Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

Mengolah Limbah Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Seni Sedunia 2025: Ketika Seni Menyatukan Komunitas di Tengah Dunia yang Terpecah

15 April 2025   20:36 Diperbarui: 15 April 2025   20:36 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menatap goresan warna dalam bingkai seni. (sumber foto: Jandris_Sky)

Melalui tema "Taman Ekspresi: Membangun Komunitas Melalui Seni", kita diajak untuk menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Di tengah dunia yang penuh tantangan, seni hadir sebagai ruang tenang yang merangkul, bukan memisahkan. 

Melalui peringatan Hari Seni Sedunia 2025, yang jatuh setiap tanggal 15 April, tema "Taman Ekspresi: Membangun Komunitas Melalui Seni" diangkat sebagai seruan global untuk kembali pada nilai-nilai dasar seni: kebebasan, keterbukaan, keberagaman, dan kemanusiaan.

Seni adalah bahasa universal. Ia melampaui batas geografis, sekat budaya, perbedaan bahasa, hingga perbedaan pandangan hidup. 

Dalam setiap goresan kuas, alunan nada, gerak tari, dan lirik lagu, ada pesan-pesan yang menggugah rasa kemanusiaan, mempertemukan orang-orang yang berbeda latar belakang, bahkan menyembuhkan luka kolektif menggambarkan seni sebagai taman yang hidup tempat di mana ide dan emosi tumbuh subur, dan setiap individu bebas menanam benih ekspresinya tanpa takut dihakimi. 

Taman ini bukan taman eksklusif bagi seniman profesional saja, tetapi terbuka luas untuk siapa pun: anak-anak yang menggambar di tembok sekolah, ibu rumah tangga yang menari di sanggar komunitas, hingga para pemuda yang menuangkan keresahan lewat musik jalanan.

Di banyak wilayah, seni telah terbukti menjadi alat pemersatu komunitas. 

Di pelosok Indonesia misalnya, pertunjukan seni rakyat seperti wayang, kuda lumping, atau lenong tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga perekat sosial yang mempertemukan warga dari berbagai golongan. 

Di kota-kota besar, ruang-ruang kreatif seperti galeri independen, festival mural, dan panggung terbuka tumbuh sebagai sarana dialog antarbudaya dan antar-generasi.

Menyatukan Komunitas, Membangun Harapan

Ketika dunia dirundung berbagai krisis---perpecahan sosial, intoleransi, perang, dan krisis identitas seni muncul sebagai harapan. 

Bukan solusi instan, tapi sebagai pemantik refleksi dan empati. 

Banyak seniman hari ini memanfaatkan karya mereka untuk mengangkat isu sosial, menyuarakan keadilan, memperjuangkan hak-hak minoritas, hingga membangun kesadaran lingkungan.

Lebih dari itu, seni juga membuka ruang untuk healing kolektif. 

Sebuah komunitas yang pernah terpecah karena konflik, bisa mulai berdamai melalui proyek seni kolaboratif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun