Mohon tunggu...
Aang Salman Alfarisi
Aang Salman Alfarisi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Mahasiswa Tingkat Dewa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Entah Aku Entah Berantah

29 Maret 2014   21:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1396079725601614730

Ilustrasi: http://dancok.deviantart.com/

Masuk dalam kekakuan hipno tak bertuhan,

menjalar pleno-pleno malam yang mulai beruban

Menjelajah sebatang lorong dan jejawut yang selalu kalang kawut ,

diantara rambut sampai rona rumput

Kolibri ranjang,

semangkuk arang

hingga seungguk tangga yang tak pernah bisa terbaca

berbata-bata

Kapling-kapling guling berdesakan menjadi isteri,

bersuling, berkeliling, tak terinjak anjing-anjing maling

Deretan kartu dewa yang selalu ramai didendangkan dawai,

kadang bercerai hingga saat ini pun berubah ramah menjadi marah

Dinding keramik basah,

reunian orang-orang susah,

berkumpul pikul meniti simpul,

tapi bukan simpul mati!

Didalamnya,

aku menghabiskan rakaat berabad-abad,

bertasbih-tasbih dzikir

dari mahir sampai kini mulai kikir

***

Sajadah tangan ini yang tak pernah lagi aku setubuhi,

mulai pikun, berlari dengan bahasa-bahasa kemangi

Belajar kata-kata, kemudian aku terlupa, manja disiksa, pergi dicari, janji dimaki,

melebur bersama-sama hancur tak terukur

Aku bebal dengan pepatah darah yang tertangkap diujung hidung dan terkulai sepi dalam segelas kopi

Kutanyakan lagi kartu-kartu dewa yang mulai papa bersama perkusi setan yang menertawakan aku dan tuhan

Tak tahu malu aku, menantang ranjang yang di kebiri, bersama rumput dekat dengan aduan tuhan

Entah sampai tubuhku yang menjadi batu ataupun tuhan yang tak pernah rela aku tertidur diragaku

Aku tak tahu dimana aku yang selalu rindu dengan tuhan, ibu dan bapakku.

Mahatan, 2012

NB: Pernah dipublikasikan di http://aangsalmanalfarisia14090034.blogspot.com/ dan di https://www.facebook.com/aang.salmanalfarisi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun