Mohon tunggu...
Jati lanang
Jati lanang Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang selalu suka dengan tantangan

Masih diatas bumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ratna

3 November 2018   14:36 Diperbarui: 3 November 2018   15:27 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malang nian nasib Ratna Sarumpaet, sudah jatuh ketimpa tangga pula.

Terbongkarnya kasus penganiayaan palsu yang melibatkan dirinya memaksanya untuk berhenti beraktivitas sementara waktu. Sang Ibu tua harus diam, meringkuk bagai pesakitan. Berbeda jauh dari kebiasaan nya yang selalu ceramah dan bersafari politik kemana mana. Kini Ia harus diam, Ia hanya bisa menonton publik yang sedang menghujat nya.

Sempat di depan awak media yang disiarkan secara langsung melalui salah satu TV swasta Nasional, Ratna Sarumpaet minta maaf secara terbuka atas kebodohan yang dia lakukan. Ia menyesal. Tetapi apakah Ia betul betul menyesal atau jangan Jangan ini hanyalah skenario penyelamatan dalam situasi darurat, bahwa harus ada yang dikorbankan demi kontestasi 2019.? Hanya Ini yang tahu (untuk tidak menyebut pihak lain)

Memberi maaf tidak segampang meminta maaf. Nyatanya setelah meminta maaf kasus ini tidak begitu saja dilupakan oleh publik. Ratna Sarumpaet harus menerima penghakiman masal oleh publik dan nitizen akibat Hoaks yang dikarangnya. Ada ratusan ribu tweet dan status FB yang mem-bully nya begitu ia usai meminta maaf. 

Celaka nya bukan hanya Ratna saja yang "dihajar", tetapi serangan nitizen menyasar siapa saja yang di anggap terlibat dalam kasus ini. Mereka jengkel, muak dengan narasi Hoaks yang terus digulirkan untuk menyudutkan pemerintah. Dan pihak yang di anggap paling bertanggung jawab adalah Oposisi. Mereka adalah dalang.

Tetapi oposisi cerdas juga, Seolah tidak ingin berlarut larut merima serangan karena berpotensi menggerus elektabilitas Prabowo-Sandi, oposisi buru buru memberikan klarifikasi di depan publik bahwa mereka juga adalah korban kebohongan mereka marah dengan Ratna Sarumpaet.

Bahkan beredar khabar walau belum jelas kebenarannya: Ratna Sarumpaet akan di laporkan ke pihak yang berwajib, Ia juga akan di pecat dari TKN Prabowo Sandi. Ia di tuduh sebagai penyusup yang di masukkan oleh kubu sebelah. Kali Ia harus di-amputasi. Sungguh malang.

Bagi saya, Kemarahan publik atas kasus ini adalah sesuatu yang alamiah. Disaat negeri ini sedang di landa duka, bencana susul menyusul terjadi. Duka Lombok belum usai. kini Sulawesi Tengah berurai air mata. Satu pekan ini kita menyaksikan ribuan saudara kita di palu, Sigi dan Donggala yang sedang tertimpa musibah. Disaat yang sama pula Ratna Sarumpaet seorang diri (untuk tidak menyebut sekelompok orang) asyik membangun fantasi yang membuat gaduh se-isi negeri: Ia telah telah dianiaya oleh sekelompok orang tak di kenal.

Sontak seketika itu juga oposisi beserta semua tokohnya langsung memberikan pernyataan, bahwa ini adalah perbuatan biadab. Tak tanggung tanggung mereka juga menggelar konferensi pers, meminta pemerintah menuntaskan kasus ini. Karena di anggap sebagai ancaman terhadap demokrasi. (walau di kemudian hari sikap dan respon nya ini mereka bungkam).

Di sela-sela membaca tweet dan status FB secara diam diam saya membayangkan seandainya kasus Hoaks ini tidak terbongkar publik hanya tahu bahwa Ratna Sarumpaet telah di aniaya. Dapat di bayangkan bahwa pemerintah pasti akan di buat babak belur. Barangkali kasus ini akan di goreng sedemikian rupa hingga baunya menyebar kemanana mana. Persis seperti Pilkada DKI tahun lalu. Ada ribuan moncong "senapan" berupa akun sosial media yang siap memberondong Jokowi tak kenal ampun.

Barangkali Ratna Sarumpaet (untuk tidak menyebut banyak orang) lupa kalau pemerintah punya polisi, inteljen dan seterusnya yang dapat dengan cepat untuk mengusut dan mengecek kebenaran kasus tersebut. Maka di saat kebohongan nya nyaris terbongkar, Ratna Sarumpaet mendahului meminta maaf. Seakan akan ingin menunjukkan bahwa Ia perempuan tegar dan berani mengakui kesalahan nya. Boleh jadi ia berharap dengan keberanian yang di tunjukkannya mendapat simpati dari publik. Nasi telah menjadi bubur, publik terlanjur bosan, barangkali sudah jengah terhadap Hoaks yang bertebaran selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun