Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Double Standard Rezim "Zaman Now"

13 Juni 2018   07:36 Diperbarui: 13 Juni 2018   08:30 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita mengenai Palestina memang selalu dibuat bias oleh orang - orang tertentu. Berbahayanya mereka menisbikan masalah kemanusiaan, penjajahan dan perampasan tanah seolah legal berdasarkan kitab sucinya. Fakta jelas menunjukkan bahwa tanah Palestina dimana negara Israel sekarang berdiri, dibangun diatas darah dan air mata bangsa Palestina yang tergusur dari tanah nenek moyangnya selepas Perang Dunia II. Sebelum tahun 1945an.

"Imigrasi Yahudi berlanjut dengan Aliyah Ketiga (1919--1923) dan Aliyah Keempat (1924--1929), secara keseluruhan membawa 100.000 orang Yahudi ke Palestina.[38] Setelah terjadinya kerusuhan Jaffa, Britania membatasi imigrasi Yahudi, dan wilayah yang ditujukan sebagai negara Yahudi dialokasikan di Transyordania.[48] Meningkatnya gerakan Nazipada tahun 1930 menyebabkan Aliyah kelima (1929-1939) dengan masukknya seperempat juta orang Yahudi ke Palestina.

Gelombang masuknya Yahudi secara besar-besaran ini menimbulkan Pemberontakan Arab di Palestina 1936-1939, memaksa Britania membatasi imigrasi dengan mengeluarkan Buku Putih 1939. Sebagai reaksi atas penolakan negara-negara di dunia yang menolak menerima pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust, dibentuklah gerakan bawah tanah yang dikenal sebagai Aliyah Bet yang bertujuan untuk membawa orang-orang Yahudi ke Palestina.[38] Pada akhir Perang Dunia II, jumlah populasi orang Yahudi telah mencapai 33% populasi Palestina, meningkat drastis dari sebelumnya yang hanya 11% pada tahun 1922." Dikutip dari Wikipedia

Jadi Jelas, pada tahun 1922 pun jumlah orang Yahudi di Palestina hanya 11%. Bagaimana bisa kemudian di tahun 1948 di plokamirkan negara Israel kemudian terjadi perang 7 hari dan serta merta wilayah Israel melebar meliputi sebagian besar wilayah Palestina. Saat ini bahkan Palestina tersisa dua wilayah yaitu Jalur Gazza yang sampai saat ini di blokade darat dan laut dan wilayah tepi barat (sungai Yordan).

Jangan salah dengan mitos soal hebatnya militer Israel melawan gabungan negara Arab, karena sejatinya militer Israel juga militer Inggeris, Perancis dan AS. Jadi luas wilayah Israel sebelum perang 7 hari bukan referensi kuat atas kedigdayaan Israel, karena sebenarnya Israel memang representasi imperalisme barat di tanah Arab.

Sampai kapan pun perang Arab - Israel sebenarnya tidak lebih dari perang koalisi AS Eropa melawan dunia arab. Tetapi pada dasarnya Israel adalah imperalisme dunia barat di tanah Arab dengan cara menjarah, mengusir dengan senjata bikinan AS dan Eropa.

Jika sejarah disekitar 1945 dianggap menghapus sejarah Kerajaan Israel di wilayah tersebut pada jaman Israel kuno. Mari kita telaah lebih lanjut. Orang Israel masuk ke tanan Palestina di jaman Yosua (tangan kanan Nabi Musa saat itu), dengan cara mengusir orang Kanaan, sepanjang sejarah Israel kuno seperti yang di tulis Taurat dan Perjanjian Lama. Israel berdiri di atas tanah orang Palestina (di perjanjian Baru disebut Filistine). Kisah perang Daud dan Goliat (orang Filistine) yang menjadi pertanda Jaman permulaan kerajaan Israel di tanah Palestina. Jadi jika mau merunut sejarah kebelakang, tetap saja, sebelum kerjaan Israel berdiri sudah bangsa Filistine dengan pusatnya di kota Sidon dan Tirus.

Kembali ke soal kunjungan (bahkan jadi nara sumber forum Yahudi Amerika di Israel) Yahya Staquf ke Israel seperti mempermalukan sejarah bangsa Indonesia sendiri. Terlepas dari persamaan agama, Indonesia dan Palestina memiliki sejarah perjuangan melawan imperalisme yang sangat panjang. Bagi Indonesia 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan kemerdekaan.

Saat itu jalan masih panjang, masih ada agresi militer Belanda ke 1 dan 2 yang melahirkan perjanjian Linggarjati dan Renvile. Dimana saat ini negara terpecah - pecah dan perjuangan rakyatlah yang sejatinya bisa mengembalikan eksistensi RI saat itu. Kita masih ingat pertempuran palagan Ambarawa, Bandung lautan api, 10 Nopember Surabaya, 6 jam di jogja dsb. Mereka berjuang memakai senjata seadanya (bambu runcing), ga beda jauh dengan rakyat Palestina sekarang yg berjuang dengan ketapel dan alat seadanya. Tanpa pertempuran rakyat, sebenarnya para pemimpin bangsa saat itu sudah tersandera oleh Belanda.

Menurut cerita kakek nenek saya dulu, selalu saja ada pengkianat yang rela menjual informasi demi sepotong roti dan keju Belanda. Ga beda dengan elit jaman now, yang ga peduli bangsanya tersandera oleh utang luar negeri yang menjerat, ga peduli dengan sejarah kolonialisme dan imperalisme. Mereka melacurkan diri untuk berbicara halus budi pekerti sambil menginjak kepala pejuang Palestina yang mempertahankan tanah tumpah darahnya.

Standar Ganda Rezim ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun