Sejauh ini bila kita berbicara tentang berbagai macam kebutuhan yang terbagi dalam tiga tingkatan: primer, sekunder, dan tersier. Penulis ingat bahwa saat Sekolah Dasar dulu guru pernah mengajarkan tentang hierarki kebutuhan manusia versi lebih sederhana dibanding dengan teori dari Maslow, bahwa kebutuhan primer manusia antara lain adalah sandang, pangan, dan papan.Â
Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan primer manusia semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mungkin kompasianer juga menyadari bahwa sejak beberapa tahun belakangan pun internet dan mobile data juga secara tidak langsung menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya.
Tiap awal bulan saya memiliki kewajiban untuk membayar tagihan langganan aplikasi berbayar yang saya beli paketnya seperti Spotify Premium, YouTube Premium, dan Netflix Premium. Bukan hanya terjadi pada saya, tetapi pasti juga dirasakan hampir semua generasi muda yang menikmati layanan eksklusif. Baru mendapat uang bulanan/upah kerja, sudah harus terpotong untuk membayar tagihan langganan aplikasi premium. Hal ini menjadi katalis bagi saya untuk menyadari bahwa aplikasi premium sudah menjadi bagian dari kebutuhan primer bagi muda-mudi zaman sekarang.
Fenomena ini bukan semerta-merta terjadi karena tren yang akan surut di kemudian hari, melainkan karena adanya rasa kepuasan, kebebasan, dan kenyamanan tersendiri bilamana sudah berlangganan aplikasi berbayar. Puas menonton tayangan film yang tersedia, bebas mendengarkan musik pilihan tanpa perlu mendengarkan secara acak terlebih dahulu, nyaman menikmati layanan tanpa perlu terganggu dengan adanya iklan yang sering lewat bilamana masih menjadi pengguna biasa. Dengan segala "kelebihan" yang ditawarkan ketika menjadi pengguna premium, rasa-rasanya uang yang dikeluarkan tiap bulannya tidak terbuang sia-sia.
Sahabat Kompasianer sendiri bagaimana? apakah berlangganan aplikasi berbayar juga sudah menjadi kebutuhan primer?