Melalui tema "Taman Ekspresi: Membangun Komunitas Melalui Seni", kita diajak untuk menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Di tengah dunia yang penuh tantangan, seni hadir sebagai ruang tenang yang merangkul, bukan memisahkan.Â
Melalui peringatan Hari Seni Sedunia 2025, yang jatuh setiap tanggal 15 April, tema "Taman Ekspresi: Membangun Komunitas Melalui Seni" diangkat sebagai seruan global untuk kembali pada nilai-nilai dasar seni: kebebasan, keterbukaan, keberagaman, dan kemanusiaan.
Seni adalah bahasa universal. Ia melampaui batas geografis, sekat budaya, perbedaan bahasa, hingga perbedaan pandangan hidup.Â
Dalam setiap goresan kuas, alunan nada, gerak tari, dan lirik lagu, ada pesan-pesan yang menggugah rasa kemanusiaan, mempertemukan orang-orang yang berbeda latar belakang, bahkan menyembuhkan luka kolektif menggambarkan seni sebagai taman yang hidup tempat di mana ide dan emosi tumbuh subur, dan setiap individu bebas menanam benih ekspresinya tanpa takut dihakimi.Â
Taman ini bukan taman eksklusif bagi seniman profesional saja, tetapi terbuka luas untuk siapa pun: anak-anak yang menggambar di tembok sekolah, ibu rumah tangga yang menari di sanggar komunitas, hingga para pemuda yang menuangkan keresahan lewat musik jalanan.
Di banyak wilayah, seni telah terbukti menjadi alat pemersatu komunitas.Â
Di pelosok Indonesia misalnya, pertunjukan seni rakyat seperti wayang, kuda lumping, atau lenong tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga perekat sosial yang mempertemukan warga dari berbagai golongan.Â
Di kota-kota besar, ruang-ruang kreatif seperti galeri independen, festival mural, dan panggung terbuka tumbuh sebagai sarana dialog antarbudaya dan antar-generasi.
Menyatukan Komunitas, Membangun Harapan
Ketika dunia dirundung berbagai krisis---perpecahan sosial, intoleransi, perang, dan krisis identitas seni muncul sebagai harapan.Â
Bukan solusi instan, tapi sebagai pemantik refleksi dan empati.Â
Banyak seniman hari ini memanfaatkan karya mereka untuk mengangkat isu sosial, menyuarakan keadilan, memperjuangkan hak-hak minoritas, hingga membangun kesadaran lingkungan.
Lebih dari itu, seni juga membuka ruang untuk healing kolektif.Â
Sebuah komunitas yang pernah terpecah karena konflik, bisa mulai berdamai melalui proyek seni kolaboratif.Â