Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

7 Hal, Mengapa 2019 Harus Ganti Presiden

7 Juni 2018   20:41 Diperbarui: 7 Juni 2018   21:02 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lirik Lagu 2019 Ganti Presiden: Awas Kursimu Nanti Tergusur/cnn


... Awas awas kursimu nanti tergusur

Beban hidup kami sudah nggak sanggup

Pengennya cepat-cepat tahun depan

2019 ganti presiden ....

Demikian penggalan lirik dalam lagu #2019GantiPresiden.

Suka tidak suka, gerakan #2019GantiPresiden sudah masuk dalam sendi sendi kehidupan masyarakat kita. Kaos dengan tagar #2019GantiPresiden pun laris manis dijual secara online. Mari kita gali lebih lanjut, apakah gerakan ini cukup punya logika atau hanya gerakan yang lahir dari sikap pesimistis atas keadaan yang berkembang belakangan ini.

1. Memotong Trend Pertumbuhan Utang Luar Negeri yang tinggi.

Memang benar rasio utang RI masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, untuk itu kita wajib berterima kasih pada presiden terdahulu yang bisa memberi pertumbuhan ekonomi tinggi, tanpa harus berhutang secara ugal - ugalan. Tetapi jika diterus - teruskan utang agresif yang naik dari 2000 trilyun Rupiah ke 4000 trilyun rupiah hanya dalam waktu 3,5 tahun. Tentu warisan rasio utang rendah di jaman presiden sebelumnya akan sia - sia.

2. Disintegrasi bangsa, tak dapat dipungkiri sejak pilpres 2019, bangsa ini sudah terbelah secara politik dan ideologis praktis. Cara - cara kampanye bully yang walaupun berhasil mengantarkan seseorang menjadi presiden, tetapi luka politik yang ditimbulkan karena strategi bully dan merasa paling benar sungguh menghancurkan bangsa ini. Ada sekelompok orang merasa paling Pancasila, merasa paling Bhinneka, walaupun sepak terjangnya jauh dari nilai - nilai pancasila.

3. Menghentikan kesenjangan Jawa dan Luar Jawa. Walaupun awalnya dijanjikan pemerataan sampai Indonesia bagian timur, tetapi faktanya infrastruktur lebih banyak dibangun di pulau Jawa. Siapa tidak tahu nilai proyek toll trans Jawa bahkan dengan subsidi tarif toll. Proyek toll trans Jawa ini tidak menaikkan eksport tetapi justru menaikkan barang import, karena sekarang desa desa di Jawapun dengan mudah dapat mengkonsumsi barang import dengan cepat. Bagaimana mungkin jalan toll yang dibangun dengan utang Dolloar dan Yuan tetapi hanya menghasilkan Rupiah? Bagaimana Rupiah bisa menguat jika pendapatan negara dalam bentuk rupiah harus membayar utang dalam bentuk Valuta Asing?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun