Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Tetap Trendi dan Gagah dengan Pakaian Bekas

20 Desember 2020   16:12 Diperbarui: 20 Desember 2020   16:17 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena "thrifting" menjadi trend saat ini pada sebagian orang Indonesia, dimana mereka dapat membeli pakaian yang masih dalam kondisi bagus dan layak pakai dengan harga yang relatif terjangkau.

Bagi penulis, membeli pakaian bekas yang masih dalam kondisi bagus dan layak pakai sudah bukan lagi hal yang baru. Sudah sejak tahun 1990-an penulis mempergunakan pakaian bekas yang dibeli dengan harga yang relatif bisa disebut murah untuk ukuran warga Yogyakarta.

Dulu, tidak ada kesadaran dari penulis akan persoalan dampak ekologis atau alasan moral lainnya terkait dengan gerakan membeli pakaian bekas, entah itu baju, kaos, celana jeans sampai dengan sepatu, yang ada hanya persoalan tersedianya dana keuangan yang terbatas alias "cekak". Selain itu juga untuk adanya keinginan untuk tampil beda dengan apa yang dipakai oleh teman-teman sesama mahasiswa kala itu.

Dalam foto yang penulis tayangkan tersebut di atas, baju flanel kotak-kotak dan celana jeans yang penulis kenakan itu semua adalah barang bekas pakai.

Model kotak-kotak yang lebar pada baju penulis ini berbeda dengan model kotak-kotak pada baju flanel yang umum dipakai di kalangan pemuda dan  teman-teman penulis pada jaman itu, yang mana motif kotak-kotak pada baju flanel jaman itu motif kotak-kotaknya kecil-kecil.

Bukan hanya berbeda dengan model motif kotak-kotaknya, soal warna juga berbeda dengan yang ada saat itu. Tidak ada yang memakai baju flanel warna biru seperti warna biru pada baju milik penulis. Baju flanel milk penulis adalah satu-satunya yang berbeda dengan yang dipakai oleh teman-teman penulis yang kebanyakan bermotif dan berwarna sama.

Celana jeans yang penulis pakai, yang itu sering dijadikan bahan candaan teman-teman mahasiswa karena warnanya yang aneh. "Celana yang rajin dicuci, " begitu seloroh mereka karena  warna asli birunya jeans itu bisa sampai memutih.

Selain pakaian, penulis dulu juga bebrapa kali memakai sepatu bekas. Ada kisah yang lucu terkait dengan sepatu bekas ini. Kala itu penulis memakai sepatu  bekas yang terbuat dari kulit dan berwarna putih polos serta ada logonya "daun singkong tiga" pada bagian belakangnya.

Ada seeorang kakak kelas yang dari berasal dari kalangan keluarga yang tajir melintir yang tertarik dengan sepatu bekas yang penulis pakai, dan memintanya untuk bertukar dengan sepatu yang dia kenakan. Sepatu kakak kelas itu juga memiliki merk yang sama, bedanya di tiap sisi luar sepatunya ada garis strip-strip berwarna.

Tentu saja penulis keberatan, bukan soal bagus tidaknya barang yang hendak di pertukarkan, melainkan penulis takutnya jika si kakak kelas itu tahu jika asal sepatu kulit yang penulis pakai ini dibeli dari rombengan di "sarthir" alias "pasar senthir" yaitu sebuah jalan di sebelah timur pasar Bringharjo yang jika malam hari berubah menjadi pasar tiban barang bekas atau istilahnya "rombengan", bisa berabe nanti urusan belakangnya.

Masih ada satu cerita lagi tentang baju bekas yang dulu penulis beli di toko "awul-awul" yang sampai sekarang masih penulis simpan. Barang itu berupa seperangkat baju jas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun