Mohon tunggu...
Jantje Laimeheriwa
Jantje Laimeheriwa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jantje Laimeheriwa

Jadilah orang yang berempati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koteka Pakaian Tradisional Laki-Laki Pegunungan Tengah Papua

29 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 29 Maret 2021   20:24 31142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koteka atau Holim sebutan orang Jayawijaya dan koteka menurut bahasa orang Paniai adalah pakaian. Wilayah Papua terdiri dari 2  wilayah yaitu Zona Pegunungan dan Zona Pantai.

Koteka atau Holim adalah pakaian khas laki laki, pakaian tradisional laki laki Pegunungan Tengah yaitu Jayawijaya, Puncak Jaya, Yalimo, Dogiyai, Deyai, Nabire, Intan Jaya, Paniai dan Mimika.

Informasi tentang koteka selain melihat sendiri dilapangan tetapi juga dari berbagai sumber informasi. 

Jadi koteka adalah pakaian tradisional laki laki Pegunungan Tengah Papua dan penggunaannya adalah sebagai pakaian unrtuk  menutupi tubuh bagian bawah khususnya menutupi alat kemaluan mereka.

Koteka atau Holim terbuat dari buah labu cina atau kalabasah, keluarkan isinya  dan  dikeringkan agar menjadi keras, ujungnya runcing.

Pada ujung koteka diberi bulu ayam atau bulu burung hutan yang fungsinya menutupi alat kelamin.

Fungsi koteka atau holim berbeda antara suku yang satu dengan suku lainnya di Pegunungan Tengah Papua misalnya Suku Dani di Jayawijaya koteka fungsinya hanya sebagai pakaian sedangkan Suku Yali selain fungsinya sebagai pakaian juga menunjukakan tingkat keberanian seorang laki laki ditandai dengan lingkaran tali rotan yang melingkar dan melilit di perut  dan badan yang memakai koteka.

Fungsi lain dari koteka atau holim adalah untuk menyimpan uang dengan memanfaatkan ruang sisa dalam koteka. 

Bentuk dan ukuran koteka tidak tergantung dari status pemakainya tetapi biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna apakah untuk bekerja atau untuk upacara. Koteka untuk bekerja ukurannya sedikit pendek sedangkan koteka untuk upacara biasanya panjang panjang dan penuh dengan hiasan hiasan.

Pengalaman yang sempat saya peroleh di lapangan khususnya di Jayawijaya pada tahun 80 an saat itu Bupati Wenas denga Program Pakaianisasi dimana masyarakat mengikutinya dengan memakai pakaian kain, akan tetapi mereka kembali lagi ke semula untuk memakai koteka kembali dengan alasan bahwa memakai pakaian kain menjadi beban tersendiri bagi mereka karena harus beli sabun dan mencuci pakaian.  Alasan lain dari mereka juga adalah jika memakai koteka bisa mendatangkan uang karena setiap kali tamu yang datang dan minta foto bersama dengan mereka harus dibayar, jadi memakai koteka selain menjadi pakaian tetapi juga menghasilkan uang.

Hal lain yang ingin disampaikan adalah koteka juga sebagai alat penghias dan pendekor dinding ruang tamu bagi orang orang kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun