Mohon tunggu...
Jason Putra
Jason Putra Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UAJY

Mahasiswa UAJY 19 Ilkom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Virus Mematikan Tidak Menghalangi untuk Datang ke Tempat Ibadah di Bandung

17 Desember 2020   15:31 Diperbarui: 17 Desember 2020   15:34 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembalinya Kota Bandung menjadi zona merah Covid-19 tidak membuat kegiatan di Masjid Raya Bandung dihentikan, namun hanya protokol Kesehatan yang ketat masih terus dijalankan sebelum hingga sesudah Jemaah memasuki masjid.

Ini membuat pada pemeluk agama Islam harus beradaptasi dengan adanya keadaan seperti ini yang dimana semua kegiatan terbatas meskipun dalam hal beribadah pun. Yang seperti kita ketahui bahwa wabah virus Covid 19 ini membuat semua aspek kehidupan dibatasi untuk mencegah penyebaran virus ini, maka dari itu pemerintah berusaha untuk membatasi aktivitas masyarakat untuk memutuskan rantai penyebaran virus ini.

Dampak dari virus ini terhadap aspek ke-agamaan adalah salah satunya adalah kebudayaan atau kebiasaan umat muslim yang dimana mereka melakukan ibadah di Masjid namun karena adanya virus ini membuat para umat muslim bukan hanya di Bandung namun di seluruh dunia ini harus beradaptasi dengan cara baru yang sudah di sarankan dari pemerintah yaitu adalah disarankannya untuk beribadah di rumah, ini menjadi polemic karena sudah menjadi kebiasaannya atau menjadi budaya umat Muslim untuk beribadah di Masjid. Proses adaptasi ini pun tidak mudah dikarenakan mayoritas umat Muslim di Indonesia sendiri sekitar 80,31% yaitu 204 juta jiwa.

Terutama di kota Bandung sendiri yang dimana memiliki Masjid utama yang berada di tengah kota yang pada biasanya sebelum adanya wabah virus ini masyarakat yang beragama Islam kerap mendatangi Masjir Raya ini untuk beribadah dan juga Masjid Raya ini menjadi icon di Bandung. Adaptasi ini harus dilakukan bukan hanya untuk umat Muslim namun juga dengan umat yang beragama lainnya dikarenakan juga tidak beribadah di tempat ibadah yang biasa dikunjungi, yang dimana pengertian dari adaptasi sendiri adalah suatu proses seseorang atau individu dalam menyesuaikan diri, merasa aman, dan nyaman dengan lingkungan baru yang sedang dan akan dihadapinya dalam jangka waktu yang panjang (Gudykunst & Kim, 2003), Adaptasi budaya adalah suatu proses seseorang atau individu dalam mempelajari maupun memahami berbagai kebiasaan serta peraturan budaya yang baru (Martin & Makamaya, 2010). 

amun adaptasi ini tidak mudah untuk dilakukan karena sudah lamanya kita melakukan budaya seperti ini dan dengan adnaya suatu kejadian maka budayaini terpaksa harus bisa mengadaptasi dengan lingkungan dan keadaan yang terjadi. Proses untuk melakukan adaptasi ini pasti tidak luput dengan adanya penolakan dan juga konflik yang pastinya akan terjadi karena banyak orang yang belum, terbiasa akan hal itu, ini disebut dengan cultural adaptation yang dimana penjelasannya adalah proses yang bersifat dasar dalam komunikasi antara lain adanya proses penyampaian pesan, medium, serta penerima pesan.

Jadi adaptasi budaya ini sangat diperlukan untuk masa masa sekarang yang dimana sekarang sedang adanya wabah virus Covid 19 dan setiap harinya angka yang terkena virus ini semakin hari semakin meningkat. Proses adaptasi ini sudah disosialisasikan oleh pemerintah agar memutus rantai penyebaran virus ini yaitu dengan beribadah di rumah, jika beribadah di luar menjaga jarak satu sama lain kurang lebih 1-2 meter, menggunakan masker, membawa hand sanitizer dan sebagainya.

Namun dengan adanya sosialisasi ini banyak warga yang masih melanggar peraturan yang diberikan dikarenakan banyak yang belum mengetahui apa virus ini dan juga banyak yang menggangap ini berlebihan, maka dari itu pentingnya edukasi dan sosialisasi dari pemerintah bahkan dari kita sendiri. Kebanyakan yang melanggar peraturan ini adalah orang orang yang lebih mementingkan kegiatannya dibandingkan dengan kesehatan dirinya dan sekitarnya karena virus ini dapat menular dengan cepat karena virus ini menyebar melalui udara.

Dengan itu maka proses adaptasi ini termasuk sebagai asimilasi yang dimana penyesuaian atau peleburan sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar. Sementara itu, menurut Koentjara Ningrat (1996: 160) asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi di berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara insentif. Warga yang biasanya beribadah di tempat ibadah secara konvensional yaitu dengan datang langsung ke rumah ibadah sekarang harus menyesuaikan dengan keadaan dikarenakan ada wabah virus Covid-19 ini warga harus melaksanakan kegiatan beribadah di rumah saja seperti sholat di rumah, kebaktian online secara daring, dan lain-lainnya.asimilasi ini adalah adaptasi yang dimana adanya budaya lama yang harus berganti dengan budaya baru diakrenakan oleh penyesuaian dari lingkungan itu sendiri.

Adaptasi ini dilakukan karena adanya beberapa faktor yang berpengaruh yaitu faktor lingkungan, faktor kesehatan, faktor komunikasi, dan faktor predisposisi individu. Faktor lingkungan yaitu dikarenakan oleh lingkungan yang tidak mendukung karena adanya wabah virus Covid 19 ini yang dimana semua aktifitas dan kegiatan harus dilaksanakan di rumah saja termasuk juga dalam aspek beribadah. Faktor komunikasi, faktor ini mencakup kommunikasi antarpersonal dan komunikasi sosial inidivdu, yang meliputi host communication competence dan keterlibatannya dengan lingkungan sekitar, melalui pertisipasi dalam kegiatan komunikasi dengan warga setempat.

Faktor kesehatan yang dimana ini melibatkan aspek kesehatan kita karena virus ini dapat menyebar dengan cepat dan penyebarannya melalui udara maka dari itu kita dianjurkan untuk stay at home untuk memutus rantai penyebaran virus ini karena virus ini sangat berbahaya dan dapat berakibatkan kematian. Yang terakhir adalah Faktor predisposisi individu yang dimana Predisposisi individu mengacu pada kemampuan seseorang pendatang mempersiapkan dirinya sendiri baik fisik dan mental untuk memasuki lingkungan yang baru dengan kata lain kemampuan seseorang yang masih menggunakan budaya lama untuk antisipasi atau bersiap karena akan munculnya budaya baru yang nantinya akan beredar di lingkungan.

Namun kenyataannya banyak yang masih belum bisa menerapkan  kebudayaan baru ini untuk diterapkan dan juga dengan pertimbangan beberapa factor yang sudah dijelaskan, dikarenakan banayk orang yang masih acuh tak acuh dengan masalahini dan masih menganggap sepele karena itu banyak yang belum menerapkan kebudayaan baru ini yang dimana ini dapat berdampak buruk bagi keseluruhan aspek dari kesehatan hingga ekonomi. Hal ini menjadi kontroversi karena hal ini dibandingkan dengan kepentingan beragama yang sangat sensitive di Indonesia sendiri, maka dari itu masih banyak yang belum mengikuti kebudayaan baru ini dan menaati anjuran dari pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun