Mohon tunggu...
James Mansula
James Mansula Mohon Tunggu... Guru - Teaching is Passion, is not a Job

Guru Geografi, Alumni SM-3T, Alumni PPG SM-3T, Bigreds Regional Kupang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Curhat tentang Dampak Virus Corona

27 Maret 2020   20:06 Diperbarui: 10 Maret 2023   04:25 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir tahun 2019, dunia kembali dikejutkan dengan munculnya sebuah wabah virus baru yakni Covid-19 atau orang biasa menyebutnya Virus Corona di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Menurut beberapa sumber, virus ini berasal dari Pasar Huanan (Huanan Seafood Wholesale Market) yang menjual hewan-hewan laut seperti udang dan kepiting. Namun dipasar ini juga ternyata menjual hewan-hewan liar seperti kelelawar, anjing, serigala, katak, ular, tikus, babi, musang, rubah, landak, koala, buaya dan salamander. Virus ini sangat berbahaya karena menyerang sistem pernapasan manusia yang dapat berakibat kematian.

Dalam waktu kurang lebih tiga bulan, Covid-19 menyebar dengan cepat ke berbagai belahan dunia. Berdasarkan data Worldometer (KOMPAS.COM) tanggal 22 Maret 2020, 188 negara dan satu kapal pesiar Diamond Princess yang bersandar di Yokohama (Jepang) terpapar virus ini. Jumlah kasus global mencapai 308.659 kasus dengan jumlah kematian 13.079 kasus dan yang sembuh 95.838 kasus.  Sedangkan Indonesia sendiri, menurut juru bicara pemerintah  untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto (22/03/20), tercatat 514 kasus dengan 29 pasien sembuh dan 48 pasien meninggal dunia.

Awal kemunculan beritanya, sekitar Januari 2020 ternyata cukup membuat masyarakat panik terutama di kota-kota besar. Berita-berita di media elektronik bermunculan bahwa harga masker di Pulau Jawa mulai melonjak tinggi bisa mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah. Hand sanitiser yang biasanya kurang laku, mendadak diborong oleh warga sehingga stoknya pun berkurang bahkan sulit untuk didapatkan. 

Hal ini sedikit menjadi guyonan bagi kami yang berdomisili di Malaka, daerah yang masih dibilang jauh dari Kota Kupang. Kami sering bercerita kalau itu hanya sakit demam, batuk, pilek biasa (flu). Bisa juga diobati dengan minum sopi (minuman beralkohol), mandi air hangat, makan sayur pepaya/ sayur kelor dan lain sebagainya. 

Belum lagi muncul banyaknya artikel di media sosial yang mengatakan kalau Indonesia termasuk ras Melanesia jadi kebal terhadap virus ini. Ada juga berita lainnya kalau virus ini tidak mampu bertahan hidup di daerah yang panas sehingga kami yang tinggal daerah yang cukup panas merasa merasa aman.

Bagi saya pribadi juga tidak sedikit pun membuat saya panik. Saya berpikir positif saja kalau virus ini tidak akan menyebar sampai Indonesia, apalagi sampai ke NTT dan cukup dengan menjaga kebersihan sudah terhindar dari virus ini. Bahkan di tempat kerja, teman-teman masih membuat candaan dengan virus ini. 

Jika ada teman yang bersin atau sakit apapun itu, pasti akan dibully dengan kata "korona" sambil tertawa. Mau makan atau minum pun juga tidak terlalu memperhatikan kebersihan tangan lagi, yang penting makan dan kenyang. Begitu juga di media sosial. Muncul video-video lucu atau meme yang membuat keberadaan virus ini seperti biasa-biasa saja. Orang masih bepergian ke luar kota/ ke luar negeri seperti biasa. Pertandingan sepak bola di televisi juga masih disiarkan dengan begitu banyaknya penonton yang hadir di stadion.

Namun semua kenyamanan yang saya rasakan berubah seketika. Pada Senin, 02 Maret 2020, Pemerintah Indonesia mengkonfirmasi kasus pertama pasien Covid-19. Dua orang pasien asal Depok, diduga terjangkit Covid-19 setelah melakukan kontak dengan WNA Jepang di sebuah klub dansa di Jakarta. Berita ini begitu berdampak hingga ke daerah kami. 

Di Jawa sudah ada kasus, cepat atau lambat pasti akan menyebar sampai ke NTT, apalagi masih lancarnya akses transportasi laut dan udara, begitulah yang terlintas dalam pikiran saya. Mobilitas penduduk setiap hari tanpa terkendali, bukan tidak mungkin akan semakin banyak orang yang terinfeksi. Setiap hari, dimanapun orang berkumpul pasti virus corona selalu menjadi topik pembicaraan.

Saya menjadi sangat takut dan khawatir. Sore itu, saya teringat akan ibu dan keluarga saya yang tinggal berjauhan. Ibu saya tinggal di Kupang sendirian, sedangkan kakak-beradik sudah tinggal di tempat lain. Saya segera menelpon ibu saya yang berada di Kupang. Menanyakan kabar sekalian memberikan nasehat untuk menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, jangan ke tempat ramai dan kalau bisa jangan ke pasar untuk berbelanja kebutuhan kios dulu serta segera membeli masker dan hand sanitiser agar jangan kehabisan.

Keesokan harinya, saya juga segera mencari masker dan hand sanitiser. Ternyata barang-barang ini, juga sudah langka di Betun, ibukota Kabupaten Malaka. Walaupun cukup sulit dicari, tapi akhirnya saya mendapatkannya. Semenjak hari itu, saya mulai memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Kemana-mana selalu memakai masker, menggunakan hand sanitiser jika merasa tangan sudah kotor, mencuci tangan sebelum makan dan semakin rajin berolah raga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun