Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Jeruji Kenangan

29 Oktober 2016   15:23 Diperbarui: 29 Oktober 2016   15:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Oh, begini ceritanya, Nek. Seorang wanita cantik berhati baik telah menemukan nenek terbaring pingsan di tepi jalan. Lalu dikirimkanlah nenek kemari.”

“Wiwuk... Apakah wanita itu, Wiwuk? Mengapa putri cantikku mengirimku kesini?”

“Maaf, Nek. Sepertinya wanita itu bukan putri nenek, deh. Menurutnya, beliau kebetulan tengah melintas lalu sekelompok orang memintanya mengantarkan nenek kemari.”

“Oh, begitu,” aku menyahut dengan vibra karena sebak di dada. Jadi inilah destinasi usai lorong gelap panjang yang berhasil kulalui.

Ada selingkuh makna dalam kata ‘terbuang.’ Barang rongsokanmu mungkin bisa jadi harta karun bagi orang lain. Tapi bagaimana dengan ‘barang’ yang berlima-indera rongsok, berjasad separuh bosok, bernyawa tinggal sebilangan esok??

Baiklah, lila-legawa kuterima selempang terbuang. Lalu kusodorkan sesuatu. Rini menimang itu. Dahi dan alisnya seolah ingin bersatu. Sorot matanya berjubal tanda-tanya. Pada sesuatu di tangannya. Sebuah benda tipis. Bermemori gigantis. Berkilau serupa pengilon magis. Cermin untuk style necis. Demi narsis dan terjaga eksis.

“Ini miliknya. Tolong kembalikan kepadanya, si wanita cantik berhati baik yang telah mengantarkanku dengan selamat ke panti penuh berkat. Dan sampaikan pula maaf tulusku, aku yang pikun dan renta ini, telah tak sengaja membawa benda kesayangannya,” Aku berkata dengan sesungging senyum getir sembunyikan lara.

Dalam kepasrahan, selapis demi selapis kenangan datang menghipnotis...

Sekeping mimpi telah singgah. Ah, tidak, mungkin ini hanya sekedar angan, mungkin juga sesisa asa pada seseorang yang kepadanya ingin kupinta sebesar-besarnya maaf atas hari-hari lelah merepotkan penuh lumpur penderitaan. Juga rasa terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukannya untukku. Kini, kesempatan itu telah tercabut paksa tanpaku diberi waktu tuk berucap kata maaf dan terima kasih itu. Tinggallah ku... seorang diri, terbelenggu sunyi, di balik jeruji kenanganku nan tak terperi...

-Fin-

-[gambar: dokpri]-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun