Mohon tunggu...
Abdul Karim
Abdul Karim Mohon Tunggu... Relawan - Pegiat Sosial

Kebenaran dan kedamaian adalah dua hati yang terpaut pada simpul kebebasan. Untuk tegakan kebenaran kadang harus korbankan kedamaian, untuk memelihara kedamaian kadang harus mengekang kebabasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi Unik dan Sensitif

16 November 2017   11:07 Diperbarui: 16 November 2017   11:15 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MISKOMUNIKASI

MIS COMMUNICATION adalah kajian yang menarik sepanjang masa, beberapa pakar menciptakan banyak kata bijak sekedar untuk melukiskan betapa krusial-nya MIS COMMUNICATION itu. JP Rattle mengatakan bahwa Miscom is endless, Kemudian Miochael Lee berujar : Miscom source of problem and arguments.

Hal tersebut dapat terjadi karena miscom bersumber dari kegiatan kita sehari-hari yang disebut dengan TEXTING. Kita sudah lama bergeser dan membentuk pola baru dalam berkomunikasi, yaitu berkomunikasi via text. Gambar, emoticon, rekaman suara pada dasarnya termasuk dalam ruang lingkup TEXTING. Texting bahkan kita lakukan meskipun disitu tersedia real communication. "alone togather" istilah yang sering digunakan untuk melukiskan kebersamaan manusia dengan gadget baru-nya dengan mereduksi hubungan fisik. Padahal "Texting is a brillian way to miscommunicate you feel, and misinterpret what other people mean".

Aktivitas kita sehari-hari adalah berinteraksi. Pada dasarnya intraksi adalah sebuah kegiatan pertukaran makna. Makna A, melalui interaksi dipadu dengan  makna B akan menjadi makna baru hasil kesepakatan. Proses pertukaran makna itu tidak selancar yang kita bayangkan karena apa yang disebut "makna" itu tidak pernah mutlak. Sehingga setiap makna yang diklaim "benar" oleh seorang individu hanyalah "sudut pandang" subyektif, tidak netral dan tidak obyektif. Jadi kebenaran adalah persepsi tiap orang. Disinilah pangkal muasal miscommunication. Untuk mengenal lebih dekat dengan miscommunication ada baiknya kita pertimbangkan dulu untuk mengenali apa itu "persepsi"

Persepsi bekerja dengan tiga proses yaitu proses sensory, proses pengukuran, dan proses penafsiran/evaluasi. Sensor dilakukan oleh indra manusia seperti melihat, menyentuh, mencium apapun yang ada disekitarnya. Proses pengukuran adalah proses dimana manusia berusaha mendekati dan melengkapi proses sensor yg telah dia lakukan. Ada dua faktor utama dalam proses pengukuran ini yaitu faktor kedekatan (proximity) dan faktor kelengkapan (closer). Etnik Jawa biasanya kalau berkenalan selalu bertanya "sampeyan aslinya mana". Pertanyaan ini adalah proses proximity.

Proses ketiga adalah penafsiran dan evaluasi. Proses terakhir ini murni datang dari dalam diri manusia, berupa pengalaman, keinginan, dan harapan pribadinya. Setiap obyek yang dapat dia sensor, selalu dikaitkan dengan setidaknya tiga faktor tadi. Boleh jadi hal internal tersebut tidak terkait dengan stimulus yang dia terima dari dua proses sebelumnya. Sehingga seseorang bisa tertawa saat menerima marah sementara orang yang lain menangis. Karena setelah marah, biasnya seorang ayah akan mentraktir makan malam. Kata Laba-laba bisa membuat orang menjerit ketakutan. Bahkan ketika Teh Lely melihat buah mangga, boleh jadi air liur-nya langsung menetes. Itulah persepsi hasil kerja "penafsiran".

Ketiga proses itu akan membentuk persepsi. Namun sebelum sampai ke tahap final, ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi. Saya istilahkan dengan Gravitasi Persepsi. Istilah gravitasi saya pakai karena daya tarik dapat membelokkan makna dan benda-benda berjatuhan. Ada enam faktor yang menjadi gravitasi persepsi, bagaimana cara kerjanya dan apa dampaknya bagi kita. Silahkan simak tiga kolom pada matrix di bawah ini :

Kepribadian Implisit
menilai seseorang mempunyai sejumlah kualitas positif maka kita menyimpulkan dia juga mempunyai kualitas positif yang lain (Halo Efek/Halo Efekt terbalik)
Terjebak teori.
Mengabaikan kualitas yg tidak sesuai dengan teori kita.
Tertipu oleh salah satu sifat orang.
Self fulfilling prophecies (ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya
1.Memprediksi/merumuskan keyakinan ttg seseorang atau situasi.
2.Bersikap kpd org yang kita prediksi seolah-olah prediksi kita benar.
3.Krn kita yakin prediksi kita benar, maka hal tsb benar-benar terjadi.
1.Kita akan mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan ramalan/prediksi  kita.
2.Melihat apa yg diramalkan daripada apa yg sebenarnya
Aksentuasi Perseptual
Melihat hanya pada hal yang kita harapkan dan kita inginkan
1.Mendistorsi persepsi ttg realitas.
2.Menyulitkan peningkatan kualitas diri
3.Memproyeksi negatif
4. mengingat kualitas positif lebih drpd negatif.
5.dapat tertipu oleh perilaku baik
 
Primasi -- Resensi
Primasi Efect : Urutan pertama dari sebuah info lebih kuat pengaruhnya.
Resensi efect : urutan terakhir lebih kuat pengaruhnya.
Kesan Pertama menggoda
Merumuskan secara menyeluruh seseorang bdsk kesan pertama.
Mendistorsi persepsi yg datang kemudian. (kita tdk memperhatikan kecurangan)
Konsistensi
Menyukai sesuatu yang disukai oleh orang yg dia sukai, demikian pula sebaliknya
Kehilangan obyektivitas
Stereotype
Menggeneralisasi
Mengabaikan keunikan manusia yg sebenarnya tidak penah ada yang sama.

Tabel/matrix di atas adalah hal-hal yang umumnya ada dalam diri manusia yg mempengaruhi penafsiran evaluasi atas realitas yang terjadi di sekitar kita, sebelum kita menyatakan sebuah PERSEPSI.

Namun sekali lagi perlu diingat, sampai kini, belum ada metoda yg dapat mendiskripsikan manusia secara utuh. Jadi semua itu hanyalah sebuah pendekatan.

Ada cara mengatasi atau setidaknya mengurangi gravitasi tersebut dengan mengembangkan strategi (1) Pasif, yaitu terus mengamati secara diam-diam obyek yang sedang di-persepsi (2) Aktif, yaitu bertanya kepada sumber lain sebagai opini kedua (3) Interaktif, yaitu berinteraksi langsung dengan subyek yg dipersepsi untuk menggali data lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun