Minggu sore Manto dan Ari datang ke rumah Nono untuk menservis sekaligus memperbaiki mesin sepeda motor milik Manto. Rumah Nono dipilih karena disamping disana tersedia perkakas untuk memperbaiki motor yang cukup komplit, rumahnya juga  memiliki pekarangan yang luas, dan Nono yang pada waktu itu hidup sendirian juga tak keberatan jika kedua temannya itu datang kerumahnya karena bisa menjadi teman untuk berbincang-bincang di sana.
Ternyata menjelang Maghrib acara memperbaiki motor juga belum kelar. Karena merasa tanggung, setelah Maghrib Nono lalu memasang lampu merkuri untuk menambah penerangan. Perbaikan mesin motor pun dilanjutkan hingga benar-benar dianggap sudah pas pengaturan mesinnya. Selanjutnya adalah mencoba dengan cara dikendarai seperti jamaknya orang berkendaraan motor. Sudah enak dan nyaman dikendarai atau belum sepeda motor itu.
"Coba Man, sekarang dinaiki. Beli bensin ke pom sama sekalian beli sate ayam di tempatnya Cak Lukman buat makan malam, "ucap Nono kepada Manto.
Bukannya Manto yang menjawan tapi Ari yang menyahut ucapan Nono," Beres bos, aku yang berada di depan ya," Ari langsung naik motor dan menghidupkan mesinnya dengan sekali tekan panel starter elektriknya. Mesin hidup dan Ari memainkan gasnya berulang-ulang sehingga menimbulkan suara yang bising.
Sementar itu Manto lalu merapikan dan mengembalikan semua perkakas perbengkelan yang tadi digunakan ke kotak peralatan. Lampu merkuri juga sudah dimatikan lalu dicopot dan dikembalikan ke kotak penyimpanannya.
Ari yang sudah asyik duduk diatas motor sama sekali tak melihat kalau Manto masih beres-beres membersihkan tempat yang digunakan untuk memperbaiki motor. Ketika merasa sudah ada yang membonceng, Â langsung saja motor dijalankan pelan-pelan keluar pekarangan rumah Nono dan kemudian menyusuri jalan desa menuju ke Pom Bensin.
Ari yang mengemudikan motor itu merasa heran. Menurut perasaannya, motor yang dikendarai ini seperti mengangkut beban yang berat. Seandainya tangan Ari tak kuat, mungkin jalannya motor itu sudah oleng ke kanan dan kiri.
"Man, kulihat badanmu itu tak gemuk-gemuk amat, tapi koq beratnya minta ampun, malah melebihi orang yang gendut," kelakar Ari.
"Hehhhh," jawab yang membonceng motor.
Mendapat jawaban seperti itu, Ari pun tak ambil pusing. Dia terus saja bercerita kesana kemari.
Sesampai di pertigaan dekat masjid mereka berpapasan dengan rombongan ibu-ibu yang sedang berjalan pulang dari pengajian. Seperti biasa, Ari pun menyapa dan memberi salam kepada mereka. Namun anehnya, tak ada satupun dari mereka yang membalas salam yang diucapkannya. Meski heran, Ari juga tak ambil pusing dengan kejadian itu.