Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilarang Menolong Orang, Kalau Tidak...

8 Mei 2017   14:54 Diperbarui: 8 Mei 2017   15:30 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MENOLONG orang harus dengan keikhlasan, bukan karena terpaksa atau ada sesuatu yang diharapkan

SIKAP curiga dan cenderung apatis adalah sikap kebanyakan orang sekarang. Bertemu dengan orang asing, sikap pertama yang ditunjukkan adalah rasa curiga. Di satu sisi, sikap seperti itu wajar saja karena memang belum mengenal orang tersebut sama sekali. Lantas, bagaimana kalau suatu waktu ada orang yang benar-benar tidak kita kenal dan meminta tolong? Apakah kita mau menolong, membiarkannya begitu saja atau menolaknya dengan halus?

Sebagian kecil dari antara kita mungkin teringat dengan kasus-kasus yang pada akhirnya berakibat fatal terhadap orang yang berniat baik menolong ternyata mendapat celaka (ada yang dituduh aneh-aneh, diteriaki maling, kecopetan, sebaliknya malah dibunuh). Ketakutan untuk menolong orang lain terkadang menjadi pengalaman paling berharga. Namun dibalik rasa takut itu, masih ada juga orang yang mau menaruh perhatian dan menolong orang yang asing sekalipun saat meminta pertolongan.

“Hidup dan mati kita ada ditangan Tuhan,” begitu kata teman saat ditanya terkait kebaikannya menolong orang yang sama sekali tidak dikenalnya.

Sikap mau menolong orang saat ini sudah hampir ‘punah’ dari kehidupan kita sehari-hari. Kalau mengingat budaya tolong menolong yang sampai hari ini masih lestari di salah satu desa di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan, saya jagi merasa heran. Kenapa budaya tolong menolong itu tidak bisa lestari juga di daerah perkotaan. Budaya abai cenderung lebih menonjol dibandingkan budaya tolong menolong.

Orangtua yang tinggal di perkotaan justru ada yang mengingatkan kita agar tidak menolong orang kalau tidak ikhlas. “Dilarang menolong orang, kalau tidak ikhlas’, kalimat ini menjadikan orang yang ingin menolong jadi berpikir seratus kali saat akan memiliki kemauan untuk menolong. Ada yang takut dianggap pamrih dan mengharapkan sesuatu ketika menolong orang lain. Walaupun sesungguhnya ada juga orang yang mau menolong orang lain karena ada satu keinginan dibalik kebaikannya, ada udang dibalik batu.

Menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan adalah perbuatan yang sangat mulia, terutama kalau kita memberikan pertolongan dengan ikhlas dan tidak mengharapkan apa pun. Sikap tolong menolong yang masih lestari di desa kelahiran saya memang secara perlahan mulai memudar seiring dengan terjadinya regenerasi. Kalau mengingat budaya tolong menolong di desa saya yang dalam bahasa daerahnya disebut ‘marsialap ari’, masih terasa melekat.

Hari ini, keluarga si A dan si B bekerja di sawahnya si C untuk menanam padi. Keesokan harinya, keluarga si A dan si C membantu keluarga si B juga untuk menanam padi. Banyak juga yang ikut tradisi ini bekerja dengan iklas dan menolong orang lain dengan sikap ikhlas. Di episode lainnya, ada juga yang mau menolong dengan ikhlas dan mendapat ucapan terimakasih dengan ikhlas juga. Bisa ucapan terimakasihnya berupa padi atau beras, namun tak sedikit yang menerima uang. Kalau kita bilang dibayar upah, rasanya terlalu naif karena orang-orang yang saling tolong menolong ini masih ada hubungan keluarga, walaupun itu setelah dirunut lewat marga.

Kita semua adalah satu keluarga, sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia. Jangan tanya suku, agama, ras dan golongan ketika kita memiliki niat baik memberikan pertolongan kepada orang lain. Kalau kita terlalu berpedoman pada sekat-sekat yang akhirnya menjadikan kita menjauh dari betapa indahnya keberagaman dan betapa gembiranya bisa berbagi apalagi di tengah kondisi yang kekurangan. Memberi disaat kekurangan adalah salah satu sikap yang sangat mulia.

Menolong orang lain adalah sikap yang harus kita tanamkan kepada generasi kita berikutnya. Sikap mau menang sendiri, sikap tamak dan sikap menumpuk harta tanpa mau menyisihkan sedikit pun dari apa yang kita peroleh adalah sikap yang tidak disukai oleh Tuhan. Harta dan kekayaan yang kita peroleh di bumi ini hanya sampai akhir hayat kita saja dan diwariskan kepada anak cucu kita. Harta dan kekayaan yang kita peroleh tidak kita bawa mati.

Kalimat orangtua yang melarang kita menolong orang kalau kita tidak ikhlas ada benarnya juga. Menolong orang memang harus dari lubuk hati yang paling dalam dan tidak pernah merasa bersalah saat kita sudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Sikap mau menolong harus kita tanamkan kepada generasi kita berikutnya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun