Semua siswa/i memiliki hak untuk bermimpi, memilih, dan berjuang di bidang yang mereka cintai.Â
Kesetaraan gender dalam pendidikan telah menjadi isu penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkeadilan dan inklusif.Â
Namun, di balik semangat tersebut, masih banyak tantangan yang dihadapi, terutama dalam konteks pendidikan kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).Â
Salah satu tantangan utama adalah keberadaan stereotipe gender yang mengakar kuat di masyarakat, yang beranggapan bahwa laki-laki memiliki kedudukan dan derajat lebih tinggi dibandingkan perempuan.Â
Stereotipe ini tidak hanya mempengaruhi pilihan jurusan siswa di SMK, tetapi juga membentuk cara pandang lingkungan sekolah dan masyarakat terhadap kemampuan dan potensi siswa berdasarkan gender.
Studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa SMK menunjukkan bahwa stereotipe ini masih hidup dan memengaruhi dinamika pendidikan.Â
Banyak siswa yang memilih jurusan tidak sesuai dengan stereotip gender mereka harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan bernada heran bahkan merendahkan.Â
Contohnya, siswa laki-laki yang memilih jurusan Tata Busana atau Kecantikan sering kali dipandang "tidak lazim", sebaliknya siswi perempuan yang mengambil jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Kendaraan Ringan dianggap "terlalu maskulin".Â
Pertanyaan seperti, "Kenapa kamu ambil jurusan ini? Kan biasanya buat cewek/cowok," menjadi hal yang biasa didengar.Â