Israel baru saja mengeluarkan passport vaksin. Sesiapa yang sudah divaksin maka langsung diterbitkanpassport vaksinnya secara digital. Mereka yang sudah mengantongi passport vaksin ini boleh bebas berkeliaran dimana-mana, seperti pergi nonton dibioskop atau kepusat kebugaran dan lain-lain.
Inggris juga punya rencana untuk menerbitkan passport vaksin ini mengikuti Israel, tapi negara-negara lain di Uni Eropa saling berbeda pendapat apakah kebijakan mengeluarkan passport vaksin ini tepat untuk mereka yang sudah divaksinasi.
Israel diperkiraan akan menjadi negara pertama didunia yang akan menyelesaikan proses vaksinasi untuk seluruh penduduknya tanpa kecuali, baik usia muda maupun lansia. Sebagai yang pertama, Israel tentu ingin memberikan pesan kepada seluruh dunia, bahwasanya mereka sungguh-sungguh sudah terbebas dari virus covid-19 yang jahat ini.
Jadi passport vaksin ini lebih sebagai gimmick saja, agar negara-negara yang dikunjungi oleh warga Israel tidak merasa takut akan kehadiran mereka. Setidaknya tidak usah harus melewati prosedur yang berbelit-belit di pabean. Karena kendati sudah divaksin, tidak ada jaminan bahwa penerimanya bebas sepenuhnya dari virus covid-19, ini dikuatkan dengan beberapa kasus mereka yang sudah di vaksin tetap saja bisa dijangkiti oleh virus ini.
Di Indonesia, saat ini juga ada berkembang wacana untuk membuatkan passport vaksin untuk mereka yang sudah divaksinasi. Sebaiknya ide ini dibuang jauh-jauh saja. Karena nanti biaya yang dikeluarkan untuk menerbitkan passport vaksin ini berakhir sia-sia saja, dan membuka celah munculnya passport vaksin palsu. Seperti yang pernah terjadi dengan surat keterangan sudah test covid-19 yang dipalsukan.
Dan apakah negara-negara penerima warga Indonesia yang berkunjung kenegaranya mau menerima begitu saja passport vaksin yang kita keluarkan?. Ini bisa menjadi perdebatan yang panjang.
Passport vaksin inipun jika tetap dipaksakan untuk dikeluarkan, akan menimbulkan dampak berupa rasa tidak adil dan semena-mena dari pemerintah. Karena target vaksinasi kita tidak 100% seluruh penduduk, tapi hanya mungkin 70% saja. Lalu sisanya yang 30% akan bagaimana statusnya?.
Bagaimana dengan anak-anak muda yang merasa diri mereka lebih kuat menahan virus covid-19 sehingga tidak mau divaksin. Dan terbukti memang mereka tidak dijangkiti oleh virus ini, apakah mereka tidak berhak dengan status bebas covid-19 selayaknya pemegang passport vaksin?.
Cukuplah kita dipusingkan membuat bagaimana rakyat Indonesia sehat dan tidak dijangkiti oleh virus covid-19, tidak usah lagi ditambah dengan keruwetan dan kepusingan yang tidak perlu. Semoga.
