Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanggapan atas Kisruh TOA Masjid di Riau

2 September 2018   08:20 Diperbarui: 2 September 2018   08:35 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini supaya kita berimbang dan mempunyai perspektif luas daripada hanya menyalahkan satu pihak dan seolah pihak lain sedang dianiaya.

Mari saya paparkan dari perspektif lebih luas.

Komplain bernada melecehkan itu bukan perbuatan sekali terus kemudian tiba2 menimbulkan huru hara. Besar kemungkinan komplain bernada MELECEHkan itu terjadi berkali2, soal berapa kali memang media tidak mengungkap dan ini yang justru menimbulkan BIAS, seolah media berpihak.

Indikasinya Apa?

Baik mari kita membuat analisa similaritas, sudah menjadi rahasia umum bahwa kelompok tertentu itu memang sangat membenci ISLAM, bahkan beberapa orang islam yg tidak jelas jati dirinya sangat gemar ikut melecehkan simbol simbol Islam, padahal simbol tersebut bersifat personal dan sama sekali tidak mengganggu kenyamanan orang disekitar yang waras:

  1. Apa salah dengan jenggot? Mau lihat ga mau ga usah lihat, anda tidak diwajibkan berjenggot, hanya karena ada orang berjenggot di sekitar anda. Bahkan seorang kyai (google saja) melecehkan makna jenggot.
  2. Celana cingkrang, begitu juga dengan asesories personal ini, tercatat di kompasiana seorang akun yg mengaku muslim pun mencibir soal celana cingkrang, Mengapa mereka ribut soal celana cingkrang, tetapi belahan pangkal paha wanita yang terpapar jelas dan bisa menimbulkan syahwaat anak kecil di anggap lmrah? Mana lebih merusak? celana cingkrang atau belahan pangkal paha seorang wanita yang terpapar ditempat umum?

Anda tidak tahu seberapa benci orang2 tertentu pada muslim karena anda tidak pernah berada didalamnya, atau mungkin anda memang tidak mau tahu.

Baca itu komentar di kompas dot com yang melecehkan islam dengan anonim. Saya tahu persis karena saya adalah anggota komunitas grup WA mereka, ada 7 grup WA yang saya ikuti, dan isinya sama konten2 hoax penuh kebencian, salah satu produser hoax ini pernah diundang makan siang di merdeka utara, untuk acara kompasiana walaupun dia bukan blogger disini.

Banyak akun yang mengaku muslim tetapi melecehkan soal unta, arab, padang pasir. Padahal wacana unta, arab dan padang pasir bukan lah berbicara mengenai sebuah bangsa di timur tengah, tetapi lebih sebagai pelecehan terhadap ajaran Islam. 

Sangat mengherankan jika seorang muslim tidak tahu bahwa wacana unta, arab dan padang pasir adalah wacana pelecehan identitasnya. Disisi lain mereka sangat berhati hati bahkan alergi menyebut kata cino, pribumi dll. Karena kenyataannya memang terjadi diskriminasi faktual di masyarakat kita. 

Bagi kaum pekerja, apakah anda pikir anda digaji sama dengan teman anda selevel yang bermata sipit di perusahaan tertentu? Bahkan sebuah bank retail terbesar yang harusnya manajemennya profesional, masih melakukan itu, atau sebuah pabrik rokok terbesar di negeri ini. Untuk perusahaan lebih kecil, diskriminasi gaji dan fasilitas akan makin tinggi. Dan sekarang orang nomer satu itu seolah sedang menyodorkan leher anak - anak bangsa pada mereka.

Era orde baru sepertinya terulang, ketika import mobil dikuasai grup tertentu dengan metode ATPM sehingga orang diluar mereka tidak bisa import, import terigu dimonopoli swasta, hutan, plastik, semen dll diserahkan pada mereka yang bermata sipit. Dibiayai oleh Bank BUMN, dimonopoli, di proteksi. Bisnis model apa ini semua resiko ditanggung APBN untung nya dimakan swasta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun