Mohon tunggu...
Iman Kurniawan
Iman Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger & Jurnalis Warga

Pernah menjadi jurnalis di Surat Kabar Harian Radar Pat Petulai (FIN Group) di Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2010 sampai media tersebut resmi tutup pada tahun 2018. Saat ini mengais rezeki sebagai freelance writer dan blogger.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School Bukan Urusan Menteri

10 Agustus 2016   10:34 Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru beberapa hari dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sudah mengeluarkan wacana yang menuai kontroversi, yakni sekolah seharian penuh atau  Full Day School.

Wajar kalau rencana tersebut mendapat banyak kritikan masyarakat, walaupun baru sebatas wacana. Sebab, duduknya Muhadjir sebagai Mendikdud menggantikan Anies Baswedan saja sudah mendapat sorotan banyak pihak. Sebagian masyarakat menyayangkan langkah Presiden RI, sebab Anies Baswedan baru saja menjalankan programnya yang mulai dirasakan masyarakat tertutama dunia pendidikan.

Belum hilang rasa kecewa masyarakat, tiba-tiba Mendikbud baru, Muhadjir melontarkan gagasan yang sepertinya terlalu mengada-ngada, Full Day School. Dengan alasan agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja. Sehingga, dengan sistem full day school  tersebut secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja.

Sontak wacana tersebut mendapat tanggapan banyak pihak, sebab tidak semua orangtua sibuk bekerja. Bahkan, di beberapa daerah, seorang anak juga memiliki tanggung jawab membantu orangtuanya di rumah. Belum lagi bila ditinjau dari aspek psikologi, sosial dan budaya. Menanggapi hal tersebut, Muhadjir mengaku masih mengkaji dan tidak akan menerapkannya di seluruh daerah, hanya di beberapa daerah saja dimana para orangtua sibuk bekerja.

Sepertinya, Mendikbud terlalu mudah mengeneralisir dan terkesan hanya menggampangkan saja. Pertanyaannya? Jakarta yang dikenal dengan kesibukannya 24 jam penuh, apakah seluruh orangtua di Jakarta sibuk bekerja? Apakah seluruh orangtua di Jakarta pulang sore?

Sebenarnya, kalau boleh memberi masukan, kebijakan sekolah seharian penuh bukanlah ranah yang harus diputuskan oleh seorang menteri. Masih banyak persoalan lain yang harus benar-benar diselesaikan oleh menteri. Kembalikan saja kebijakan full day school  ke masing-masing sekolah. Toh selama ini, tanpa kebijakan dari pemerintah pun sudah banyak sekolah yang memberlakukan sistem full day school . Misalnya saja SD Islam Terpadu (IT) hingga SMA/SMK IT. Hampir di seluruh daerah, Sekolah IT menerapkan sistem full day school . Di daerah saya saja yang notabenenya adalah kabupaten, pelajar Sekolah IT tersebut pulangnya pukul 16.00 WIB atau pukul 04 sore. Belum lagi sekolah-sekolah lainnya, sebagian juga sudah menerapkan system full day school .

Sehingga, para orang tua/wali siswa yang sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang sore setiap harinya, lebih memilih menitipkan anak-anaknya di sekolah yang menerapkan system full day school. Bagi orang tua yang tidak sibuk atau jika ada salah satu orangtuanya yang bekerja di rumah, memilih menitipkan anak-anaknya di sekolah reguler atau sekolah yang setiap harinya pulang normal. Apabila orangtua menginginkan anaknya mondok di sekolah, bisa dititipkan di pondok pesantren. GAMPANG dan SIMPEL saja sebenarnya. Maka dari itu, menurut saya kebijakan full day school bukan urusan seorang menteri. Kembalikan saja kepada kebijakan sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun