Berkali-kali saya memutar video ceramah Sutiyoso -mantan gubernur DKI dan saya pun menunggu berhari-hari, siapa tahu ada bantahan dari Sutiyoso bahwa video yang beredar itu hasil editing dan bukan video yang utuh.
Ternyata, sampai tulisan ini dibuat saya tidak menemukan bantahan dari Sutiyoso. Sehingga saya berasumsi bahwa video itu memang video yang utuh dan tidak dipotong sambung.
Saat mendengarkan video tersebut tertangkap jelas ajakan untuk seluruh rakyat Indonesia terutama yang muslim agar bersatu padu membendung dominasi etnis tionghoa agar jangan sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini dikuasai dan diperintah oleh etnis Tionghoa.
Mari kita memandang sekeliling kita dalam kehidupan nyata sehari-hari. Berapa banyak orang yang beretnis tionghoa melayani kebutuhan sehari-hari kita dan mengatur kehidupan kita dari saat kita bangun tidur hingga kita tidur lagi.
Saya coba melakukannya sendiri, ternyata 90% kehidupan saya tidak bersentuhan dengan etnis tionghoa secara langsung.
Saya tidak tahu apakah baju yang saya beli dibuat oleh orang tionghoa atau langsung di impor dari Tiongkok, yang saya tahu - saya membayar dengan kasir saat membeli yang bukan dari etnis tionghoa.
Saya makan tahu dan tempe, apalagi dibuatkan sayur lodeh, hm.. enaknya. Apalagi sayur lodeh yang sudah beberapa hari, gurihnya luar biasa.
Saya membeli tahu dan tempenya bukan dari etnis tionghoa, dan sekali lagi saya tidak tahu apakah kedelainya di impor dari Tiongkok.
Yang saya tahu, ibu yang berjualan tahu dan tempe itu membuat sendiri tahu dan tempenya - dan ia bukandari etnis tionghoa.
Litani ini masih bisa terus ditulis tapi apa gunanya karena 90% kehidupan saya tidak bersentuhan dengan etnis tionghoa.