Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wayang Sumantri: Sikap Sok Jagoan dan Tak Mengenal Balas Budi

6 April 2019   07:28 Diperbarui: 6 April 2019   07:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tokohwayangpublogspot.com

Dalam pandangan saya, sosok wayang Sumantri yang dijadikan contoh akan sikap kepahlawanan dalam Serat Tripama adalah kurang pas. Ada beberapa hal yang menjadi alasannya:

Pertama adalah sikapnya yang kurang pantas karena terlalu "sok jagoan" dan berani menantang adu kesaktian dengan Prabu Arjunasasrabahu yang menjadi rajanya hanya demi membuktikan apakah rajanya ini benar-benar sakti mandraguna. 

Bagaimana seandainya dalam adu kesaktian tersebut Prabu Arjunasasrabahu kalah? Dapat dipastikan niatnya untuk mengabdi ke kerajaan Maespati jadi berubah, bukan untuk mengabdi kepada raja, yang dalam hal ini adalah Prabu Arjunasasrabahu, tetapi akan mengkudetanya dan menjadikannya dirinya sendiri menjadi raja sekaligus menjadikan Dewi Citrawati sebagai isterinya.

Yang kedua adalah sifat ketidakjujurannya saat diperintahkan Prabu Arjunasasrabahu untuk memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Utarasegara ke Maespati. Yang berhasil memindahkan taman ini bukan Sumantri, tetapi adiknya yang bernama Sukasrana.

Dengan pertolongan adiknya yang berwujud "buto bajang" atau raksasa kerdil yang sakti ini akhirnya Sumantri bisa memenuhi tugas yang diperintahkan rajanya. Akan tetapi Sumantri tidak mengatakannya kepada  Prabu Arjunasasrabahu. Bahkan Sumantri merasa malu jika harus menunjukkan ujud adiknya kepada sang raja, dan sampai hati mengusirnya dengan cara menakut-nakuti Sukrasrana dengan menodongkan anak pahan.

Sialnya, anak panah yang dipakai untuk menakut-nakuti itu terlepas dan membunuh Sukasrana. Apapun dalihnya, sikap demikian tak pantas dilakukan terhadap orang yang telah membantu pekerjaannya, terlebih-lebih itu adalah saudaranya sendiri.

Perkara Sumantri gugur membela raja dan negeri Maespati dalam peperangannya melawan Rahwana juga bukan sesuatu yang pantas dikagumi. Wajar saja seorang patih tewas di peperangan, tak berbeda dengan panglima perang atau prajurit lainnya. Tak ada yang istimewa dan layak diteladani dalam sikap perilakunya sebagai ksatriya.

podjok pawon, April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun