Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Memang (Harus) Menulis

21 November 2014   17:40 Diperbarui: 9 Februari 2017   15:12 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14165411642106151373

[caption id="attachment_355330" align="aligncenter" width="300" caption="Guru mengajar juga juga harus bisa menulis"][/caption]

Menjadi guru itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, jangan jadikan profesi guru sebagai profesi pilihan terakhir hanya karena tidak ada lagi perusahaan yang mau menerima kita bekerja sesuai dengan kopetensi yang kita miliki. Menjadi guru bukan ‘ajang’ coba-coba, kalau pada akhirnya tak mampu mengajar dan mencerdaskan anak bangsa, lantas kita beralih ke pekerjaan lain tanpa memiliki rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas sebagai guru.

Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar.

Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dan memiliki kompetensi yang sudah teruji. Karena itu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 ada untuk memperjuangkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran.

Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Persoalannya sekarang adalah, apakah guru yang sudah mendapatkan sertifikasi bisa digaransi bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan lebih bermutu ? Bagaimana agar sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi guru ? Dan, bagaimana pula guru meningkatkan kemampuannya setap hari agar tidak sampai murid lebih update dari guru ?

Dalam kerja profesional, guru dituntut untuk bisa melayani siswa sebagai subyek belajar dan memperlakukannya secara adil, melihat keberbedaan sebagai keberagaman pribadi dengan aneka potensi yang harus dikembangkan. Maka hubungan antara guru dengan siswa merupakan pola hubungan yang fleksibel.

Ada kalanya guru menempatkan diri sebagai patner belajar siswa, saat yang lain sebagai pembimbing dan berposisi sebagai penerima informasi yang belum diketahuinya. Guru ketika sudah diserahi tugas di dalam kelas, sesungguhnya memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat besar dalam mengubah mindset (pola pikir) siswa.

Guru tidak hanya andal dalam mengajar, tapi juga harus bisa menjadi panutan. Guru juga harus bisa menulis dan menghasilkan sebuah karya tulis bermutu. Sebagai salah seorang guru ekstrakurikuler di salah satu sekolah internasional di Medan, saya diberi kepercayaan untuk mengasuh kelas journalism (jurnalistik). Sekali seminggu saya harus memberikan materi terkait jurnalistik dengan topik dan bahasan yang berbeda.

Tak hanya bahasan tentang jurnalistik, dalam setiap penyampaian materi saya juga menyelipkan cerita-cerita positif tentang pengalaman saya dalam menghasilkan sebuah tulisan menarik dan bisa memenangkan sebuah lomba karya tulis.

Setelah berjalan setengah tahun, keberadaan saya sebagai guru jurnalistik diuji. Dimana, enam orang siswa saya yang berminat untuk ikut dalam lomba karya tulis yang diselenggarakan Bank Indonesia tentang pentingnya menabung sejak dini. Siswa saya damping untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu serta disukai oleh dewan juri.

Saat pengumuman pemenang, siswa saya berhasil menjadi Juara I dan Juara Harapan I. Ada kepuasan tersendiri yang tak dapat dinilai dengan uang saat siswa yang saya bimbing berhasil menjadi pemenang.

Jika melihat perjalanan pendidikan di negeri ini, ada banyak hal yang mendesak untuk dibenahi. Dunia pendidikan kita saat ini sangat membutuhkan guru-guru yang tidak hanya cakap dalam mengajar tapi juga terampil dalam menulis. Yang terpenting lagi adalah, guru juga harus melek teknologi dan selalu update pengetahuan umumnya dengan rajin membaca buku dan membaca informasi di internet.

Mengapa guru harus bisa menulis ? Salah satu acuannya adalah ketika guru mengajukan berkas sertifikasi, maka dia harus melampirkan satu karya tulis. Kemudian, di beberapa sekolah ada aturan yang harus diikuti oleh para guru jika ingin naik pangkat. Setiap kali guru mengajukan kenaikan pangkat (studi kasus di salah satu sekolah swasta di Medan), misalnya dari golongan III-A ke III-B, maka guru tersebut harus melampirkan satu karya tulis yang berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga pendidik (guru). Kalau tidak memiliki kemampuan menulis, berarti tidak punya kesempatan untuk naik pangkat.

Kebijakan seperti ini akan memacu semangat para guru dalam mengasah kemampuannya untuk menulis. Beberapa kampus di Medan, ada yang memberikan insentif bagi para dosen yang bisa menulis dan tulisannya dimuat di media massa. Dengan syarat, diakhir tulisan harus disertakan kalimat yang menegaskan bahwa penulis adalah dosen atau tenaga pengajar di universitas A atau B. Guru yang pintar menulis akan mendapatkan tambahan income dari kemampuannya meramu kata-kata dan memuatnya di media massa atau majalah.

Gagasan dari Yayasan Tanoto menyediakan beasiswa bagi para guru yang mengajar di daerah pedesaan dan terpencil untuk meningkatkan kemampuan akademis pengajar sekaligus memperbaiki kualitas pendidikan sekolah-sekolah di Indonesia patut diapresiasi.

Yayasan Tanoto menyediakan 'Tanoto Teacher Scholarship', yaitu beasiswa bagi guru-guru honorer dan PNS yang berada di daerah pedesaan agar mereka memperoleh akses pendidikan tinggi yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan anak di sekolah-sekolah.

Menjalin akses dengan pendidikan tinggi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar, memiliki pengetahuan yang lebih luas, mampu menulis karya tulis atau karya ilmiah dan bersosialisasi dengan baik.

Pentingnya guru menulis akan memberikan “nilai tambah” bagi guru dalam menerapkan ilmu yang diperolehnya atau memberikan wawasan baru bagi murid-muridnya. Guru yang bisa menulis biasanya akan rajin membaca. Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa diharapkan mampu membekali diri dengan berbagai pengetahuan. Selamat Hari Guru !


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun