Masalah sampah semakin menjadi tantangan besar bagi kota-kota di Indonesia. Setiap harinya, ribuan ton sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga, industri, dan komersial.Â
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) selama ini menjadi solusi utama dalam pengelolaan sampah, dengan sistem pembuangan terbuka maupun sistem sanitary landfill.Â
Namun, banyak yang mulai mempertanyakan efektivitas TPA dalam menyelesaikan permasalahan sampah.
Alih-alih menjadi solusi, TPA justru menimbulkan berbagai dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi yang merugikan.Â
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencari pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan sampah.
Dampak Negatif TPA terhadap Lingkungan
Keberadaan TPA sering kali menyebabkan pencemaran lingkungan yang signifikan.Â
Sampah yang menumpuk di TPA menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.Â
Metana terbentuk dari proses dekomposisi sampah organik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen).Â
Jika tidak dikelola dengan baik, gas ini dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran di lokasi TPA.
Selain itu, TPA juga menjadi sumber pencemaran air dan tanah.
Air lindi (leachate), yaitu cairan hasil perembesan sampah, mengandung berbagai zat beracun seperti logam berat, amonia, dan senyawa organik berbahaya.Â