi. Dalam taraf lebih lanjut, sedikit banyak juga akan berimbas pada temperatur makroprudensial aman terjaga. Sebab, bagaimanapun muara dari semua kebijakan pemerintah adalah menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan masyarakat," papar Acuviarta.

Selama ini masyarakat terlanjur percaya bahwa emas sangat bisa diandalkan dalam mengatasi kebutuhan akan uang tunai pada kondisi terjepit. Jika sekarang pemerintah sedang giat mendorong masyarakat manfaatkan produk keuangan agar makroprudensial aman terjaga, maka masyarakat secara naluriah telah lama melakukan itu dengan media emas. Keterjagaan stabilitas sistem keuangan memang punya kaitan erat dengan perilaku masyarakat, tapi juga tidak bisa dilepaskan dari produk keuangan dari sistem ekonomi yang tengah berlaku. "Dan selama ini emas terbukti bisa memenuhi kriteria itu dengan sangat baik," imbuh Acuviarta.

Andalan Masyarakat

Investasi dalam emas bukan hanya bisa menyelamatkan aset dan hidup kita, tapi juga turut menggerakkan jentera ekonomi masyarakat. Setidaknya itu yang dilakukan Toko Emas ABC selama 32 tahun.

Didirikan oleh Ibu Lim Po Tju pada 1988, ABC adalah toko emas ternama di kota kembang. Salah satu gerainya yang terletak di Jalan Terusan Pasirkoja, saban hari selalu dipadati konsumen. Selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tempo hari, Toko Emas ABC sempat tutup. "Dan ketika toko boleh buka kembali selepas PSBB berakhir, kami lebih banyak kedatangan konsumen yang hendak jual emas. Rupanya masyarakat butuh uang tunai untuk jaga-jaga," aku Gloria dari Toko Emas ABC.

Konsumen toko emas, lanjut Gloria, secara umum terdiri dari dua golongan. Pertama, mereka yang memang penggemar perhiasan emas. Golongan ini membeli emas untuk eksistensi dan lambang gengsi. Golongan kedua terdiri dari masyarakat yang beli emas untuk jaga-jaga jika suatu saat kepepet butuh uang tunai. "Tapi prinsip keduanya sama, yakni investasi juga," ucap Gloria.

Gloria sadar Toko Emas ABC jadi andalan masyarakat ketika butuh uang tunai. Karena itu, Gloria menegaskan, tokonya tidak pernah menolak masyarakat yang mau jual emas. Sepanjang sesuai persyaratan, tetap diterima. Berapa pun banyaknya. Itu berarti secara langsung toko emas seperti ABC telah turut serta menjaga stabilitas sistem keuangan pada level paling bawah.

Bukan karena berkecimpung dalam bisnis jual-beli emas bila kemudian Gloria menyarankan masyarakat agar berinvestasi dalam bentuk emas. "Kalau ada uang banyak, investasi di properti jadi pilihan yang bagus. Jika punya uang ditambah punya pengetahuan cukup, boleh lah main saham. Tapi bila ingin memilih media investasi yang simpel dengan risiko relatif kecil, emas adalah pilihan utama," kilahnya.

Bila investasi jadi alasan utama, secara spesifik Gloria memberi saran agar memilih logam mulia. Sebab harga logam mulia seperti produk PT Aneka Tambang (Antam) relatif sama antara beli dan jual. Sementara untuk emas dalam bentuk perhiasan, masing-masing toko punya kebijakan berbeda-beda.

"Sekarang harga emas sedang tinggi. Penjual seperti kami mengalami penurunan dalam aspek penjualan. Di lain pihak, pos pembelian emas dari masyarakat meningkat tajam. Tapi kami tetap yakin emas masih menggiurkan, baik buat para pebisnis seperti kami maupun masyarakat," tegas Gloria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun