Mohon tunggu...
J A Parris
J A Parris Mohon Tunggu... Insinyur - "Seorang pria dengan rasa apel segar..."

Light Giver Motivator Pelatihan Management Konsultan Teknologi Informasi Konsultan Bisnis Pengajar Bahasa Inggris untuk bisnis Pencinta bait bait indah kontak: japarris@gmail.com Line ID: japarris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

God Gave Rock And Roll To You

11 Maret 2016   15:39 Diperbarui: 11 Maret 2016   15:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah 4 tahun berjibaku dengan segala hal yang menjauhkan saya dari banyak hal yang biasa saya lakukan kembali saya melirik tempat saya bernaung memberikan sumbangsih tinta maya. 

2012 : Terpuruk

Senang rasanya bisa bekerja di perusahaan tambang raksasa dengan segala kegiatan dan fasilitas di atas rata-rata, wara - wiri dengan pesawat kelas bisnis, mobil high class, hotel bintang lima selama dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi perusahaan. 

Tetapi semua harus berakhir karena pengurangan 30% dari jumlah karyawan karena lokasi tambang sudah tidak menghasilkan hasil sebesar tahun - tahun sebelumnya, dan lokasinya menciut dari seukuran rembulan menjadi sebesar buah kelapa.

Yah PHK itu harus saya alami, meski perusahaan tetap memberikan hak saya berupa pesangon yang nilainya cukup untuk hidup 1 tahun tanpa harus bekerja tetapi kembali lagi "life's must go on".

2013 : Terlempar jauh kedalam jurang kehidupan.

No job means no life, setidaknya itu yang saya alami di awal tahun 2013 dan akhirnya saya memutuskan untuk ikut kembali bekerja di perusahaan yang sudah memPHKkan saya tetapi melalui subkontraktor sebagai team pembongkaran utility yang dulunya saya dan team yang memasangnya.

1 bulan berlalu dan saya harus menerima kenyataan pahit subkontraktor saya tidak membayar apapun kepada kami team pembongkaran dan memilih menghilang ditelan bumi.

Nun jauh di ujung timur Indonesia, tanpa uang, tanpa pekerjaan, malaria menghantui dan penduduk lokal yang mengintimidasi, memaksa saya menjual semua yang saya miliki, laptop, jam tangan, handphone, tas gunung, compas, GPS, Sepatu Gunung supaya bisa secepatnya pindah dari situ.

Akhirnya saya punya cukup uang dan cukup keberanian untuk hengkang dari ujung timur Indonesia dan tujuan saya adalah Sulawesi Utara, tepatnya Manado atas janji seorang teman yang akan menunggu saya dan memberi saya pekerjaan.

Singkat cerita sudah 3 bulan saya berada di kota Manado dengan segala hiruk pikuk, kultur dan realita yang menghempaskan saya pada ada uang abang sayang tidak ada uang abang ditendang yah itu impresi yang saya rasakan sendiri, mungkin sebenarnya tidak begitu, tetapi karena jiwa dan raga saya yang sangat kesepian akhirnya kembali saya tanpa selembar rupiahpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun