Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan dan Kemiskinan

8 Januari 2022   17:29 Diperbarui: 8 Januari 2022   17:35 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rancangan perbaikan pendidikan yang dulu disusun 10 tahun yang lalu tidak lagi bisa dipakai sebagai rujukan untuk berbenah, karena zaman sudah berubah dan kebutuhan keahlian juga berbeda.

Pendidikan dewasa ini bukan lagi pendidikan yang harus ditempuh di universitas - sebagai satu-satunya sarana pendidikan tinggi. Pendidikan di zaman ini bisa dilakukan dimana saja, yang penting adalah kurikulumnya terstandarisasi dan berpijak kepada kebutuhan real yang ada dipasar.

Oleh karena itu perlu mungkin konsep belajar yang kita kenal 30 tahun lalu yaitu model universitas terbuka.

Mahasiswa atau pelajar tetap mendapatkan ilmu sebagai bekal untuk berpikir sistematis akan tetapi juga memiliki fleksibilitas waktu dan tempat, sehingga bisa menekan biaya.

Adapun kurikulum yang dibuat janganlah lagi terlalu banyak mata pelajaran atau mata kuliah yang tidak memberikan mafaat secara langsung terhadap kemampuan si pelajar atau mahasiswa untuk mandiri setelah selesai pendidikan.

Penekanan kepada cara perpikir logis dan memakai akal sehat untuk memecahkan sebuah masalah yang muncul hendaknya menjadi prioritas, bukan lagi yang sifatnya hanya menghafal.

Karena pendidikan sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup sebuah bangsa dan interaksinya dengan bangsa lain - selain tingkat kemiskinan.

Oleh karena itu apa yang akan terjadi pada sebuah bangsa atau negara bisa diamati dari bagaimana pendidikan dijalankan di negara tersebut.

Contohnya lihatlah negara-negara skandinavia, sistem pendidikan mereka bagus sekali - hasilnya ekonomi mereka tumbuh dengan baik, rakyatnya sejahtera dan tingkat kebahagiaan rakyatnya ketika diukur selalu berada diperingkat atas - kelompok orang yang bahagia.

Harapan ini tentunya juga kita angankan bisa dinikmati oleh Indonesia. Jika kita memulainya tahun ini 2022, maka hasilnya baru kita bisa nikmati ditahun 2042 atau mendekati peringatan 100 tahun Indonesia. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun