Mohon tunggu...
Jantje Laimeheriwa
Jantje Laimeheriwa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jantje Laimeheriwa

Jadilah orang yang berempati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahak Simbol Makan Bersama Masyarakat Pulau Kisar

13 Maret 2021   06:23 Diperbarui: 13 Maret 2021   06:43 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Data: Wonreli.id

Rahak dalam bahasa Kisar atau bahasa Meher adalah makan bersama dalam sebuah meja persekutuan.

Orang Kisar khususnya Yawru sejak jaman dahulu, leluhur negeri dalam praktek pembinaan kehidupan keluarga sehari hari selalu menggunakan meja makan sebagai sarana  untuk orang tua menggunakan kesempatan  memberikan nasehat dan arahan tetapi juga menyelesaikan masalah keluarga. 

Segala sesutu yang terkait dengan kehidupan keluarga harus di selesaikan diatas meja makan keluarga.

Implementasinya sangat efektif dalam meyampaikan nasehat maupun menyelesaikan  masalah oleh orang tua  karena semua anggota keluarga patuh dan taat saat pembicaraan berlangsung. 

 Suasana meja makan nampak  sangat sakral, saat makanpun semua dalam keteraturan dan ketertiban, hening tidak bersuara seorangpun diatas meja makan.

 Terlihat suasana meja makan kaku akan tetapi  yang dirasakan saat makan memang memberikan situasi yang sangat berbeda.

Jika dalam praktek makan bersama dalam rumah tangga dan keluarga disebut Meja Makan keluarga tetapi jika melibatkan banyak orang, melibatkan mata rumah, meheromo dan lebih besar lagi dalam  makan bersama dalam sebuah meja persekutuan yang  disebut Rahak.

Rahak dilaksanakan sebagai simbol pengambilan keputusan dan ketetapan  atas sebuah masalah misalnya mengambil keputusan perdamaian atas sebuah perselisihan, perkelahian dan  dipimpin oleh tua tua adat.  

Hal yang unik adalah pelaksanaan Rahak atau makan persekutuan bersama  terpisah meja laki laki dan meja perempuan tidak bisa di campur.

Keputusan dan pernyataan perdamaian diambil dengan ditandai dengan minum sopi dan ciuman serta diakhiri dengan doa oleh Pendeta. 

Hasil perdamaiannya sangat mengikat dan tidak bisa dilanggar oleh siapapun karena masing masing pihak sudah memahami betul konsekwensi yang akan muncul jika menghianati apa yang telah diputuskan. 

Perdamaian yang dicapai mengandung konsekwensi adat yang sangat sakral (jl)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun