Mohon tunggu...
Jaman Fit
Jaman Fit Mohon Tunggu... -

bersahaja dan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Udin yang Karam

21 Mei 2013   14:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:14 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kandas sudah cintaku karam dipelabuhannya." keluh Udin pemuda yang baru saja ditolak cintanya. Wanita yang ia sukai kini telah memiliki pangeran impiannya. Lain kata wanita itu menyukai seseorang yang  itu bukanlah Udin. Pemuda yang baru duduk dibangku SMA kelas dua ini begitu menyukai sosok Amel. Ya, Amel seorang gadis yang berkulit putih langsat bagai nona-nona keturunan bule. Gadis ini begitu memiliki tempat dihati Udin. Kisah cintanya selalu kandas apabila Udin mengutarakan maksudnya, lebih dari teman. Udin begitu menjaga perasaannya dihadapan gadis idamannya. Karena saking seringnya ia menjaga hati dan maksudnya, membuat penantian ini begitu berat. Maklumlah antara Udin, Amel dan seseorang itu saling tak mengetahui perasaan masing-masing. Apa boleh buat cinta segitiga yang saling tak berbalas dan saling tak tahu isi hati  ini begitu terpelihara sejak duduk dikelas satu. *** Perhatian demi perhatian Udin telah berikan. Tentu saja ini merupakan strategi untuk menawan perhatian Amel selama ini. "Biarlah kiranya pengorbanan yang panjang ini aku lakukan deminya." gumam Udin sambil memandangi gadis yang dicintainya walau tak berbalas. "Amel mau dibantu mengerjakan PR-nya?" jurus pertama Udin bermanuver, jika Amel menganggukkan kepalanya maka Udin mengeluarkan jurus ke-duanya, "coba aku bantu. Yang mana?" sambil mendekati dan duduk disampingnya. Lalu misi pendekatan berhasil hingga kegiatan baksos pengerjaan PR itu selesai. Sudah sampai situ saja. Teragis memang. Ulah Udin yang sering terlihat oleh teman sekelas membuat ramuan gosip tersebar luas hingga membuat gehger sekelas, termasuk seseorang itu, bahkan guru wali kelas. Sehingga perjodohan pun terjadi secara alami. Namun sayang akibat tragedi ini Amel pun semakin menjauh dari Udin hingga di antara mereka ada jarak. Udin merasa terpukul dengan kejadian ini. Ibarat hatinya kini sedang ditumbuhi bunga mawar yang merekah maka mawar itu sekejap telah berguguran. Ia merasa bersalah dengan sikapnya selama ini. Udin yang dulu periang kini lebih sering menyendiri. Hingga ia menceritakan semua pada sahabatnya, Dana. Dengan santai Dana menyarankan, "Kalau gitu tanggung Din. Mendingan ente tembak aja." Dalam benak Udin serasa mendapatkan infus oksigen baru. Udin pun terangguk menyepakati usulan itu. Hingga sampai pada saat hari dimana semua murid begitu menunggunya. Ya, menunggu pembagian buku raportnya masing-masing. Dan perpisahan dengan kelas tiga pun berlangsung. Disitulah saat dentuman drum dan petikkan gitar akustik bermain dengan romantis. Dua insan itu berada tepat dibelakang panggung. "Mel, sebenarnya aku sudah menunggu waktu ini. Ya, waktu ini. Sebenarnya. se-be-nar-nya se-be-nar-nya." tiba-tiba nafas Udin menjadi sesak namun ia lanjutkan pembicaraannya sekuat hati, "se-be-nar-nya U-din sayang sama Amel." Amel hanya bisa terdiam. "Amel mau jadi pacar Udin?" tanyanya dengan tergesah. Amel pun hanya bisa terdiam dan tak bisa mengedipkan kelopak matanya yang berbulu lentik itu. "Maaf Din. Amel sebenernya sudah dari lama suka," Udin pun mengembangkan senyumnya karena ada sinyal akan diterima. Namun ternyata Amel belum menaruh titik dikalimatnya itu, "sama Dana. Maaf ya?" Sekejap dunia terasa gelap bagi mata Udin yang amat kecewa dengan situasi tak berpihak dengannya ini. Sang gadis belasteran itu pun meninggalkannya dengan setangkai getir sembari berlari kecil dan mengulum bibir merahnya. Dipojokkan belakang panggung pemuda ini pun terduduk lemas dan Dana selaku sahabatnya pun mendekatinya sembari bersimpati. Namun Udin pun bergumam, "Kandas sudah cintaku karam dipelabuhannya." keluh Udin pemuda yang baru saja ditolak cintanya pada Dana sahabat sekaligus pangeran misterius yang telah dipilih Amel.[]

Sumber : www.jamanfit.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun