"Sebagian besar dari televisi lama akan berakhir sebagai limbah yang mengancam lingkungan"
Televisi yang dulu menjadi pusat hiburan keluarga kini banyak digantikan oleh perangkat modern seperti smart TV, tablet, dan layanan streaming di smartphone.Â
Akibatnya, banyak televisi lama yang berakhir di sudut gudang atau, lebih parah lagi, dibuang begitu saja ke tempat sampah.Â
Padahal, televisi lama termasuk salah satu penyumbang terbesar limbah elektronik (e-waste) di Indonesia.
Menurut sebuah penelitian yang menggunakan metode Material Flow Analysis (MFA), jumlah akumulasi limbah elektronik dari rumah tangga di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 622.000 ton.Â
Bahkan, dalam periode 2015 hingga 2025, total limbah elektronik diprediksi menyentuh angka 3,75 hingga 4,98 juta ton.Â
Yang mengejutkan, televisi disebut sebagai penyumbang terbesar dari jenis limbah elektronik tersebut pada tahun 2015, yaitu mencapai 37 persen.Â
Rata-rata laju pertumbuhan limbah elektronik pun menyentuh angka 14,91% per tahun.Â
Ini jelas merupakan alarm peringatan bahwa kita harus mulai bertindak.
Alih-alih membiarkan televisi lama Anda menjadi beban lingkungan, mengapa tidak mencoba mendaur ulang atau menggunakannya kembali secara kreatif?Â
Tidak hanya memberi manfaat dari sisi fungsional, langkah ini juga berkontribusi terhadap pengurangan limbah elektronik serta memperkuat gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Mengapa Televisi Lama Berbahaya Jika Dibuang Sembarangan?
Sebagian besar perangkat elektronik, termasuk televisi, mengandung bahan berbahaya seperti timbal, merkuri, kadmium, dan zat kimia lain yang dapat mencemari tanah, air, dan udara jika tidak diolah dengan benar.Â
Ketika televisi dibuang ke tempat pembuangan akhir tanpa proses daur ulang yang tepat, maka risiko pencemaran lingkungan meningkat drastis.
Selain berisiko bagi alam, televisi lama juga menyimpan potensi nilai yang sering kali luput dari perhatian.Â