Mohon tunggu...
Jati Nugroho
Jati Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Penggemar bola layar kaca yang ingin belajar menulis

The harder I try, the luckier I get

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Menghargai Kegagalan bersama Liverpool dan Klopp

27 Juni 2020   18:17 Diperbarui: 27 Juni 2020   18:23 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klopp mengangkat piala Liga Champions (dailymail.co.uk)

Gelar yang dinanti-nantikan itu akhirnya datang juga untuk Liverpool. Ya, Liverpool telah memastikan gelar juara Liga Inggris musim 2019-2020 dengan 7 pertandingan tersisa. Kepastian itu didapat setelah rival terdekatnya, Manchester City, takluk di tangan Chelsea 2-1. Poin Liverpool yang kini berjumlah 86 tak akan bisa disalip lagi oleh The Cityzens. Ini adalah gelar pertama The Kops setelah 1990. Dahaga gelar selama 30 tahun itu akhirnya berakhir sudah.

Sebetulnya, Liverpool sudah beberapa kali berada sangat dekat dengan gelar juara Liga Inggris. Musim 2018-2019 lalu mungkin akan dikenang fans Liverpool sebagai musim yang begitu menyesakkan. Bagaimana tidak, Liverpool harus merelakan gelar kepada Manchester City dengan selisih 1 poin saja. Walaupun mereka berhasil memenangkan Liga Champions tahun itu, tetap saja gelar Liga Inggris jadi satu piala yang paling dirindukan publik Merseyside merah.

Tapi, tampaknya tak ada yang bisa melupakan momen yang lebih epic dalam sejarah Liverpool di mana sang kapten legendaris mereka, Steven Gerrard, terpeleset saat berlaga kontra Chelsea di hadapan publik Anfield musim 2013-2014. Blunder Gerrard bisa dibilang sangat fatal. Ia tak hanya membuat Liverpool kalah 0-2, tapi juga meruntuhkan harapan mereka untuk menyabet gelar Liga Inggris untuk yang pertama kali. Sejak kekalahan itu, performa Liverpool terus merosot hingga akhirnya mereka menyaksikan Manchester City mengangkat piala di penghujung musim.

Di pentas Eropa pun nasib Liverpool tak kalah mengenaskan. Tahun 2016, mereka melenggang ke final Europa League melawan wakil Spanyol, Sevilla. Sempat unggul 1-0 di babak pertama, mereka harus menangis setelah sang lawan berhasil comeback 3-1. 

Dua tahun kemudian, mereka menembus final Champions League menghadapi sang raja turnamen, Real Madrid. Lagi-lagi mereka harus merana berkat blunder kiper mereka, Loris Karius. Karius dua kali melakukan kesalahan fatal hingga akhirnya The Reds takluk 1-3. 

Kegagalan dan Liverpool, mungkin itu adalah romansa yang paling menarik di dunia sepak bola masa kini. Kisah antara mereka berdua adalah buah bibir yang paling menakjubkan. Tak jarang, Liverpool dan fans setianya jadi bahan olok-olokan pendukung klub lain. Ada yang bilang bila kegagalan dan Liverpool adalah kisah cinta yang lebih indah ketimbang Romeo dan Juliet, atau Robert Pattinson dan Kristen Steward di film Twilight.

Namun, mereka tak lekas menyerah. Dari kegagalan-kegagalan itulah Liverpool mampu bangkit dan mulai mendominasi. Sang pelatih, Juergen Klopp menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan kota Merseyside sebelum menyumbangkan piala. "Mungkin aku takkan selalu menjadi juara setiap tahun, tapi percayalah aku akan bisa memenangkan sesuatu untuk Liverpool dalam 4 tahun." Benar saja omongan pria asal Jerman ini. Dia berhasil mempersembahkan piala Liga Champions di tahun keempatnya melatih Liverpool, ditambah lagi Super Cup dan kini titel Premier League.

Klopp sepertinya paham betul, bahwa kegagalan bukanlah alasan untuk menyerah. Kepahitan demi kepahitan yang dialaminya telah membuatnya belajar untuk terus memperbaiki diri. 

Ia tak pernah mengeluh ketika kalah di final. Ia selalu memacu diri untuk terus mengasah dan mengembangkan performa skuad Liverpool. Hal inilah yang membuatnya mampu memenangkan hati jajaran petinggi Liverpool dan para penggemarnya.

Revolusi Klopp dimulai semenjak ia menambahkan beberapa punggawa jempolan dalam timnya. Virgil van Dijk, Alisson, Mohammed Salah, Sadio Mane, dan Fabinho menjadi pemain kunci bagi Liverpool hingga kini. 

Rekrutannya tersebut mampu mengubah wajah Liverpool menjadi tim kuat yang tak gampang dikalahkan. Analisa Klopp dalam memilih pemain yang tepat menjadi kunci. Ia seringkali bereksperimen untuk melengkapi puzzle yang hilang dalam skema permainanya. Nama-nama tadi menjadi bukti nyata jika Klopp adalah pelatih yang visioner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun