Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Jam Menjelang Tengah Malam

17 Oktober 2020   17:08 Diperbarui: 17 Oktober 2020   17:12 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.liputan6.com/global/read/3190238/orgasme-dahsyat-wanita-ini-pilih-berhubungan-seks-dengan-hantu#

Sudah menjadi kebiasaan dari  Jarot yang tiap hendak berangkat ronda mesti pamitan sembari mencium kening Wanti isterinya di teras depan rumah kontrakannya yang berada di pojok desa yang berdekatan dengan makam kuno. "Aku berangkat ronda dulu ya sayang", pamit  Jarot   kepada isterinya.

Sepeninggal Jarot, Wanti lalu masuk ke dalam rumah dan sekilas melihat jam yang terpasang di dinding menunjukkan pukul 22.30. Dengan kesal Wanti lalu masuk ke kamar dan direbahkanlah tubuhnya ke kasur. "Sudah hujan, sepi, dingin pula udaranya, eh malah ditinggal suami ronda,"gerutunya.

Dengan tubuh yang berada dibawah selimut tebal untuk mengatasi hawa dingin, mata Wanti hanya berkedap-kedip memandang langit-langit rumah kontrakannya. "Ceklek, ceklek!" suara selot pintu yang bergerak dan diiringi ketukan serta sapaan  pada pintu depan rumahnya  membangunkan lamunan panjang Wanti.

Wanti pun bergegas bangun dan berjalan menuju pintu sembari menyapa orang yang mengetuk pintu rumahnya. "Aku dik,"jawab orang yang mengetuk pintu.

Mendengar suara itu sumringahlah wajah Wanti karena suara dari orang yang mengetuk pintu itu adalah suara Jarot suaminya. Dibukanya pintu rumah itu dengan cepat.

"Tak jadi ronda mas?" tanya Wanti. "Gardu masih kosong, mungkin masih menunggu hujan reda. Daripada kedinginan dan bengong di gardu sendirian mending pulang lah, nanti kan ada yang menghampiri kalau berangkat ronda, "jawab Jarot yang kemudian memeluk tubuh Warni.

"Duh, jangan di depan pintu mas, nanti kalau ada yang melihat bisa heboh dusun ini, "canda Wanti yang kemudian menutup pintu rumahnya.

Entah karena kondisi hujan dan dingin sehingga mencipatkan suasana yang syahdu atau memang karena keduanya sedang dimabuk asmara, tak ayal lagi kedua insan manusia berlainan jenis ini pun memulai memadu asmara dengan hasrat yang menggelora. Dayung-dayung asmara pun mulai dikayuh untuk merengkuh pulau kenikmatan sebagai titik tujuan pelayaran asmara.

Ketika Wanti telah mencapai pulau ketiga dalam pelayaran asmaranya, barulah Jarot mengakhiri kayuh dayung gelora hasratnya. Mereka berdua telah tiba secara bersamaan di titik tujuan akhir pelayaran asmara. Kini yang tertinggal hanyalah  deru nafas yang saling bersahutan dan peluh keringat yang membanjiri tubuhnya mengiringi wajah-wajah yang puas dan penuh kebahagiaan.

Beberapa saat kemudian Jarot bangkit dan berjalan sambiol membawa pakaian menuju ke kamar mandi yang ada di belakang rumah. Sementara Wanti dengan perasaan yang malas malah membenamkan dirinya di balik selimut untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara Jarot yang pamit akan berangkat ronda lagi walau hujan masih belum reda. "Mas bawa kunci rumah saja, jadi nanti kalau pulang tak perlu membangunkan aku", balas Wanti dari atas kasur saat menjawab pamitan suaminya.

Sepeninggal Jarot, Wanti pun dapat tidur dengan nyenyak dengan diiringi rasa lega yang tak terlukiskan hingga tahu-tahu sinar mentari pagi sudah memancarkan cahayanya tanda buana sudah membuka hari yang baru. Dengan tubuh yang masih capai dan lemas, Wanti pun bangun untuk memulai menjalani rutinitas yang mesti dilakukannya, mulai dari menyiapkan sarapan untuk suaminya yang akan berangkat bekerja di kantor Kecamatan, belanja keperluar dapur di pasar sampai dengan menyiapkan apa saja yang mesti harus dibawanya ke kios pasar, dimana dia biasa berjualan pakaian.

Setelah suaminya berangkat kerja dan dia sendiri sudah selesai dengan pekerjaan rumah, Wanti pun bersiap-siap untuk belanja ke pasar. Namun sayang, sesaat kedua kakinya baru beberapa langkah meninggalkan  rumah kontrakannya,  dua orang  ibu-ibu yang sepantar dengan usianya dengan naik seperda motor matic berhenti mendadak di depan rumahnya.

"Owalahh... mbak Karni dan mbak Suti ini lho, bikin orang kaget saja! " seru Wanti yang memang sedikit kaget karena hadirnya kedua orang tetangganya itu yang secara tiba-tiba itu.

Setelah meminggirkan kendaraannya, Karni dan Suti pun menghampiri Wanti. "Wah, dik Wanti ini masih muda saja  koq gampang kagetan, "canda Karni.

"Eh, omong-omong ya dik Wanti, semalam itu heboh sekali di teras rumahku. Dari jam sebelum tengah malam sampai mau mendekati waktu Shubuh, bapak-bapak yang ronda pada asyik main kartu remi setelah keliling desa. Mereka tak di gardu karena kalau hujan di gardu ronda yang sempit itu tak enak buat main kartu," celoteh Karni.

"Coba kalau tadi malam dik Wanti ikut gabung, kan jadi tambah gayeng suasana di rumahku. Ada mbak Suti ini, bu RT sama bu Dukuh. Asyik pokoknya. Yang bapak-bapak ronda plus main kartu di teras, kita ibu-ibu ini pada bercanda di dalam rumah, hihihi!" kata Karni sambil tertawa sementara Suti hanya tersenyum saja.

'Kan disana Mas Jarot-mu juga ada, malah dia yang datang paling awal bebarengan dengan kang Sapar sama kang Dulah. Belum ada jam sebelas malam mereka berempat sama mas Andi suamiku sudah ronda keliling kampung. Habis itu langsung lanjut main kartu. Wah, kompak banget mereka berempat ini, apalagi kalau soal main kartu sambil ngopi-ngopi. Aku sama mbak Suti ini yang harus repot  menyiapkan minuman dan pacitannya, tapi melihat keakraban dan guyubnya itu malah membuatku senang," Karni terus saja bicara seperti pembawa berita di TV.

"Mas Jarot datang sebelum jam sebelas malam terus ronda dan dilanjut dengan main kartu?" tanya Wanti dengan sedikit berteriak.

"Lho, memangnya kenapa dik Wanti, sudah biasa kan mereka berempat seperti itu?  Toh,  mereka main kartu hanya sekedar bermain tanpa taruhan uang," Suti yang dari tadi diam ganti bertanya dan berkata setelah melihat raut wajah Wanti yang mendadak berubah pucat.

Keringat dingin membasahi tubuh Wanti. Cepat-cepat dia berpamitan kepada dua orang ibu-ibu yang menjadi tetangganya itu. Dilangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa untuk segera menuju ke Kantor Kecamatan dimana suaminya bekerja, tanpa menghiraukan pandangan keheranan dari kedua perempuan tetangganya itu.

Di dalam benaknya yang ada hanya sebuah pertanyaan. "Jika mas Jarot semalam ronda dari sebelum jam sebelas malam sampai menjelang Shubuh, lalu siapa lelaki perkasa yang bercinta dengan dirinya satu jam menjelang tengah malam tadi?"

Tamat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun