Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dongeng: Mette dari Norge

19 September 2020   16:08 Diperbarui: 20 September 2020   19:33 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image dari [TheRoadLesTraveled.Com]

Hingga Mette bertemu dengan Magnus, teman kuliah yang sempat ia yakini kala itu sebagai satu-satunya pria yang akan selalu ada di sisinya, bersama-sama satu tujuan keluar dari hiruk pikuk rumah tangga orang tua masing-masing yang jauh dari harmonis. 

Ya, begitulah cinta. Bab pertama dari cinta selalunya membutakan mata, menulikan telinga. Bab isi akan menyibakkan tabir cinta. Bab akhir akan menjelaskan secara gamblang cinta tak seperti yang dijabarkan pada bab pembuka.

Mette tak pernah mengira bila di saat usia perkawinannya masih sangat dini -entah apa itu bisa disebut perkawinan, sebab Mette tak penah berjalan menuju altar dalam balutan gaun putih berenda dengan ekor panjang yang menjadi impian banyak perawan-  Magnus yang ia cintai mulai keranjingan memadat ketika kesulitan ekonomi rumah tangganya mulai merapat. 

Sialnya, Mette ketularan. Walau bisa menahan saat disadari haidnya mulai janggal. Lalu benar-benar stop ketika dokter memberinya vonis yang membahagiakan. Ia mengandung Tor.

Tor lahir sesempurna kebahagiaannya sebagai ibu muda menimang mahluk cantik ajaib. Namun Magnus menganggap bayi luar biasa itu sebagai beban dan pria itupun menghilang entah ke mana bahkan sebelum ia tahu nama darah dagingnya sendiri.

Sejak itu Mette harus melompat dari satu kerja sampingan ke pekerjaan paruh waktu lainnya sambil menyelesaikan studinya yang terbengkalai. Di antara sekian kerja paruh waktunya itulah, suatu ketika ia berkesempatan bekerja pada badan penyelenggara event-event besar. Norge adalah surganya festival, musik, opera dan beragam aktivitas seni berkelas lainnya.

Mette tak pernah berangan-angan berjumpa dengan seorang pria, ia masih dihantui trauma, apalagi mengimpikan seorang pangeran. Namun pria yang semula ia kira salah satu rekanan dari tempatnya bekerja itu ternyata adalah seorang pewaris tahta. Mette panik. Ketakutan luar biasa hingga larilah ia -untuk kesekian kali- menemui Dame.

Mette tak pernah berpikir bergenit-genit apalagi menggoda pria. Trik semacam itu tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Jadi ia acuh saja dan kian acuh ketika pria itu mulai menunjukkan grafik kehadiran yang menanjak setiap harinya.

Menanyakan ini itu yang tak penting, meminta bantuan bahkan acapkali dengan gaya tegas yang tentu saja mengatas-namakan Jacobsen, atasan Mette. Tak salah bukan bila Mette menganggapnya sebagai salah satu staf superior atau rekanan dengan posisi berpengaruh.

"Haakon."

"Mette," jawab Mette pendek, melirik sekilas pada tangan yang terjulur di hadapannya. No, bukan jual mahal, sebab kedua belah tangannya tidak sedang vacant, tapi dikuasai boks besar berisi tetek bengek panggung.  

"Hanya Mette?" tanya Haakon seraya mengambil alih boks besar itu dari tangan Mette.

"Hanya Mette," Mette dengan mengedikkan bahu, seolah kelanjutannya adalah 'memang Mette apalagi maumu?'

"Prinsesse Mette," imbuh Haakon.

"Tidak. Mette saja," kening Mette berkernyit. Kok nawar sih? Eeh, aduuh, ngapain juga gua ngeladeni dia?? batin Mette.

"Bagiku, ya. Kau, Prinsesse Mette," Haakon bersikeras.

Mette menghela nafas kesal, berkacak pinggang, lalu setengah kesal berkata, "Oke... Jelaskan padaku mengapa begitu? Mette, itulah nama yang diberikan ibuku. Jangan sok tahulah, karena aku jelas sangat yakin kau bukan dokter yang dulu membantu ibu melahirkanku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun