Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Analisa Non Intelijen Mengenai Kekalahan Amien Rais dan Prabowo dalam Pilpres yang Terjadi Secara Beruntun

2 Agustus 2019   10:46 Diperbarui: 2 Agustus 2019   10:54 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Prabowo adalah satu-satunya orang Indonesia yang paling bersemangat dalam setiap ajang pemilihan presiden. Terhitung sejak tahun 2003 hingga tahun 2019 ini,  sudah empat kali blio mencoba mengikutinya. Namun apa daya, nafsu besar tapi daya saingnya kurang sehingga tak satupun usahanya ada yang berhasil.

Hal ini jelas berbeda sekali dengan Amien Rais yang hanya sekali menjagokan dirinya mengikuti pilpres di tahun 2004. Sekali jadi jago, maju tarung dan kalah langsung kapok dan beralih menjadi tim sorak capres yang didukungnya pada pilpres-pilpres selanjutnya.

Kekalahan beruntun yang dialami Prabwo ini, termasuk Amien Rais, sebenarnya sudah diprediksi oleh nujum yang kondang seantero Jawa sejak abad ke-12. Ahli ramal itu tak lain adalah Prabu Jayabaya, raja Kediri yang paling terkenal.

Menurut ramalan Jayabaya atau jangka Jayabaya yang berkaitan dengan pemimpin negara, bahwa nantinya yang menjadi pemimpin di nusantara ini adalah orang-orang yang memiliki nama dengan akhiran huruf No, To, Na, Go, Ro. Huruf-huruf yang jika dirangkai akan membentuk kata 'notonagoro' yang artinya menata negara atau mengatur negara.

Untuk memudahkan menyebutnya, saya menggunakan istilah konsep Notonagoro saja.

Jika merunut pada konsep Notonagoro itu, maka setelah Indonesia Merdeka maka yang menjadi pemimpin nasional berturut-turut adalah Soekarno (No), Soeharto (To). Dan seterusnya hingga sekarang malah jadi Joko Widodo yang namanya sama sekali tidak berakhiran dengan huruf sebagaimana yang terdapat dalan konsep Notonagoro.

Khusus untuk persoalan yang ini rupanya ramalan Jayabaya ini meleset. Tak apa-apa, namanya juga ramalan koq, dipercaya boleh dan dianggap omong kosong juga tak jadi masalah.

Kembali ke soal Prabowo dan Amien Rais yang ternyata jika menurut ramalan Jayabaya ini malah tepat. Keduanya sudah diramalkan tak ada hoki buat jadi pemimpin nasional.

Untuk Amien Rais (Is) sih ramalannya jelas-jelas tampak. Tak ada satupun akhiran namanya yang sesuai dengan konsep Notonagoro. Jadi sampai kiamat pun Amien Rais ini tak akan bisa jadi RI-1.

Sedangkan untuk Prabowo, kegagalannya yang beruntun dalam kontestasi percapresan di negeri ini tak lain karena huruf 'To' yang adalam konsep Notonagoro itu sudah lebih dulu dipakai oleh bapak mertuanya yang tak lain adalah daripada Soeharto (To). Prabowo kan nama komplitnya juga berakhiran dengan huruf 'To', yaitu Prabowo Soebiyanto. tuh iya kan!

Ini hanya masalah waktu saja. Seandainya Prabowo itu hidup di jaman sesudah Soekarno, bukan mustahil blio inilah yang menjadi pemimpin nasional. bukankah blio ini capres pilihan umat yang diukung dan direkomendasi ulama dan para habaib se Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun