Mohon tunggu...
Jaseng Oke
Jaseng Oke Mohon Tunggu... -

asyik-asyik aje seng...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ratu Atut Diusung Banyak Partai di Banten

3 Juni 2011   17:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ratu Atut Chosiyah  “resmi” diusung sementara oleh beberapa partai diantaranya oleh Partai Golkar dan PBB dalam pemilukada Banten 2011 nanti. Sebuah kemenangan yang sangat berarti, yang telah semakin memperbesar peluang beliau untuk menjadi Gubernur Ketiga  Provinsi Banten 2012-2017 nanti.

Sekedar catatan saja bahwa dengan kemenangannya di Konvensi Golkar itu, , Atut telah berhasil menghimpun 4 modal politik yang bisa luar biasa menentukan bagi kemenangannya nanti. Keempat modal politik itu adalah : Basis massa Golkar, Basis massa jaringan relawan, Jejaring Chasan Sochib, Jejaring Birokrasi. Sejauh tidak ada “perubahan posisi politik yang luar biasa” di seputar keempat modal strategis itu, Atut tampaknya bakal memenangkan kompetisi besar Pilgub Banten 2012. Siapa bakal pendampingnya nanti, sekali lagi, takkan memberi arti signifikan bagi kemenangannya,walau Atut sangat banyak berharap munculnya sosok putera Tangerang untuk menjadi pasanganya.

Eskalasi politik menjelang pilgub Banten kian hari kian memanas dan aromanya terus bergulir para konseptor yang ingin mengusung calonnyapun berusaha untuk mencari peluang, tak terkecuali para pendukung calon masing-masing. Kali ini datangnya dari sejumlah aktivis yang tergabung dalam Presidium Tangerang Raya meminta tokoh-tokoh Tangerang untuk berani tampil meramaikan bursa pencalonan Pilgub Banten. Sekjen Presidium Tangerang Raya Ahmad Fahmi mengaku, hasil kajian pihaknya ternyata banyak tokoh Tangerang yang layak memimpin Banten. Tapi, yang terdengar hanya beberapa orang saja.

Fahmi berharap, selayaknya tokoh-tokoh Tangerang harus berani ambil bagian dalam pilgub. Dan kinilah saatnya bagi tokoh-tokoh Tangerang untuk menyumbangkan tenaga dan pemikirannya membangun Banten secara menyeluruh. Secara politis, Tangerang sangat strategis sebagai daerah padat penduduk,dan kemungkinan besar Tangerang akan menjadi pasar bebas bagi para kandidat untuk mendulang suara.

Sekedar catatan saja bahwa dengan kemenangannya di Konvensi Golkar itu, , Atut telah berhasil menghimpun 4 modal politik yang bisa luar biasa menentukan bagi kemenangannya nanti. Keempat modal politik itu adalah : Basis massa Golkar, Basis massa jaringan relawan, Jejaring Chasan Sochib, Jejaring Birokrasi. Sejauh tidak ada “perubahan posisi politik yang luar biasa” di seputar keempat modal strategis itu, Atut tampaknya bakal memenangkan kompetisi besar Pilgub Banten 2012. Siapa bakal pendampingnya nanti, sekali lagi, takkan memberi arti signifikan bagi kemenangannya,walau Atut sangat banyak berharap munculnya sosok putera Tangerang untuk menjadi pasanganya.

Dengan empat modal politik yang sementara ini praktis belum tertandingi oleh bakal calon lain yang sudah mengorbit itu, lalu duet manakah (dari figur-figur yang makin mengerucut belakangan ini) yang paling kuat untuk bisa menghadapi Atut, november atau desember nanti ? Banten 1 : Antara wahidin Halim, Jazuli Juweini dan Suheimi (mantan Kejati Banten)

Untuk Kursi Banten 1, hingga saat ini, lawan paling “layak” bagi Atut tampaknya masih tetap Wahidin, dan mulai “mengorbitnya” nama Jazuli Juwaeni  dikalangan elit PKS, saya kira belum mampu “menyalib” popularitas dan besaran probabilitas politik Wahidin.

Dalam “Menghitung” Atut versus Wahidin, besaran peluang  Wahidin vis a vis Atut sebagai sesama bakal calon Banten 1, tampaknya masih “jalan di tempat”, jika tak semakin mengkerut setelah Atut memenangi konvensi tadi. Soalnya, preferensi akademis saya untuk kepentingan pembesaran peluang  Wahidin, yakni : figur populer sekelas  “Marissa Haque”  untuk bakal pendampingnya plus dukungan PKS sebagai “partai ideologis” yang memiliki kader-kader militan di akar rumput, hingga saat ini belum atau malah takkan pernah maujud. Jadi, sementara Atut sudah memperbesar peluangnya dengan kemenangan di Konvensi Golkar, Wahidin  tampaknya malah pageujeud dengan urusan siapa, dari kalangan mana, dan figur macam apa, yang bakal menjadi pendampingnya nanti.

Kedua kekuatan yang sudah santer disebut banyak orang itu masing-masing Hj. Ratu Atut Chosiyah yang kini menjabat Gubernur Banten, serta H Wahidin Halim Walikota Tangerang merangkap Ketua Partai Demokrat Banten yang di gadang-gadangkan Partai Demokrat Banten .

Meskipun pemilihan gubernur Banten masih jauh dan akan dilaksanakan pada beberapa bulan yang akan datang namun suhu politik dipusat kian hari kian memanas. Hal ini ditenggarai dan terlihat dengan banyaknya manuver-manuver yang dilakukan para elit politik dan partai besar, sementara menurut hasil survai yang dilakukan Lembaga survei Indonesia (LSI) mengatakan, partai-partai besar yang berbasis Islam kian terpuruk dan terancam “Karam”. Pun demikian di provinsi Banten sepertinya kian hari kian panas, bola-bola liar mulai terlihat

Bahwa pemilihan Umum pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) Gubernur Banten memang masih ada tenggang waktu kyrang dari satu tahun lagi, atau akan berlangsung kira-kira sekitar Oktober 2011 mendatang. Namun dua kekuatan kini sudah muncul dan menjadi bahan pembicaraan hangat ditengah masyarakat.

Kekuatan yang dimiliki oleh performance dan kharisma Hj. Ratu Atut Chosiyah terletak pada jabatannya. Sebagai incumbent, ia sangat memungkinkan lebih dikenal oleh masyarakat Banten, karena setiap saat bisa saja memanfaatkan peluang bertemu dan mensosialisasikan diri dalam kapasitasnya sebagai Gubernur. Ratu Atut juga memiliki team yang solid, yang digunakannya sejak Pemilukada Gubernur Banten empat tahun silam dan hingga kini masih terus dibina. Mereka diperlakukan sebagai mitra kerja, bukan dianggap dan diperlakukan sebagai “pendorong mobil mogok”.

Apalagi, jika kepemimpinan Atut selama sekian tahun menjadi Gubernur itu, dinilai mampu mengangkat harkat dan martabat serta kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah itu sendiri. Tidak mustahil, dia akan memperoleh simpati luar biasa dari masyarakat.

“Dari pada milih yang belum tentu dan masih berangan-angan, kan lebih baik lanjutkan yang ada dan sudah jelas berprestasi”. Begitulah kira-kira jawaban masyarakat, bila Atut memang dinilai berprestasi dalam kepemimpinannya. Apalagi ia dikenal memiliki “royalitas”dan loyalitas tinggi kepada masyarakat. Istilah pepatah dan pantun betawinya adalah : “jelambar kampung gusti,ada gambar ada bukti”, cocok untuk klaim sebutan dalam mengejawantahkan kinerja Ratu Atut.

Pasalnya Propinsi Banten ke depan harus ditangani oleh orang-orang yang familier,tidak pelit,tangguh, memiliki komitmen, dedikasi, jujur, bersih, dan pengabdiannya semata-mata didorong oleh niat yang ikhlas bagi kemajuan dan kepentingan masyarakat. Bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau sekelompok orang tertentu saja. Propinsi Banten memiliki potensi yang demikian besar bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun hingga kini masih terabaikan, kalau pun sudah mulai ditangani, tapi belum optimal dan hasilnya baru dinikmati oleh segelintir atau sekelompok orang tertentu saja.

Kita dapat melihat dan merasakan sendiri, bagaimana pembangunan infra struktur yang asal jadi tanpa memperhatikan kualitas. Masyarakat “pakidulan” seperti Malingping,Muncang Bayah,Cibaliung dan sebagainya, untuk menuju ke pusat kota harus melalui jalan yang amburadul. Belum lagi masih banyak sarana pendidikan yang belum terjamah pembangunan yang memaksa anak didik harus belajar di sekolah berlantai tanah dan atap bocor nyaris ambruk.

Jujur saja di Rezim Atut masih ada kekurangan yang manusiawi dan harus di akui bersama, padahal potensi sumber alam di Banten bagian selatan cukup melimpah. Bukan hanya potensi agro bisnis semata, tapi di sana juga mengandung deposit mineral yang sangat melimpah, walau belum diekplorasi. Belum lagi rencana pemerintah pusat yang akan membangun jembatan Selat Sunda yang konon akan dimulai tahun ini juga, perlu antisipasi dan apresiasi dari pemerintah Propinsi Banten, agar kehadiran jembatan itu membawa manfaat bagi kemajuan masyarakatnya.Melihat berbagai potensi itu, Banten kedepan memerlukan pemimpin yang visioner, memiliki konsep yang jelas, pribadi yang tangguh, jujur, adil, berakhlakul karimah dan pengabdiannya semata-mata hanya bagi kepentingan rakyat banyak.

KLAIM SUKSES ATUT

Review penulis bahwa dalam sidang paripurna DPRD pada hari ulang tahun ke-10 provinsi itu di Banten kemarin, Atut mengatakan tingkat kemiskinan pada 2002 saat provinsi ini baru berdiri mencapai 9,22 persen. Pada 2009, tingkat kemiskinan diklaim turun menjadi 7,64 persen dari jumlah penduduk Banten sebanyak 9,7 juta jiwa. Memimpin provinsi itu sejak baru berdiri, keberhasilan penyelenggaraan pembangunan ini juga terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Banten, yang mengalami peningkatan dari 3,95 persen per tahun pada 2001 menjadi 5,64 persen pa-da 2010 ini.LPE Banten berada di atas LPE nasional, yaitu 13,6 persen per tahun.

Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi oleh iklim investasi yang semakin baik. Sebab, tingkat investasi di Banten, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri, menduduki peringkat ketiga secara nasional. Investasi di Banten terus meningkat.Indeks pembangunan daerah (TPD) Provinsi Banten pada 2009 mencapai 81,77 persen. Sedangkan pada akhir 2010, Provinsi Banten menargetkan sebesar 83,08 persen. IPD ini diukur berdasarkan keberdayaan pemerintah daerah, pengembangan wilayah, dan keberdayaan masyarakat.Sementara itu, indeks pembangunan manusia (IPM) di Banten pada 2001 sebesar 65,3, dan meningkat menjadi 70,06 pada 2009. Peningkatan IPM ini merupakan upaya secara kumulatif di bidang pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat.

Keberhasilan yang diungkapkan Atut antara lain, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) yang pada 2001 sebesar 3,95% menjadi 5,64% pada semester I 2010. LPE ini, kata Atut, berada di atas rata-rata nasional dengan pendapatan perkapita 13,6%.

Meningkatnya LPE ini dipengaruhi oleh iklim investasi yang semakin baik. realisasi investasi, baik PMA (penanaman modal asing-red) maupun PMDN (penanaman modal dalam negeri-red) menduduki peringkat ketiga secara nasional pada tahun 2008/2009 dari 33 provinsi.

Capaian pembangunan juga, kata dia, digambarkan dengan indeks pembangunan daerah (IPD) yang diukur berdasarkan tiga komponen, yakni keberdayaan pemerintah daerah, pengembangan wilayah, dan keberdayaan masyarakat.Indeks pembangunan manusia (IPM), menurut Atut, pada 2001 sebesar 65,3, telah mengalami peningkatan menjadi 70,06 pada 2009. Kenaikan ini, kata dia, telah menempatkan Banten di atas IPM nasional.

Pada bidang pendidikan, diklaim indeks pendidikan telah meningkat dari 80,1% pada 2002 menjadi 81,7% pada 2009. Demikian pula pada indeks kesehatan masyarakat, pada 2002 sebesar 62,3% naik menjadi 66,8 pada 2009. Sementara indeks daya beli, dari 57,5% pada 2002 menjadi 61,3 pada 2009. Perkembangan kondisi makro ekonomi di atas, lanjutnya, berimplikasi terhadap menurunnya tingkat kemiskinan.

Dalam rangka meningkatkan rasio elektrifikasi dan mewujudkan visi Banten Terang, Pemprov Banten telah melaksanakan pembangunan gardu induk bekerjasama dengan pihak PLN di wilayah selatan dan program pembangunan lisdes (listrik masuk desa) yang diberikan kepada masyarakat secara gratis. Dari 2003 hingga tahun 2010, program lisdes telah menerangi 101.954 rumah secara gratis.Dengan upaya tersebut, sampai dengan 2009, rasio elektrifikasi telah mencapai 74,7 persen, berada di atas rasio elektrifikasi nasional 66,3 persen..

Sementara, untuk mengurangi meningkatnya laju pengangguran. Pemprov Banten berupaya melakukan pola pendekatan edukatif, yaitu menyerasikan program pendidikan dan pelatihan keterampilan dengan dunia usaha. Di samping itu, lanjutnya, Pemprov telah melakukan berbagai upaya menanggulangi kemiskinan melalui tiga klaster program, yaitu klaster pertama dengan bantuan dan perlindungan sosial melalui program raskin, program keluarga harapan, jamkesmas dan jamkesda, serta bantuan beasiswa.Klaster kedua, lanjutnya, dengan pemberdayaan melalui dukungan dan pelaksanaan program nasional PNPM Mandiri serta klaster ketiga adalah pemberdayaan usaha mikro dan kredit usaha rakyat.

Siapapun Banten 1-nya, Banten 2-nya Wajib Populer .

Hingga saat ini, jika tak terjadi dinamika politik yang “jungkir balik”, proses-proses komunikasi, pendekatan, dan lobi politik dalam kerangka membangun aliansi dan atau koalisi antara partai pengusung, semakin jelas dan mulai mengerucut. Dalam konteks ini, selain PDIP-Golkar—PBB  yang tampaknya sudah bulat untuk mengusung Atut bareng-bareng, dugaan saya, preferensi partai-partai lain terhadap figur-figur bakal calon untuk Banten 1, takkan jauh dari nama-nama Wahidin,Jazuli dan Suheimi.

Kembali ke pertanyaan tadi : siapa duet terkuat lawan Atut ? Berpijak pada dua argumentasi. Pertama, kemenangan Atut di Konvensi Golkar yang makin meneguhkan besaran peluangnya. Kedua, tiga figur sisa-selektif dari proses dinamis komunikasi, pendekatan, dan lobi politik tadi (Wahidin,Jazuli,Suheimi, dan Mulyadi Jayabaya), yang menurut hemat saya, “kapasitas” ketiga-tiganya masih tetap dibawah “grade” Atut, maka semakin jelas sekarang. Siapapun dari ketiga figur “paling layak” untuk Banten 1 itu, bakal pendampingnya di Kursi Banten 2, wajib tokoh yang populer dan warga Tangerang. Artinya, duet terkuat lawan Atut, bisa merupakan pasangan Wahidin, bisa pasangan Jazuli, bisa juga pasangan Mulyadi Jayabaya. Tetapi syaratnya satu : bakal pendamping pasangannya itu adalah tokoh populer sekelas Marissa Haque atau andre Taulany, yang popularitasnya bisa “menafikan”, atau setidaknya “menetralisir” jumlah pemilih Tangerang yang banyak, dan belakangan ini tampaknya menjadi variabel politik yang dikalkulasi sangat serius oleh Tim Atut.

Masalahnya nanti, para konstituen primordialis mungkin bakal nanya rame-rame : mana sih putera daerahnya ?

Harapan terhadap Atut jika nanti nasih dipercaya rakyat untuk menjadi gubernur kelak, masyarakat Banten tetap akan menuntut yaitu berantas KKN, dan tuntutan pemerataan pembangunan di Banten. Pembangunan (Dana APBD) jangan hanya dialirkan ke daerah kulon tapi juga ke Tangerang, selama ini Tangerang harus lebih di maksimalkan perhatianya oleh gubernur biar balance dengan APBD Banten terbesar diperoleh dari Tangerang.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun