Mohon tunggu...
Susilo B. Utomo
Susilo B. Utomo Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Lepas

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meniti Jalan Sunyi

5 April 2022   08:01 Diperbarui: 5 April 2022   08:08 2542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karya pribadi

If you want to go fast, go alone
If you want to go far, go together

Tidak selalu berjalan sendiri akan mencapai tujuan lebih cepat daripada yang berjalan bersama-sama. Tidak selalu juga bagi yang berjalan sendiri hanya akan mampu berjalan dalam jarak dekat.

Bagi para pejalan, khususnya yang menempuh jalan sunyi, yang berjalan tidak dengan kakinya tetapi dengan jiwa, pikiran dan perenungannya, berjalan sendirian justru seringkali akan dapat mencapai tujuan yang lebih jauh, meskipun terkadang memerlukan waktu yang lama bahkan sangat lama. Karena pada dasarnya perjalanan spiritual tidak dapat ditentukan waktu selesainya. Tidak bisa ditetapkan di titik mana kita harus berhenti. Tidak bisa dipetakan di mana kita harus berlari, melambat atau bahkan berhenti.

Perjalanan spiritual sesungguhnya adalah perjalanan menuju kesunyian. Sunyi dari hingar bingar dunia dan keramaian fana, namun sesungguhnya jalan itu sangat ramai. Ramai dengan inti sari pemahaman kehidupan.

Bagi anda yang ingin kontemplasi, ingin mengetahui sangkan paraning dumadi, meniti jalan sunyi adalah salah satu cara yang dapat membimbing anda menemukannya.

Tidak hanya itu saja. Jika pikiran anda sedang keruh, terbebani target dan segala tetek bengek tuntutan hidup dan hedonisme, cobalah minggir. Menepi. Menjauhkan diri dan mengasingkan dari persoalan tersebut lalu berdiri di jalan sunyi itu, maka kita akan dapat memandang semua persoalan dengan lebih terang dan lebih komprehensif. Dapat melihat problematika kehidupan dengan lebih lapang, lebih mahfum dan tanpa amarah.

Ingatlah bagaimana Nabi Muhammad yang mengasingkan diri di Gua Hira untuk meniti jalan sunyi dan berkhalwat hingga akhirnya beliau menerima tugas kenabian.
 
Meniti jalan sunyi, kita bisa lebih memahami mengapa kita menerima  pemberian Allah, apapun bentuknya, baik harta, tahta dan segala asesoris dunianya yang lebih sedikit dari kawan kita. Boleh jadi kawan kita itu memang lebih pintar, lebih keras usaha dan upayanya, lebih tekun ibadahnya, lebih banyak sedekahnya, lebih ikhlas menerima dan berbagai lebih yang lain. Sementara kita lebihnya hanya menuntut dan membanding-bandingkannya.

Di jalan sunyi itu, kita bisa lebih meyakini bahwa semua yang kita dapatkan sekarang, semua yang harus kita lakukan sekarang, semua tugas dan tanggungjawab yang harus kita emban sekarang, adalah yang paling baik untuk kita saat ini menurut Allah. Dan kita juga akan lebih ikhlas menerima takdir  bahwa yang terbaik menurut Allah bisa jadi tidak terbaik menurut kita.

Meniti jalan sunyi adalah salah satu cara kita untuk mengobati penyakit hati. Kesombongan, ujub, riya, dengki, dan cinta dunia. Penyakit hati seperti itu, tidaklah bisa disembuhkan selain dengan menyendiri beberapa saat untuk memikirkan hakikat-Nya, Kebesaran-Nya, dan zat-Nya yang Maha Agung lagi Maha Menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Kalau anda masih sering kesulitan memahami ini, mari menepi, dan cobalah meniti jalan sunyi. Semoga anda menemukan apa yang anda cari serta mendapatkan apa yang sebelumnya tidak anda pahami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun