Mohon tunggu...
N W Wulandari
N W Wulandari Mohon Tunggu... -

students, very musical, loves writing Semoga Berita Terkini dari penulis bermanfaat untuk masyarakat luas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soal Kutu Bangsat di DPR, Bisa Jadi Bukan Sekedar Umpatan

29 Maret 2018   17:30 Diperbarui: 2 April 2018   15:26 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yang dicari jangan kayak tadi bapak lakukan inventarisasi, pencegahannya, Pak. Ini Kementerian Agama bangsat, Pak, semuanya, Pak!" ~ Arteria Dahlan, Anggota DPR Fraksi PDI-P

berita terupdate

Ucapan Arteria pada rapat Komisi III DPR tersebut menjadi sebuah peristiwa yang sangat heboh. Banyak yang anggap ucapannya tidak mewakili sifat kehormatan anggota DPR. Penggunaan kata 'bangsat' dirasa tidak pantas diucapkan oleh seorang wakil rakyat. Karena mayoritas menganggap kata tersebut sebagai makian. Sehingga melanggar kode etik.

Tapi, benarkah demikian?

Arteria menggunakan kata 'bangsat' untuk mengomentari sikap kemenag, yang terkesan menyalahkan publik karena mudah tertipu giuran promo jasa travel abal. Kemenag di sini, disamakan persepsinya dengan Arteria, yaitu oknum.

Menarik, karena jika dalam pengertian Bahasa Indonesianya, Arteria memberikan gambaran untuk sikap kemenag tersebut. Pilihan katanya adalah 'bangsat', dan itu sebenarnya tepat.

Kenapa tepat? 

Mari kita telusuri pengertian 'bangsat' pada Bahasa Indonesia.

Menurut KBBI: bangsat1/bang*sat/ n 1 kepinding; kutu busuk;2 cak orang yang bertabiat jahat (terutama yang suka mencuri, mencopet, dan sebagainya):dasar anak -- , menjadi -- juga

Lihat pengertian kedua, 'bangsat' adalah orang yang bertabiat jahat. Belum jelas asal muasalnya kata tersebut, bisa jadi serapan, bisa jadi mengambil dari sifat kutu kasur/kepinding yang menjengkelkan. Diam-diam gigit, lalu muncul banyak bentol di permukaan kulit, bau serangga ini pun tak sedap. Bahkan bisa sampe alergi, menjengkelkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun