"Bukankah Ki Vikra sudah lebih lama di sini? Apa tidak terlalu lama kalau harus menyertai rombongan saya?" Ki Sriram menyiratkan penolakan.
"Tak masalah, Ki Sriram. Kita tak terlalu terburu juga kok," sahut Bajra.
Ki Sriram tak bisa berkata-kata apa-apa lagi. Ia kebingungan. Bagaimana rencana menyudahi perjalanan ini lebih dini. Setelah dari Desa ini, rombongannya harus kembali ke Desa Merak untuk membantu menyergap kawanan perampok. Tapi sekarang, malah mata-mata mereka ada di hadapannya. Bahkan berkeinginan melakukan perjalanan bersama. Apa yang harus dilakukan untuk melepaskan diri dari dua orang ini? Saat Ki Sriram mempercepat putaran otaknya, mencari cara, Ki Jeri yang duduk di dekatnya tiba-tiba berucap.
"Jika memang Ki Vikra dan Ki Bajra tidak keberatan menunggu agak lama, bersedia bergabung dalam rombongan kami, kita harusnya berterima kasih kepada Anda sekalian."
Sambil berkata-kata, di bawah meja, Ki Jeri menendang kaki Ki Sriram secara perlahan. Ki Jeri berusaha memberi isyarat agar tuannya itu mengikuti alur pembicaraan yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.
Ki Sriram keheranan, mengapa Ki Jeri malah terkesan mengundang dua orang ini? Bukankah seharusnya Ki Jeri membantu dirinya menolak keinginan Vikra? Namun isyarat dari Ki Jeri membuat Ki Sriram sementara ini menghilangkan semua kebingungan.
"Bukankah semakin banyak orang, akan semakin aman perjalanan," sambung Ki Jeri.
"Haha, justru kita yang seharusnya berterima kasih," sahut Vikra sambil tersenyum lebar.
Ki Sriram dan dua pengiringnya lanjut menyelesaikan hidangan bagian mereka. Sedangkan Vikra dan Bajra hanya duduk mengikuti perbincangan.
Tidak lama berselang Ki Jeri berkata, "Tuan Sriram, saya pesankan jajanan dan minuman lagi ya?"
Sebenarnya bukan hal yang biasa ketika Ki Jeri menawarkan tambahan camilan untuk Ki Sriram. Tapi setelah isyarat yang sebelumnya, Ki Sriram hanya bisa mengikuti saja.