Pupuk organik cair dari limbah Buah Blewah, solusi ramah lingkungan untuk pertanian berkelanjutan dalam mendukung ekonomi sirkular dan SDGs.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengungkapkan prediksi yang cukup mencengangkan: timbulan akibat food loss and waste (FLW) di Indonesia dapat mencapai 112 juta ton per tahun, atau setara dengan 344 kilogram per kapita per tahun.Â
Angka ini bukan hanya mencerminkan ketidakefisienan dalam sistem pangan nasional, tetapi juga memperlihatkan ancaman serius terhadap lingkungan dan ketahanan pangan.Â
Di tengah urgensi tersebut, berbagai inovasi ramah lingkungan kini mulai digagas, salah satunya adalah pemanfaatan limbah buah blewah menjadi pupuk organik cair (POC) sebagai solusi pertanian berkelanjutan yang mendukung ekonomi sirkular dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Limbah Blewah: Masalah yang Bisa Jadi Solusi
Buah blewah, yang populer dikonsumsi saat bulan Ramadan, menyumbang limbah cukup besar setiap tahunnya.Â
Sisa potongan kulit, biji, dan bagian buah yang tidak terpakai kerap dibuang begitu saja dan berujung di tempat pembuangan akhir.
Padahal, berdasarkan berbagai penelitian, limbah buah blewah mengandung unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, serta mikroorganisme alami yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pupuk organik cair.
Alih-alih menjadi sumber pencemaran, limbah ini justru bisa diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat digunakan oleh petani secara langsung.Â
Proses ini tidak hanya mengurangi beban sampah, tetapi juga membantu mengembalikan kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan.
Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Blewah