Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Money

Bergabungnya Kwik Kian Gie Ke Kubu Prabowo

18 September 2018   06:54 Diperbarui: 18 September 2018   07:21 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita apabila kita tidak sanggup untuk menggunakannya memenuhi cita - cita rakyat kita; hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani." Mohammad Hatta.

Kondisi kita selama empat tahun terakhir ini sangat menyedihkan. Infrastruktur dibangun dengan mengambil bagian dari uang untuk rakyat kecil, tetapi menyedihkan uang beredar yang besar tersebut seolah foya - foya bagi kalangan tertentu, disisi pihak rakyat makin turun daya belinya. Uang ratusan trilyun rupiah entah mengalir kemana, angka nya fantastik tetapi tidak ada wujudnya. Kalaupun ada bentuk jalan toll atau bendungan, coba dicek lagi bagaimana struktur permodalan dan kepemilikan jalan toll tersebut, juga seberapa besar dampaknya menggerakkan ekonomi nasional.

Yang justru kita temui saat ini neraca perdagangan luar negeri menjadi begitu merugikan, bukan karena pihak luar negeri yang pinter tetapi pengelola pemerintahan ini yang kelewat bodoh. Eksport melemah disisi lain, ketergantungan terhadap barang import makin tinggi. Ketika ekonomi jelas melemah, bukannya bekerja dengan benar, tetapi justru rakyat disodori data - data yang membodohi akal sehat. Jadi jika ada berita bahwa ekonomi Indonesia termasuk yang tahan krisis saat ini disertai data - data absurd ini menjadi sangat bodoh.

Bagaimana mungkin ekonomi kokoh, jika rupiah paling terdepresiasi dibanding mata uang lain di negara - negara Asean? Ironi ini seperti halnya berita bahwa walikota Solo pernah menjadi walikota terbaik sedunia. Apakah benar persoalan kota solo sebegitu rumit dan bisa di selesaikan dengan cerdas dibandingkan super metropolitan seperti New York, London, Paris, Beijing, Tokyo? Jangankan dibandingkan dengan kota kota diatas, dibandingkan Jakarta dan Surabayapun, skala kota solo masih terlihat sederhana.

Kwik Kian Gie

Diusia 82 tahun Pak Kwik Kian Gie masih peduli dengan ekonomi Indonesia. Usia sepuh bagi seorang pria adalah dimana kebijaksanaan menjadi pertibangan yang dominan dalam mengambil keputusan. Saat dimana capaiannya sudah paripurna, sehingga jabatan dan uang bukan lagi prioritas, tetapi aktualisasi diri untuk berdampak positif bagi bangsa dan negara.

Sebagai ekonom kita mengetahui seberapa keras Pak Kwik Kian Gie melawan dominasi IMF dan Bank Dunia dimasa pemerintahan Megawati, sampai akhirnya beliau terpental karena merasa sudah tidak satu visi lagi dengan pemerintah saat itu. Dan memang terbukti, masa pemerintahan Megawati dulu sangat mirip dengan apa yang dilakukan Pak Jokowi untuk negeri ini. Sangat borors uang keluar sampai subsidi dicabut, pajak diperbanyak, tetapi hasilnya justru utang yang bertambah dengan luar biasa.

Penutup

Bergabungnya Kwik Kian Gie ke kubu Prabowo, seharusnya menyadarkan rakyat negeri ini bahwa selama empat tahun ini negara sudah dikelola dengan cara yang tidak bijak. Apa indikasinya? 

  • Ketika dollar naik tinggi, penguasa berwacana dollar menguat banyak yang diuntungkan. (Padahal Bank Indonesia hampurkan belasan milyar doolar untuk menahan laju penurunan rupiah.
  • Ketika daya beli turun, penguasa bilang karena toko online. (Apakah ada emak2 yang beli beras dan minyak goreng di toko online?)
  • Ketika cabe mahal, penguasa bilang tanam saja sendiri. (kalau gula mahal apa mesti bikin pabrik gula sendiri?)
  • Katanya uang 100 ribu Rupiah bisa untuk belanja satu minggu. (pantesan angka kemiskinan turun, ngitung ya sudah bohong ga pakai malu)

#2019GANTIpresiden, ayo bangun, jangan mau diajak jadi babu di negeri sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun