Mohon tunggu...
Jangkontua samuel Siburian
Jangkontua samuel Siburian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNIMED PASCASARJANA SEMESTER 3

saya adalah seorang karateka yang sering bertanding di tingkat nasionel,saya juga adalah seorang suka membaca,bernyanyi,dan berolahraga lainnya,saya orang yang aktif dalam organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Kurikulum Merdeka Belajar sebagai Solusi Pembelajaran

1 Desember 2022   21:04 Diperbarui: 1 Desember 2022   21:21 10714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jangkontua Samuel Siburian.,S.Pd

Dr. Edy Surya.,M.Si 

EFEKTIVITAS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR 

SEBAGAI SOLUSI PEMBELAJARAN

Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu telah memberikan dampak terhadap keseluruhan aspek kehidupan masyarakat, terutama di bidang pendidikan. Kemendikbud menjelaskan pandemi Covid-19 menyebabkan banyaknya kendala dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan yang memberikan dampak cukup signifikan. Setidaknya, terdapat tiga potensi dampak sosial negative berkepanjangan yang mengancam peserta didik akibat efek pandemi Covid-19. Ketiga dampak tersebut seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, serta kekerasan pada anak dan risiko eksternal.[1]

 Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) melakukan inovasi terhadap pembelajaran dengan mencetuskan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka belajar yang dianggap menjadi solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia. Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama dihadapi dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti literasi membaca. 

Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar yang luas antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi. Kurikulum ini diluncurkan secara resmi oleh Medikbudristek Nadiem Makarim pada Februari 2022 demi mengejar ketertinggalan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Ia mengklaim bahwa kurikulum ini akan menciptakan pembelajaran yang lebih fleksibel.[2]

 Kurikulum merdeka belajar  juga  dianggap  menjadi solusi yang paling efektif dalam menyelesaikan  berbagai  permasalahan pendidikan. Hal ini dikarenakan Kurikulum merdeka  belajar ini memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan kurikulum sebelumnya yaitu lebih sederhana dan mendalam serta efektif  dan interaktif. Di dalam proses pembelajaran sendiri, merdeka belajar hadir sebagai  suatu pendekatan yang dilakukan agar siswa dapat memilih pelajaran yang diminati dan siswa dapat mengoptimalkan bakatnya serta dapat memberikan kontribusi terbaik dalam berkarya bagi  bangsa.

 Namun, dibalik keunggulanya kurikulum merdeka belajar ini juga memiliki kelemahan, diantaranya yaitu ; persiapan kurikulum merdeka belajar belum matang  sepenuhnya, kekurangan SDM yang mumpuni, kurangnya sosialisasi bagi para guru, kurang fokusnya pembelajaran, kurangnya kesinambungan  antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya, serta  alokasi  mata pelajaran yang berubah[3]. Disamping itu, dalam penerapannya pun para guru mengalami kendala yang menjadi penyebab  terhambatnya pelaksanaan kegiatan merdeka belajar.  

Diantaranya yaitu: (1) Tidak memiliki pengalaman kemerdekaan belajar yang disebabkan oleh pengalaman belajar guru ketika di bangku kuliah sertakurangnya rujukan penyelesaian soal dengan variasi metode di buku teks. (2) Keterbatasan referensi yang disebabkan oleh minimnya literatur yang membahas tentang merdeka belajar dan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan merdeka belajar. 

(3) Akses yang dimiliki dalam pembelajaran juga menjadi salah satu hambatan yang disebabkan oleh ketidak merataan akses digital dan internet di beberapa wilayah Indonesia. (4) Kurangnya kompetensi atau skill yang dimiliki guru dalam melakukan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, terutama dalam penggunaan media digital.[4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun