Alhamdulillah, kita masih dipertemukan Allah SWT di bulan Ramadhan 1442 H. Tidak berbeda dengan tahun lalu, Ramadhan di tahun ini masih berada di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung satu tahun lebih lamanya. Dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan berbagai aturan protokol kesehatan yang wajib kita patuhi untuk mencegah penyebaran virus tersebut.
Sudah setahun lebih wabah Covid-19 mendera kita, walaupun grafiknya mengalami penurunan bila dibandingkan waktu-waktu sebelumnya, namun pasien yang positif terpapar virus tersebut dan korban yang meninggal dunia terus bertambah.
Data terbaru yang bersumber dari situs resmi pemerintah https://covid19.go.id tanggal 09 April 2021 jumlah positif terpapar Covid-19 sebesar 1.558.145 jiwa dengan pasien sembuh sebesar 1.405.559 jiwa dan meninggal dunia sebesar 42.348 jiwa
Padahal setelah ditetapkannya status pandemik Covid 19 pada tanggal 2 Maret 2020 setahun yang lalu, pemerintah berupaya untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Berbagai kebijakan diterapkan mulai dari menerapkan Work From Home, sosialiasi program 3M : Memakai masker, Menjaga jarak serta hindari kerumunan, dan rutin Mencuci tangan pakai sabun di air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sampai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar ) dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Salah satu penyebab terus bertambahnya jumlah yang terpapar virus tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Hal itu disebabkan kurangnya informasi mengenai virus tersebut, ditambah lagi beredarnya berita-berita hoax di masyarakat sehingga menyebabkan kurang percaya mengenai keberadaan Covid-19 tersebut.
Menyikapi ketidakpercayaan di masyarakat perlu ada upaya yang sinergi antara pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk sama-sama berusaha mengatasi permasalahan ini. Di bulan Ramadhan ini sudah saatnya melibatkan para penceramah untuk mencerahkan bahwa keberadaan virus tersebut memang benar ada, perlu usaha dan doa agar Covid-19 segera berakhir.
***
Seperti diketahui bahwa mewabahnya Covid-19 pada saat ini, juga pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW hanya berbeda nama, jenis dan dampak penyakit yang ditimbulkannya. Bila saat ini bernama Corona virus baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) namun penyakit pada saat Rasulullah bernama Tha’un.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits berikut :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibban-Nabawi, secara bahasa, tha’un adalah sejenis wabah penyakit, demikian disebutkan dalam ash-Shihah. Sementara itu, di kalangan medis, tha’un adalah pembengkakan parah yang mematikan, menimbulkan rasa haus dan dahaga yang amat parah dan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya menjadi hitam, hijau, atau abu-abu.